Oleh: Martin Hatfull
lign="top" colspan="2"> Ketika saya menghadiri beberapa acara dan pertemuan, topik pembicaraan yang kerap kali muncul adalah mengenai perubahan iklim dan ancamannya terhadap masyarakat kita, terlebih setelah musim kemarau dengan curah hujan yang tinggi akhirakhir ini.
Banyak orang yang saya temui merasa heran ketika saya menceritakan kepada mereka bahwa Kedutaan Inggris mempunyai satu departemen yang ditugasi untuk menangani topik ini. Namun, hal itu seharusnya tidak terlalu mengherankan karena esensi dari kebijakan luar negeri adalah tentang bagaimana menjamin keamanan dan kesejahteraan warga negara.Kami tidak dapat mewujudkan hal ini terkecuali jika kami mengembangkan sebuah strategi efektif dalam mengatasi perubahan iklim.
Ketahanan iklim tidak bisa dilepaskan dari ketahanan energi,ketahanan pangan dan air.Oleh karena itulah William Hague, Menteri Luar Negeri Inggris,menyampaikan sebuah pidato penting mengenai perubahan iklim pada pertemuan Dewan Hubungan Luar Negeri di New York pada 27 September lalu.
Dalam pidatonya, beliau mengatakan bahwa kegagalan mengatasi perubahan iklim adalah bertentangan dengan nilainilai PBB dan Inggris,“Meruntuhkan kepercayaan di antara bangsa-bangsa,meningkatkan persaingan untuk memperebutkan sumber daya,dan menyusutkan ruang politik yang tersedia untuk kerja sama.”
Tanpa adanya respons yang efektif, ketahanan kita akan terancam dan perekonomian kita akan melemah. Negara yang paling miskin dan rentan akan menanggung bagian terberat dari dampak perubahan iklim. Sebagaimana yang diutarakan Menteri Luar Negeri, “Kami memiliki visi bersama untuk mencapai tujuan pembangunan milenium. Di sebuah dunia tanpa tindakan untuk mengatasi perubahan iklim,maka visi tersebut akan menjadi impian belaka.
Segala upaya yang telah dilakukan 10 tahun terakhir akan menjadi sia-sia.” Saya yakin bahwa Presiden SBY juga memiliki visi tersebut dan karena itulah baru-baru ini beliau memutuskan untuk membentuk sebuah unit kerja untuk mencari cara mencegah penggunaan lahan dan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan di Indonesia. Saya menyambut baik langkah visioner ini dan menawarkan dukungan untuk membantu mewujudkan visi ini menjadi kenyataan.
Inggris juga ikut serta melakukan perubahan di dalam negeri. Inggris akan mengembang kan sebuah green investment bank untuk mendorong aliran dana privat yang lebih cepat ke arah infrastruktur rendah karbon dan mengurangi ketergantungan kami akan minyak dan gas. Kami juga melakukan perubahan secara radikal pada jaringan listrik dan mendorong Uni Eropa untuk memangkas emisi sebanyak 30% pada 2020.
Kami yakin bahwa hal ini tidak hanya tepat untuk dilakukan, tapi juga merupakan kepentingan kami dan semua mitra kami.Ekonomi rendah karbon global diestimasikan bernilai 3,2 triliun poundsterling per tahun. Andil Inggris dari nilai tersebut sebesar 112 miliar poundsterling dengan hampir 1 juta rakyat Inggris dipekerjakan di sektor rendah karbon. Saya yakin bahwa Indonesia yang selalu melihat ke depan akan bergerak cepat menuju paradigma baru ini dan akan memperoleh posisi yang baik untuk menjadi bagian dalam kesejahteraan yang baru ini.
Akan tetapi, sebuah respons efektif tidak dapat berkembang sendiri.Kita perlu satu sama lain dalam bertindak.Itulah sebabnya mengapa kami meminta sebuah kesepakatan iklim global di bawah naungan PBB. Itulah sebabnya mengapa kami meminta semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk mengambil tindakan memodernisasikan infrastrukturnya dan menanggapi tantangan rendah karbon.
Akan sangat sulit untuk mencapai kesepakatan global tentang tindakan yang kita semua perlu lakukan.Namun kita harus berani menghadapi skala tantangan yang ada.Hal ini belum terlambat untuk dilakukan,tetapi kita harus segera mengambil langkah yang tegas dan tepat waktu. Sebagaimana yang diucapkan Menteri Luar Negeri, “Jika kita segera bertindak, kita masih berkesempatan membentuk dunia ini. Namun jika kita tidak bertindak, dunia akan menentukan takdir kita semua.”(*)
URL Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/355290/
Martin Hatfull
Duta Besar Inggris
lign="top" colspan="2"> Ketika saya menghadiri beberapa acara dan pertemuan, topik pembicaraan yang kerap kali muncul adalah mengenai perubahan iklim dan ancamannya terhadap masyarakat kita, terlebih setelah musim kemarau dengan curah hujan yang tinggi akhirakhir ini.
Banyak orang yang saya temui merasa heran ketika saya menceritakan kepada mereka bahwa Kedutaan Inggris mempunyai satu departemen yang ditugasi untuk menangani topik ini. Namun, hal itu seharusnya tidak terlalu mengherankan karena esensi dari kebijakan luar negeri adalah tentang bagaimana menjamin keamanan dan kesejahteraan warga negara.Kami tidak dapat mewujudkan hal ini terkecuali jika kami mengembangkan sebuah strategi efektif dalam mengatasi perubahan iklim.
Ketahanan iklim tidak bisa dilepaskan dari ketahanan energi,ketahanan pangan dan air.Oleh karena itulah William Hague, Menteri Luar Negeri Inggris,menyampaikan sebuah pidato penting mengenai perubahan iklim pada pertemuan Dewan Hubungan Luar Negeri di New York pada 27 September lalu.
Dalam pidatonya, beliau mengatakan bahwa kegagalan mengatasi perubahan iklim adalah bertentangan dengan nilainilai PBB dan Inggris,“Meruntuhkan kepercayaan di antara bangsa-bangsa,meningkatkan persaingan untuk memperebutkan sumber daya,dan menyusutkan ruang politik yang tersedia untuk kerja sama.”
Tanpa adanya respons yang efektif, ketahanan kita akan terancam dan perekonomian kita akan melemah. Negara yang paling miskin dan rentan akan menanggung bagian terberat dari dampak perubahan iklim. Sebagaimana yang diutarakan Menteri Luar Negeri, “Kami memiliki visi bersama untuk mencapai tujuan pembangunan milenium. Di sebuah dunia tanpa tindakan untuk mengatasi perubahan iklim,maka visi tersebut akan menjadi impian belaka.
Segala upaya yang telah dilakukan 10 tahun terakhir akan menjadi sia-sia.” Saya yakin bahwa Presiden SBY juga memiliki visi tersebut dan karena itulah baru-baru ini beliau memutuskan untuk membentuk sebuah unit kerja untuk mencari cara mencegah penggunaan lahan dan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan di Indonesia. Saya menyambut baik langkah visioner ini dan menawarkan dukungan untuk membantu mewujudkan visi ini menjadi kenyataan.
Inggris juga ikut serta melakukan perubahan di dalam negeri. Inggris akan mengembang kan sebuah green investment bank untuk mendorong aliran dana privat yang lebih cepat ke arah infrastruktur rendah karbon dan mengurangi ketergantungan kami akan minyak dan gas. Kami juga melakukan perubahan secara radikal pada jaringan listrik dan mendorong Uni Eropa untuk memangkas emisi sebanyak 30% pada 2020.
Kami yakin bahwa hal ini tidak hanya tepat untuk dilakukan, tapi juga merupakan kepentingan kami dan semua mitra kami.Ekonomi rendah karbon global diestimasikan bernilai 3,2 triliun poundsterling per tahun. Andil Inggris dari nilai tersebut sebesar 112 miliar poundsterling dengan hampir 1 juta rakyat Inggris dipekerjakan di sektor rendah karbon. Saya yakin bahwa Indonesia yang selalu melihat ke depan akan bergerak cepat menuju paradigma baru ini dan akan memperoleh posisi yang baik untuk menjadi bagian dalam kesejahteraan yang baru ini.
Akan tetapi, sebuah respons efektif tidak dapat berkembang sendiri.Kita perlu satu sama lain dalam bertindak.Itulah sebabnya mengapa kami meminta sebuah kesepakatan iklim global di bawah naungan PBB. Itulah sebabnya mengapa kami meminta semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk mengambil tindakan memodernisasikan infrastrukturnya dan menanggapi tantangan rendah karbon.
Akan sangat sulit untuk mencapai kesepakatan global tentang tindakan yang kita semua perlu lakukan.Namun kita harus berani menghadapi skala tantangan yang ada.Hal ini belum terlambat untuk dilakukan,tetapi kita harus segera mengambil langkah yang tegas dan tepat waktu. Sebagaimana yang diucapkan Menteri Luar Negeri, “Jika kita segera bertindak, kita masih berkesempatan membentuk dunia ini. Namun jika kita tidak bertindak, dunia akan menentukan takdir kita semua.”(*)
URL Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/355290/
Martin Hatfull
Duta Besar Inggris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ya