Selasa, 31 Maret 2009

Keluar dari Perangkap Pangan?

Oleh : Gatot Irianto

Peningkatan kebutuhan pangan terjadi akibat pertambahan penduduk yang relatif tinggi (1,38 persen/tahun) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Semua pihak perlu mewaspadai fenomena itu. Paling tidak ada tiga komoditas pangan nonberas yang perlu dicermati terkait peningkatan permintaan sehingga bisa mendorong ketergantungan berlebihan atas bahan pangan impor. Gandum, tetua ayam ras (grand parent stock) baik pedaging maupun petelur serta ternak sapi, merupakan tiga komoditas utama yang kini menjadi perhatian public dan pemerintah karena ledakan permintaannya.

Peningkatan permintaan gandum dan daging ayam broiler yang besar akibat promosi dan layanan antar yang amat militan dan di dukung industri hulu dan hilir perusahaan multinasional yang tangguh. Kondisi ini diperburuk terbatasnya edukasi media tentang hidup sehat atas pangan berbasis terigu dan daging ayam ras pada kelompok usia produktif dan anak-anak. Adapun lonjakan peningkatan impor sapi hingga kini terjadi akibat kebijakan pemerintah untuk mengimplementasikan pelarangan pemotongan betina produktif agar sapi yang dipotong memenuhi potensi bobot potong ideal. Pilihan ini harus diambil karena dalam jangka panjang akan menyelamatkan populasi ternak sapi dan peningkatan produksi daging sapi untuk keluar dari perangkap impor sapi, daging dan jeroan sapi.

Terigu dan Ayam
Menyikapi situasi permintaan terigu yang terus melonjak, pemerintah menggenjot diversivikasi dengan produk tepung non terigu berbasis komoditas lokal utamanya umbi-umbian dengan fortifikasi agar kompetitif terhadap gandum. Hal ini harus dilakukan karena agro-ekologi untuk tanaman gandum tidak banya tersedia di Indonesia. Dengan harga jual pangan berbahan non terigu lebih murah, edukasi dan promosi hidup sehat yang lebih gencar, diharapkan dalam jangka menengah, tepung terigu yang kini mendominasi pangan nonberas. Sementara untuk mengatasi ketergantungan atas ayam ras, pemerintah mendorong swasta mengimpor great grand parent stock (GGP) atau pure line agar jaminan produksi ayam usia sehari (day old chick/DOC) dapat dipastikan dalam kurun waktu lima tahun. Secara simultan penelitian dan pengembangan ayam lokal terus diintensifkan.

Semua pihak harus mewaspadai kampanye hitam atas ayam buras yang dituduh sebagai penyebar virus avian influenza seperti banyak dilansir media selama ini. Padahal, kita tahu, Indonesia merupakan salah satu pusat domestika ayam di dunia. Ayam buras/kampung merupakan jaring pengaman sosial yang amat strategis guna mengeluarkan Indonesia dari perangkap pangan dan kemiskinan. Itu sebabnya ada pihak yang ingin menghancurkan ayam buras Indonesia
dengan berbagai modus. Padahal, 60 persen populasi ayam buras tahan terhadap avian influenza. Maka, amat tidak adil jika dimusnahkan dengan peraturan daerah (perda).

Produk Lokal
Untuk melepaskan Indonesia dari perangkap pangan, maka perlu dilakukan (i) bagaimana semua pihak menggunakan produk pangan lokal dengan semua konsekuensinya; (ii) bagaimana menurunkan ketergantungan/ketagihan atas bahan pangan utama gandum agar cepat dan pasti, ketergantungan pangan dapat direduksi secara signifikan.

Kita perlu belajar dari negara kaya yang teknologinya maju, seperti Jepang dan Korea Selatan. Mereka tetap bangga menggunakan produk telepon seluler dan mobil sendiri tanpa terpengaruh produk lain meski lebih canggih. Harga diri bangsa menjadi taruhan terakhir dalam melepaskan diri dari perangkap pangan. India juga merupakan teladan bagaimana keluar dari perangkap pangan dan menjadi negara industri. Kebijakan pemerintah dalam importasi pangan, penetapan tarif, dan keberpihakan terhadap petani sudah menunjukkan hasilnya meski harus diakui masih memerlukan tenaga, waktu, dana dan pengawasan kontinu.

Kini, pertarungan pasar atas bahan pangan impor sudah tidak terbatas sehingga yang kuat kian kuat dan yang lemah kian tergilas. Maka badan penelitian dan pengembangan pertanian memberi prioritas utama dalam pengembangan benih, bibit, pupuk, dan alat pada tahun anggaran 2008 agar Indonesia secara bertahap keluar dari perangkap pangan. Lompatan produksi pangan nonterigu, ayam buras, dan sapi pasti dapat dilakukan dalam 3-5 tahun ke depan jika semua pihak secara konsisten melindungi pertanian dan petani kita.

Gatot Irianto
Penulis adalah Kepala Badan Litbang Pertanian
Dimuat dalam Koran Kompas 4 September 2008

Jumat, 27 Maret 2009

Ekonomi Biaya Tinggi

Oleh: Ahmad Erani Yustika

Reformasi ekonomi di Indonesia kurang lebih telah dijalankan selama 10 tahun dengan hasil yang ambigu. Proses reformasi ekonomi itu dilakukan pada hampir semua sektor ekonomi, tetapi tidak banyak yang mengalami kemajuan.


Di sektor moneter, independensi bank sentral ternyata tidak lantas membuat kinerjanya menjadi lebih bagus meskipun aspek pengawasan mengalami kemajuan yang berarti. Di sektor riil telah terdapat banyak upaya untuk mereformasi ekonomi, baik pada aspek produksi, distribusi maupun konsumsi.

Tata niaga produksi untuk sebagian komoditas sudah dipangkas, tapi sebagian besar barang/jasa lain masih diselimuti praktik mafia distribusi yang tidak gampang diurai,misalnya pada komoditas pertanian.

Pada proses produksi, proses reformasi ekonomi boleh dikatakan jalan di tempat sehingga menjadi pemicu lambatnya pergerakan investasi di Indonesia. Inilah yang membuat secara keseluruhan Indonesia masih dijangkiti penyakit ”ekonomi biaya tinggi”.

Investasi dan Iklim Usaha
Investasi masih menjadi persoalan serius di Indonesia meskipun sekian banyak fasilitas telah diberikan kepada para investor seperti pengurangan pajak dan perpanjangan penggunaan lahan. Titik krusial yang mengakibatkan investasi tidak bergerak adalah menyangkut iklim investasi yang buruk.

Studi yang dilakukan International Finance Corporation (IFC), misalnya,menunjukkan prestasi yang kurang menggembirakan soal iklim investasi ini. Sekurangnya terdapat 10 variabel yang dinilai IFC untuk mengukur iklim investasi, yakni (i) memulai bisnis, (ii) perizinan, (iii) ketenagakerjaan, (iv) kepemilikan, (v) pengajuan kredit, (vi) perlindungan investor; (vii) pembayaran pajak, (viii) perdagangan lintas negara, (ix) penegakan kontrak, dan (x) penutupan usaha.

Berdasarkan penilaian dengan menggunakan parameter IFC tersebut, belum terlihat kemajuan sehingga peringkat Indonesia tidak mengalami perbaikan,bahkan dalam beberapa parameter justru mengalami kemunduran. Sekadar ilustrasi, indikator memulai usaha pada 2008 berada di peringkat 168,menurun ketimbang 2007 (peringkat 163).

Pola itu juga terjadi pada indikator pengurusan kredit dan perlindungan terhadap investor, bahkan peringkat tahun 2008 justru lebih rendah daripada 2007.Sementara untuk indikator perizinan, ketenagakerjaan, kepemilikan, pembayaran pajak,perdagangan lintas negara, penegakan kontrak, dan penutupan usaha sedikit ada perbaikan.

Perbaikan itu boleh dikatakan kurang memiliki makna karena apabila dibandingkan negaranegara tetangga iklim usaha di Indonesia masih jauh tertinggal.Misalnya, jumlah prosedur memulai usaha posisi Indonesia berada di belakang Singapura, Hong Kong, Thailand, Malaysia, dan Vietnam.

Padahal, dalam konteks kompetisi penanaman modal asing, negara-negara itu merupakan pesaing Indonesia. Posisi yang sama juga terjadi pada aspek lain seperti biaya memulai bisnis, waktu memulai usaha,dan kerumitan pembayaran pajak. Salah satu sumber terpenting dari iklim usaha ini adalah soal pungutan liar (pungli).

Memang sebagian data sedikit memberikan harapan, sebab pembayaran ilegal (informal payment) terhadap pegawai pemerintah telah mengalami penurunan. Pada pertengahan 2005, persentase pembayaran ilegal kepada pegawai pemerintah mencapai 1,7% dari total ongkos produksi.Persentase itu telah menurun menjadi 1,3% pada pertengahan 2007 (LPEM,2008).

Namun, jika data itu disandingkan dengan temuan riset lain, harapan cerah itu mungkin harus ditahan terlebih dulu. Sekadar contoh, sebuah truk harus melewati 14 pos pungutan apabila melakukan pengiriman barang dari Makassar ke Kendari.

Dari pos sebanyak itu,64% biaya yang dikeluarkan merupakan pungutan tidak resmi dan hanya 36% yang berupa pungutan resmi (LPEM, 2008). Jadi, upaya pemerintah melakukan perbaikan iklim usaha cukup banyak pada level kebijakan, tapi dalam implementasinya banyak hal yang masih harus disentuh.

Ekonomi Biaya Tinggi

Deskripsi di muka pada akhirnya menyimpulkan realitas yang tidak dapat dimungkiri bahwa ekonomi biaya tinggi masih menjadi karakter bisnis di Indonesia. Beberapa hal mesti dilakukan untuk mendobrak kebuntuan ini.

Pertama, pemerintah pusat bertanggung jawab untuk menyederhanakan regulasi yang menjadi ruang lingkupnya seperti perpajakan, jaminan kepada investor, ketenagakerjaan, dan penutupan usaha.Pada level ini, kinerja yang sudah dicapai oleh negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia (tidak perlu Singapura dimasukkan) bisa menjadi benchmark.

Biaya-biaya siluman yang dikeluarkan untuk variabel- variabel tersebut bisa ditekan dengan pemanfaatan teknologi sehingga setiap proses pembayaran tidak harus ada tatap muka antara pegawai pemerintah dan (calon) investor.

Sementara yang menyangkut jumlah prosedur, pengurangan prosedur merupakan hal yang tidak dapat ditawar tanpa mengorbankan substansi yang lebih luas. Kedua,bagi pemerintah daerah diperlukan langkah serius untuk menekan munculnya perda-perda yang antiinvestasi.

Pengalaman Depkeu dan Depdagri yang mencabut ribuan perda bermasalah membuktikan bahwa banyak regulasi pemerintah daerah yang tidak sesuai dengan semangat perbaikan iklim usaha. Oleh karena itu,pemerintah pusat sebaiknya secara tegas memberikan penalti terhadap daerah-daerah yang tidak mendukung ke arah perbaikan iklim usaha/investasi.

Adapun bagi daerah yang secara nyata memberikan kontribusi terhadap perbaikan iklim investasi (dan secara langsung mengurangi ekonomi biaya tinggi) perlu diberi insentif, baik dengan skema fiskal maupun nonfiskal.

Model inilah yang harus ditempuh pemerintah, baik pusat maupun daerah, sehingga perbaikan iklim investasi benar-benar nyata di hari depan. Tanpa langkah sistematis semacam ini, pengurangan ekonomi biaya tinggi hanya menjadi utopia.(*)
URL Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/210321/



Ahmad Erani Yustika
Direktur Eksekutif Indef,
Ketua Program Stud

Penanganan Krisis Tepat Guna

Oleh: Erwin Aksa

Banyak kalangan berusaha memformulasikan solusi yang komprehensif untuk mengatasi dampak krisis keuangan global–– yang sekarang sudah menjadi resesi ekonomi.


Seolah-olah krisis ini sudah benar-benar mendunia dan menyentuh setiap aspek kehidupan sehingga dibutuhkan solusi perekonomian, lengkap dengan konsideran sosial dan politik yang akhirnya terlalu lama untuk diputuskan, apalagi diimplementasikan.

Padahal,walaupun besarannya sebanding atau lebih besar dari Depresi Ekonomi tahun 1930-an atau krisis keuangan Asia tahun 1998,penyebab krisis saat ini sebenarnya cukup terisolasi di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa Barat.Walaupun dampaknya mulai mendunia,krisis saat ini tidak serta-merta menciptakan episentrum (pusaran) krisis baru di setiap negara yang terkena dampaknya.

Berbeda dengan tahun 1998 atau tahun 1930-an. Pada 1998, beberapa negara,terutama Indonesia,Korea Selatan (Korsel), Rusia,dan Meksiko, tidak sekadar menerima ”kiriman”krisis mata uang Thailand.Krisis keuangan Thailand yang merambat ke Indonesia justru menciptakan pusaran krisis baru, yaitu krisis politik,ekonomi, dan akhirnya multidimensi.

Demikian juga di Rusia, Korsel, dan Meksiko. Struktur sosial dan politik di setiap negara tersebut rapuh karena dominasi segelintir kelompok usaha konglomerat yang mendapatkan fasilitas istimewa dari pemerintah masing-masing sehingga mengakumulasi kecemburuan dan kedengkian masyarakat.

Akibatnya,ketika krisis keuangan melanda negaranegara tersebut dan menjatuhkan kekuatan yang berkuasa, baik secara ekonomi maupun politik, masyarakatnya memanfaatkan peluang tersebut untuk menghilangkan penyalahgunaan kekuasaan dan kesenjangan ekonomi yang berlebihan yang telah berlangsung sekian lama.

*** Pada 1998, kekayaan dari banyak negara yang terkena krisis tergerus sampai ke titik nadir, sedangkan utang melambung setinggi langit.Pemasukan utang negara saat itu didapat dari sumber eksternal, yaitu utang luar negeri, ekspor migas, dan ekspor barang jadi.

Sayangnya kemajuan Indonesia sebagai negara eksportir terkemuka tidak ditopang oleh peningkatan daya beli masyarakat domestik. Kekuatan kelas menengah dengan pendapatan yang kuat untuk konsumsi, untuk menabung, bahkan untuk berinvestasi (seperti saat ini) sangat terbatas, sedangkan saat ini hanya keuangan perusahaan yang terganggu sehingga penyelesaiannya bisa lebih sederhana kalau dilakukan dengan cepat. Sekarang semuanya sudah berubah.

Utang luar negeri Indonesia relatif kecil dibandingkan negara lain. Bahkan Indonesia dianugerahi berbagai penghargaan karena kemampuan mengelola keuangan yang sangat baik.Ekonomi saat ini dimotori oleh sektor swasta untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Walaupun proporsi ekspor terhadap PDB di negara-negara berkembang lebih tinggi dibandingkan tahun 1998, hal ini juga diikuti oleh pembangunan ekonomi domestik yang dimotori sektor swasta, baik skala besar maupun menengah dan kecil. Belum lagi semakin terciptanya ”kekuatan modal” yang ditandai oleh peningkatan pendapatan masyarakat, tabungan masyarakat, dan investasi masyarakat.

Ekspor Indonesia pasti akan menurun karena resesi dunia,tapi di saat yang sama semakin banyak pula kebutuhan dalam negeri yang harusnya bisa dipenuhi perusahaan nasional yang selama ini menjual barang dan jasanya ke luar negeri.

Sayangnya kesenjangan antara kebutuhan masyarakat yang didukung dengan daya beli yang juga semakin meningkat itu dimanfaatkan dengan baik oleh impor barang-barang konsumen, bahkan tidak sedikit yang merupakan impor ilegal dari negara-negara seperti China dan Vietnam.

*** Pendapat (income) masyarakat yang mendasari daya jangan sampai malah tergerus oleh inflasi atau karena pengangguran.Kedua hal itu––inflasi dan pengangguran––dapat meningkat kalau ketersediaan barang menurun karena produksi terganggu, karena distribusi terhambat, atau karena kebangkrutan perusahaan yang disebabkan terhentinya pembiayaan dan perbankan.

Secara sederhana,pemerintah perlu untuk mengubah pola pikir dari yang sebelumnya melihat pertumbuhan ekonomi sebagai fungsi produksi (diukur dengan nilai barang dan jasa yang terjual) menjadi pertumbuhan ekonomi sebagai fungsi pendapatan (income). Lalu korporasi maupun individu (diukur dari keseimbangan antara provitabilitas perusahaan dengan peningkatan gaji karyawan).

Dengan melihat ekonomi sebagai fungsi income, pertanyaan utama bagi pemerintah dalam menangani dampak resesi ekonomi global ini haruslah, ”Bagaimana menyelamatkan kemampuan ekonomi Indonesia memberikan income yang cukup bagi korporasi dan bagi masyarakat Indonesia?”

Kelihatannya seperti pertanyaan yang klise, tapi sebenarnya tidak.Perekonomian AS dan negara-negara maju tidak dapat memenuhi tujuan tersebut karena kondisi keuangan negara dalam posisi defisit luar biasa, demikian juga kondisi keuangan masyarakatnya. Tidak demikian dengan Indonesia dan negara-negara Asia lain.

Walaupun saat ini masih defisit,keuangan negara masih cukup sehat dibandingkan dengan kemampuan berproduksi maupun dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional.Selain itu,kondisi keuangan masyarakat Indonesia tidak dalam kondisi defisit.

Walaupun pertumbuhan industri kartu kredit cukup tinggi, itu masih sangat kecil dibandingkan jumlah populasi. Tingkat konsumsi rata-rata rumah tangga juga belum melebihi tingkat pendapatan rumah tangga, kecuali bagi yang menganggur.

*** Inilah kesempatan emas bagi pemerintah. Pemerintah perlu memikirkan kebijakan terobosan yang mampu mengurangi pengangguran, menjamin ketersediaan dana bagi korporasi dan individu untuk tetap tumbuh tanpa menciptakan beban utang yang terlalu besar dan terlalu berisiko bagi keuangan negara.

Jawabannya adalah dengan memanfaatkan dan mengembangkan dana publik yang saat ini tersedia cukup besar untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur besar yang selama ini tertunda. Mekanismenya dengan mengubah dana tabungan dan investasi masyarakat menjadi dana pembangunan.

Lalu bukankah hal ini akan mengulang pengalaman buruk AS di mana setiap rumah tangga memiliki investasi yang sekarang hangus dibakarolehresesiekonomidankejatuhan pasar modal? Tidak juga asalkan kita bisa terus-menerus mengukur kesehatan perekonomian berdasarkan fungsi income.

Ekonomi AS hancur lebur karena pasar keuangan tumbuh lebih besar dan lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan riil masyarakat sehingga konsumsi masyarakat AS tidak dibiayai oleh tabungan, melainkan oleh utang rumah tangga. Mudah-mudahkan pemerintah tidak terus-menerus khawatir menjaga nilai rupiah di pasar internasional asalkan permintaan rupiah di dalam negeri untuk pembangunan dan konsumsi tetap digenjot.

Selain itu, mungkin sebaiknya suku bunga terus diturunkan walaupun ada risiko penurunan nilai rupiah asalkan penyerapan kredit perbankan oleh industri dan masyarakat bisa ditingkatkan untuk melakukan kegiatan produksi dan konsumsi.

Boleh saja menyelamatkan bank yang kurang sehat karena terkena dampak krisis asalkan bank-bank yang sehat justru dimanfaatkan kekuatannya dan dikawal aktivitasnya agar tetap bisa menghidupkan perekonomian. Dalam hal ini industri dana pensiun, asuransi, dan manajemen investasi sebenarnya bisa dimanfaatkan.

Bukan semata-mata untuk mengundang modal asing, melainkan untuk menyalurkan modal dan dana masyarakat ke sektor-sektor yang paling dibutuhkan dan prospeknya paling menjanjikan. Dana asing akan mengalir dengan sendirinya bila keadaan sudah kembali normal.

Mungkin konsep inilah dulu yang dimaksud oleh Bung Hatta sebagai ekonomi kerakyatan, yaitu pembangunan ekonomi yang ditopang dan dimotori oleh dana masyarakat.(*)
URL Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/210287/

Senin, 23 Maret 2009

Internet ke Interkoloni

HARUN YAHYA

Pemrogram komputer menggunakan lebah madu sebagai rujukan

Naiknya tingkat kesibukan berbelanja melalui Internet menimbulkan sejumlah permasalahan besar. Perilaku pelanggan ketika berbelanja bisa jadi sama sekali lain dari perkiraan umumnya, dan mungkin saja berbeda di antara sesama pelanggan. Hal ini menyebabkan lalu lintas internet menjadi tidak teratur dan akhirnya berujung pada penumpukan tiba-tiba pada server Internet yang menangani belanja on-line. (Server: sebuah komputer dalam sebuah jaringan yang menyimpan program-program aplikasi dan file-file data yang dapat dikunjungi oleh komputer-komputer lainnya di dalam jaringan tersebut.) Para pakar dari Universitas Oxford dan the Georgia Institute of Technology [Institut Teknologi Georgia] melakukan kerjasama dalam rangka mengembangkan sejumlah teknologi yang dapat mengatasi penumpukan semacam itu. Para peneliti ini mengambil model atau contoh-acuan berupa suatu masyarakat yang lalu lintasnya telah berhasil diatur dengan sangat baik. Contoh-acuan ini adalah perilaku koloni atau masyarakat lebah madu yang tengah ditiru dalam sejumlah teknologi yang ditujukan untuk meringankan beban pada server-server pada saat terjadi kepadatan lalu lintas yang luar biasa.

Lonjakan jumlah pelanggan belanja atau perdagangan saham secara tiba-tiba, naik turunnya kegiatan lelang melalui internet memunculkan kesulitan besar pada perusahaan-perusahaan pengelola server. Untuk meningkatkan keuntungan mereka sebesar-besarnya, perusahaan-perusahaan ini perlu memeriksa komputer-komputer mereka setiap saat untuk menjaga agar komputer tersebut tetap mampu menyesuaikan diri terhadap tingkat kebutuhan yang berubah-ubah melalui campur tangan secara cepat. Namun pada kenyataannya, hanya satu aplikasi web saja yang dapat dimuat ke dalam komputer pada satu waktu, dan hal ini merupakan sebuah kendala. Perpindahan antar-aplikasi menyebabkan penghentian sementara selama 5-7 menit, waktu ini diperlukan untuk konfigurasi ulang pada komputer, dan ini berarti kerugian.

Permasalahan serupa dijumpai dalam tugas-tugas yang dijalankan oleh lebah madu. Sumber-sumber bunga memiliki keragaman dalam hal mutu. Oleh karena itu, seseorang mungkin berpikiran bahwa keputusan tentang berapa banyak lebah yang harus dikirim ke setiap tempat tersebut dan berapa lama mereka sebaiknya berada di sana merupakan sebuah permasalahan dalam sebuah koloni yang ingin mencapai laju pengumpulan madu bunga (nektar) setinggi-tingginya. Akan tetapi, berkat sistem kerja mereka yang sangat baik, lebah mampu memecahkan permasalahan ini tanpa mengalami kesulitan.

Sekitar seperlima dari lebah-lebah di dalam sebuah sarang bertugas sebagai pengumpul-nektar. Tugas mereka adalah berkelana di antara bunga-bunga dan mengumpulkan nektar sebanyak mungkin. Ketika kembali ke sarang, mereka menyerahkan muatan nektar mereka kepada lebah-lebah penyimpan-makanan yang menjaga sarang dan menyimpan bahan makanan. Lebah-lebah ini kemudian menyimpan nektar di dalam petak-petak madu. Seekor lebah pengumpul-nektar juga dibantu oleh rekan-rekannya dalam menentukan seberapa bagus mutu sumber bunganya. Lebah pengumpul-nektar tersebut menunggu dan mengamati seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bertemu dengan seekor lebah penyimpan-makanan yang siap menerima muatan. Jika waktu tunggu ini berlangsung lama, maka sang lebah pengumpul-nektar memahami hal ini sebagai isyarat bahwa sumber bunganya bukan dari mutu yang terbaik, dan bahwa lebah-lebah yang lain kebanyakan telah melakukan pencarian yang berhasil. Sebaliknya, jika ia disambut oleh sejumlah besar lebah-lebah penyimpan-makanan untuk mengambil muatannya, maka semakin besarlah kemungkinan bahwa muatan nektar tersebut bermutu baik.

Lebah yang mendapatkan informasi ini memutuskan apakah sumber bunganya senilai dengan kerja keras yang akan dilakukan berikutnya. Jika ya, maka ia melakukan tarian-getarnya yang terkenal agar dipahami maksudnya oleh lebah-lebah lain. Lama tarian ini memperlihatkan seberapa besar keuntungan yang mungkin dapat diperoleh dari sumber bunga ini. [penjelasan lebih lanjut tentang tarian lebah, silakan baca: http://www.harunyahya.com/indo/buku/menyingkap003.htm]

Sunil Nakrani dari Universitas Oxford dan Craig Tovey dari the Georgia Institute of Technology menerapkan cara pemecahan masalah oleh lebah madu tersebut pada permasalahan ada pada Internet host. Setiap server mengambil peran sebagai lebah pengumpul-nektar, dan setiap permintaan pelanggan bertindak sebagai sumber bunga. Dengan cara ini, doktor Nakrani dan Tovey mengembangkan sebuah algoritma "lebah madu" untuk server Internet "sarang." (Algoritma: Serangkaian tahapan-tahapan logis untuk memecahkan suatu permasalahan yang dapat diterjemahkan ke dalam sebuah program komputer.)

Sebuah host menjalankan tugas, sebagaimana yang dilakukan lebah dengan tarian-getarnya, dengan membuat sebuah iklan dan mengirimkannya ke sejumlah server lainnya di dalam sarang. Lama masa penayangan iklan ini mencerminkan manfaat dan tingkat keuntungan yang dapat diraup melalui para pelanggan server-server tersebut. Server lain membaca iklan ini dan berperilaku seperti lebah-lebah pekerja yang mengikuti petunjuk yang yang disampaikan melalui tarian-getar tersebut. Setelah mempertimbangkan dan mengkaji iklan ini beserta pengalaman mereka sendiri, mereka memutuskan perlu tidaknya untuk beralih dari para pelanggan yang sedang mereka layani ke para pelanggan yang sedang dilayani oleh server yang mengirim iklan tersebut.

Doktor Nakrani dan Tovey melakukan uji banding antara algoritma lebah madu yang mereka kembangkan dengan apa yang disebut sebagai algoritma "rakus" yang saat ini dipakai oleh kebanyakan penyedia Internet host. Algoritma rakus terlihat ketinggalan zaman. Algoritma rakus membagi waktu menjadi sejumlah penggalan waktu yang tetap dan menempatkan server-server untuk melayani para pelanggan untuk satu penggalan waktu berdasarkan pengaturan yang dianggap paling menguntungkan pada penggalan waktu sebelumnya. Para peneliti mengungkap bahwa di saat-saat ketika lalu lintas sangat berubah-ubah, algoritma lebah madu memperlihatkan kinerja 20% lebih baik daripada algoritma rakus. Sebentar lagi mungkin server-server yang bekerja menggunakan algoritma lebah madu akan semakin banyak di masa mendatang, di mana Internet akan lebih tepat disebut sebagai "Interkoloni."

Dengan pemisalan yang sangat tepat, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan ini menunjukkan betapa berbagai pemecahan masalah yang masuk akal terdapat di alam. Permasalahan yang dihadapi server-server Internet sangatlah mirip dengan permasalahan yang dipecahkan oleh koloni lebah madu. Sungguh, keberhasilan yang dicapai penelitian tersebut, yang dilakukan dengan menerapkan contoh-rujukan koloni lebah madu, menjadi isyarat akan hal ini. Akan tetapi, dari manakah asal usul rumusan pemecahan masalah yang diberikan lebah madu kepada para pemrogram komputer tersebut? Meskipun para pemrogram komputer dapat mengambil perilaku lebah madu sebagai contoh-rujukan mereka, lebah itu sendiri tidak dapat melakukan hal seperti itu. Ini dikarenakan meskipun tiruan algoritma lebah yang dibuat oleh pemrogram komputer merupakan hasil dari proses berpikir cerdas yang dilakukan secara sadar, lebah madu tidak memiliki kemampuan berpikir semacam itu. Pemecahan atas permasalahan tersebut membutuhkan tindakan sadar, misalnya pertama-tama pemahaman tentang adanya permasalahan tersebut, pengkajian terhadap sejumlah penyebab timbulnya permasalahan itu, pengenalan atas pengaruh sejumlah penyebab itu terhadap permasalahan tersebut secara umum dan pengaruhnya terhadap satu sama lain, dan akhirnya pengambilan keputusan di antara beragam pilihan yang ada.

Sudah pasti pemecahan masalah semacam itu tidak mungkin terjadi di dalam koloni lebah beranggotakan 20 sampai 50 ribu ekor. Hanya ada satu penjelasan masuk akal atas kenyataan ini, di mana sedemikian banyak makhluk hidup menghemat energi dengan menerapkan cara pengumpulan nektar yang paling menguntungkan; meskipun orang biasanya mengira akan melihat suatu kekacauan dan kebingungan di dalamnya. Pemahaman atas permasalahan di dalam koloni lebah dan jalan keluar pemecahannya merupakan hasil karya Pencipta Maha Mengetahui. Tidak ada keraguan, Allahlah, Pencipta langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, Yang telah menciptakan koloni lebah. Strategi yang diterapkan di dalam koloni lebah madu merupakan ilham yang berasal dari Allah. Allah menyatakan hal ini di ayat berikut:

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)." Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An Nahl, 16:68-69)

Sabtu, 14 Maret 2009

Lowongan Kebun

TPI BERKAT SUKSES, PT

Sebuah perusahaan group dari PT. TPI Berkat Sukses yang bergerak dibidang PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, mengundang anda professional muda berkualitas untuk bergabung bersama kami dan mengisi posisi yang tersedia diperusahaan kami sebagai :

Kepala Tata Usaha Kebun ( KTU)

Kepala Tata Usaha Kebun ( KTU) ( BENGKULU, JAMBI & KALIMANTAN ) Post Date: 14 Mar 09


K u a l i f i k a s i

Pria
1. Usia minimal 30 tahun
2. Pendidikan minimal S1 pertanian / agronomi / setara
3. Memiliki pengalaman dibidang perkebunan minimal 3 tahun
4. Dapat mengelola kebun sawit minimal 1.000 Ha
5. Memahami aspek teknis pembukaan lahan, pembibitan, perawatan tanaman dan pekerjaan kebun lainnya.
6. Dapat membuat laporan statistik ke Dinas Perkebunan / Pemerintahan
7. Dapat mengoperasikan komputer dan alat ukur ( theodolit,GPS, dll)
8. Masing-masing memiliki jiwa kepemimpinan, jujur, disiplin serta bertanggungjawab terhadap pekerjaan.
9. Bersedia ditempatkan di Bengkulu, Jambi dan Kalimantan.
10 Bagi pelamar yang memenuhi persyaratan silakan kirim lamaran dan CV anda yang dilengkapi dengan foto 4 X 6 terbaru.

E-mail ke :
ika_hasfarm08@yahoo.com

atau kirim ke :

PT.TPI BERKAT SUKSES
PLAZA HAYAM WURUK LT.7D
JL. HAYAM WURUK NO.108 JAKARTA BARAT 11160
ATT. DEPARTEMENT HRD.

Kamis, 12 Maret 2009

Racun Orientalis, Sangat Berbahaya Meski Sedikit

Oleh: Dr Syamsuddin Arief MA

Diabolis adalah iblis dalam bahasa Yunani kuno. Menurut A Jeffery dalam bukunya the Foreign Vocabulary of the Qur'an, istilah diabolisme berarti pemikiran, watak dan perilaku ala iblis ataupun pengabdian padanya. Dalam al Qur'an dinyatakan, iblis termasuk bangsa jin (18:50), yang diciptakan dari api (15:27). Inilah penggalan alenia pertama artikel berjudul “Diabolisme Intelektual” karya Dr Syamsuddin Arief MA.

Sebagaimana diketahui, iblis dikutuk dan dihalau karena menolak perintah Allah SWT untuk bersujud pada Adam. Apakah iblis atheis? Tidak. Apakah ia agnostik? Tidak. Iblis tidak mengingkari adanya Tuhan. Iblis tidak meragukan wujud maupun ketunggalan Allah. Iblis bukan tidak kenal Tuhan. Ia tahu dan percaya 100%. Lalu mengapa ia dilaknat dan disebut kafir? Di sinilah persoalannya.

Kenal dan tahu saja, tidak cukup. Percaya dan mengakui saja, tidak cukup. Mereka yang kafir dari kalangan Ahli Kitab pun kenal dan tahu persis siapa dan bagaimana terpercayanya Rasulullah saw, seperti orangtua mengenali anak kandungnya sendiri (ya'rifunahu kama ya'rifuna abna'ahum). Namun tetap saja mereka enggan masuk Islam.

Jelaslah bahwa pengetahuan, kepercayaan dan pernyataan harus disertai dengan kepatuhan dan ketundukan. Harus diikuti dengan kesediaan dan kemauan untuk merendah, menurut dan melaksanakan perintah. "Knowledge and recognition should be followed by acknowledgement and submission," tegas Profesor Naquib al-Attas.

Kesalahan iblis bukan karena ia tak tahu atau tak berilmu. Kesalahannya karena ia membangkang, aba wa istakbara (QS 2:34, 15:31, 20:116); menganggap dirinya hebat, istakbara (QS 2:34, 38:73, 38:75); dan melawan perintah Tuhan, fasaqa an amri rabbihi (QS 18:50). Dalam hal ini, Iblis tak sendirian. Sudah banyak orang yang berhasil direkrut sebagai staf dan kroninya, berpikiran dan berprilaku seperti yang dicontohkannya.

Iblis adalah ”prototype intelektual keblinger”. Sebagaimana dikisahkan dalam al Qur'an, sejurus setelah ia divonis, iblis mohon agar ajalnya ditangguhkan. Dikabulkan dan dibebaskan untuk sementara waktu, ia pun bersumpah untuk menyeret orang lain ke jalannya, dengan segala cara.

Pertanyaannya, apakah kaum orientalis yang melakukan distorsi ajaran Islam merupakan bagian dari Diabolisme Intelektual? Untuk menjawab ini, sekaligus mengurai sepak terjang kaum orientalis, Wartawan Sabili Andy Sulistiyanto, Ganna Pryadharizal, Chairul Akhmad dan Fotografer Arief Kamaluddin, mewawancarai Dr Syamsuddin Arief MA. Pakar orientalis yang sedang menempuh program doktor keduanya di Universitas Frankfurt, Jerman. Berikut petikannya ketika pria asli Betawi ini berkunjung ke Sabili:

Apakah semua keruwetan yang terjadi di dunia Islam disebabkan oleh orientalis?

Memang orientalis punya andil dalam merusak dan menimbulkan keruwetan dalam dunia Islam. Namun berapa prosentasenya kita tidak tahu secara pasti. Dalam surat at Taubah dijelaskan bahwa orang-orang yang beriman dan orang-orang munafik antara sebagian dengan sebagian yang lain saling tolong-menolong. Jadi, para orientalis juga saling bahu membahu dalam merusak dunia Islam.

Bagaimanakah perkembangan dan dinamika orientalisme saat ini?

Saya melihat orientalisme bukan sebuah gerakan. Dalam konferensi-konferensi dan pertemuan yang biasa mereka lakukan. Mereka memang memiliki jaringan melalui beberapa organisasi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) namun sifatnya informal karena lintas negara. Yang menyatukan mereka adalah human interest yakni mereka mempunyai minat dan ketertarikan yang sama dalam dunia internasional.

Orientalis Barat kebanyakan adalah keturunan Yahudi. Orang Yahudi menganggap dalam stratifikasi masyarakatnya, yang paling tinggi kedudukannya ialah yang paling berilmu. Seperti ilmuwan, saintis apalagi yang plus ahli agama. Hampir kebanyakan kaum Yahudi mempunyai cita-cita untuk menjadi ilmuwan terutama menjadi ilmuwan yang ahli agama yang biasa disebut ulama Bani Israil.

Bagaimanakah sikap orientalis terhadap al-Qur’an?

Orientalis sejak dahulu hingga sekarang mengkaji al-Qur’an untuk mencari kelemahan, mereka tidak percaya bahwa al-Qur’an adalah wahyu dan menganggapnya buatan Muhammad saw. Sebab apabila mereka mengakui bahwa Muhammad adalah nabi maka gugurlah agama Yahudi.

Al-Qur’an merupakan target utama serangan misionaris dan orientalis Yahudi-Kristen, setelah mereka gagal menghancurkan sirah dan sunnah nabi saw. Mereka mempertanyakan status kenabian beliau, meragukan kebenaran riwayat hidup beliau dan menganggap sirah beliau tidak lebih dari legenda dan cerita fiktif belaka. Demikian pendapat Caetani, Wellhausen dan lain-lain.

Orientalis lebih tertarik mengkaji apa?

Yang pertama tentu mempelajari al-Qur’an. Mereka mengatakan ini merupakan suatu pendekatan baru dalam mempelajari al-Qur’an dengan metode linguistik, apa adanya tanpa perlu mengkaji asal-usulnya, bahkan mereka mengatakan pendekatan lama mengandung polemik.

Memang benar bahwa corpus kesarjanaan Barat mengenai al-Qur’an cukup beragam. Tidak semua orientalis hendak menghancurkan Islam dengan menebarkan keraguan terhadap al-Qur’an dan hadist. Ada juga orientalis yang konon bermaksud ‘baik’ dan tampak simpati kepada Islam yang disebut counter examples. Di bidang hukum Islam mereka sangat mempunyai kepentingan karena mereka tahu orang-orang Islam semakin semangat mempelajari dan menerapkan ekonomi Islam.

Bagaimanakah pengaruh orientalis di balik gerakan anti-hadits?

Serangan orientalis terhadap hadist dilancarkan secara bertahap, terencana dan bersama-sama. Ada yang menyerang matan-nya seperti Sprenger, Muir dan Goldziher. Menyerang isnad-nya seperti Horovitz, Schacht dan Juynboll.

Serangan mereka diarahkan ke semua kategori; sebagian menyerang hadist sejarah yang berhubungan dengan sirah. Misalnya Kister, Scholler, Motzki. Sebagian yang lain menggugat hadist hukum atau fiqih seperti Shacht, Powers dan Gilliot.

Gugatan para orientalis dan misionaris Yahudi dan Kristen telah menimbulkan dampak yang cukup besar. Melalui tulisannya yang diterbitkan dan dibaca luas, mereka telah berhasil mempengaruhi dan meracuni pemikiran sebagian umat Islam. Muncullah gerakan anti-hadist di India, Pakistan, Mesir dan Asia Tenggara. Pada tahun 1906 sebuah gerakan yang menamakan dirinya Ahli al-Qur’an muncul di bagian barat Punjab, Lahore, dan Amritsar. Pimpinannya Abdullah Chakrawali dan Khwaja Ahmad Din, mereka menolak hadist secara keseluruhan.

Dalam propagandanya, gerakan ini mengklaim bahwa al-Qur’an saja sudah cukup untuk menjelaskan semua perkara agama. Akibatnya mereka menyimpulkan shalat hanya empat kali sehari, tanpa adzan dan iqamah, tanpa takbiratul ihram. Selain itu mereka menganggap tidak ada shalat ‘Id dan shalat jenazah.

Apakah orientalis sekarang gencar melakukan aktivitasnya melalui LSM?

Memang institusi penting bagi mereka untuk menjalankan aktivitasnya karena mempunyai dampak yang luas. Tentunya dengan restu dan dukungan dari pemerintah. Mereka mempunyai dana yang kuat dan fasilitas yang memadai untuk melancarkan aksinya. Selain itu sebagian mereka dengan sebagian yang lain saling bantu membantu dalam menebarkan racun orientalisme.

Bagaimanakah mereka membuat kaderisasi?

Itu memang strategi mereka yang paling mudah. Sebagaimana yang dilakukan Inggris di daerah jajahannya. Misalnya di Indonesia mereka melakukan kaderisasi di Manado, Sumatera Barat dan Salatiga. Oleh karena itu tokoh-tokoh nasional pada waktu itu berasal dari kota-kota tersebut. Tidak semua orientalis melakukan aktivitasnya dengan disamarkan, ada juga yang terangan-terangan.

Apa saja motivasi dan topik kajian orientalis?

Kajian teologi Islam oleh para orientalis Barat telah dimulai sejak awal abad ke-19 Masehi, tidak lama setelah bangsa-bangsa Eropa menaklukan hampir seluruh dunia Islam. Berbekal manuskrip karya para ulama dan ilmuwan Islam yang diboyong ke Eropa, mereka mulai mempelajari dan mengkaji satu per satu khazanah intelektual Islam.

Mereka meyakini kebenaran kata-kata Sir Francis Bacon dalam risalahnya ‘de haeresibus’ tahun 1597 bahwa ilmu adalah kekuatan. Hegemoni militer, politik dan ekonomi akan tumbang jika tidak didukung oleh pengetahuan. Mereka yakin untuk menaklukan dunia Islam mereka harus mengetahui Islam dari berbagai aspeknya dari orang Islam sendiri.

Apa dampak orientalis bagi dunia Islam?

Secara positif mereka banyak menyadarkan kita akan pentingnya membaca sejarah para ulama-ulama Islam kita. Mereka mengangkut manuskrip kita keluar negeri yang merupakan sejarah keilmuwan kita untuk dipelajari dan diaplikasikan sehingga mereka lebih maju dari umat Islam.

Di Irak setelah invasi Amerika, benda dan manuskrip Islam yang ada di Irak banyak diboyong keluar oleh AS. Memang di AS memiliki teknologi yang lebih canggih untuk menjaga manuskrip. Secara negatif mereka mendudukan diri mereka sebagi otoritas dalam berpendapat dan mengambil keputusan. Pendapat dan pemikiran merekalah yang harus didengar dan dipakai.

Apakah benar mereka memasuki dunia pendidikan?

Kebanyakan para pelajar Muslim yang dikirim belajar atau studi ke luar negeri setelah kembali ke Indonesia pikirannya teracuni oleh pemikiran orientalis. Kemudian mereka memiliki posisi yang strategis sepulangnya ke negara asalnya, misalnya menjadi leader dalam dunia pendidikan dan memasuki dunia birokrat. Oleh karena itu mereka mengambil para dosen-dosen dari universitas bahkan kampus-kampus Islam untuk melakukan studi di negaranya agar dapat mewarnai pemikirannya.

Apakah liberalisasi yang telah merebak ke berbagai bidang adalah kerjaan orientalis?

Ya memang. Itu faktor eksternal hasil dari kerja orientalis. Para ahli sejarah umumnya sepakat bahwa Eropa telah mengalami sekularisasi sejak 250 tahun terakhir. Yang masih mereka perdebatkan hanyalah soal bagaimana dan mengapa proses itu terjadi.

Pengaruh liberalisasi lebih gencar terjadi setelah kembalinya dosen-dosen yang belajar ke luar negeri misalnya dari kampus Mc Gill di Kanada. Meskipun demikian orang-orang UIN membantah bahwa yang terjadi itu sangat kecil. Padahal racun orientalis sangat berbahaya walaupun kecil.

Maraknya aliran sesat apakah pekerjaan orientalis?

Secara tidak langsung, iya. Sebab orientalis lebih suka mengetengahkan yang dipinggir, membesarkan yang kecil dan meminggirkan yang di tengah. Misalnya aliran Syiah dan Ahmadiyah, yang kita anggap salah, oleh mereka dikaburkan sehingga seolah-oleh dianggap benar

Musailamah al-Kadzab, mereka mengatakan dari mana kita tahu ia nabi palsu. Mereka beranggapan Nabi Muhammad jadi nabi karena punya kekuatan, kekuasaan dan punya dukungan yang banyak. Musailamah kalah karena tidak punya dukungan.

Apakah orientalis bisa disamakan dengan Diabolisme Intelektual?

Sepanjang pemikiran dan penelitiannya bertentangan dengan kebenaran hakiki dari Ilahi Rabbi, bisa dikatakan sama.

Bagaimana cara mengidentifikasi ilmuwan seperti ini?

Tak sulit mengidentifikasinya, karena ciri-cirinya telah diterangkan dalam al-Qur'an. Pertama, selalu membangkang dan membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu dan faham, tapi tak pernah mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya Firaun berikut hulu-balangnya, zulman wa 'uluwwan, meski hati kecilnya mengakui dan meyakini (wa istayqanat-ha anfusuhum). Mereka selalu mencari argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi mempertahankan opininya. Yang penting baginya bukan kebenaran tapi pembenaran. Dalam tradisi keilmuwan Islam, sikap membangkang semacam ini disebut al-'inadiyyah.

Kedua, bersikap takabbur (sombong, angkuh, congkak, arogan). Pengertian takabbur ini dijelaskan dalam hadis Nabi saw, "Sombong ialah menolak yang haq dan meremehkan orang lain (Al-kibru batarul-haqq wa ghamtu n-nas)." (HR Imam Muslim No147) Orang yang mengikuti kebenaran sebagaimana dinyatakan al-Qur'an atau hadis Nabi saw dianggap dogmatis, literalis, logosentris, fundamentalis, konservatif dan lainnya. Sebaliknya, orang yang berpikiran liberal, berpandangan relativistik, skeptis, menghujat al-Qur'an dan Hadits, meragukan dan menolak kebenarannya, justru disanjung sebagai intelektual kritis, reformis dan sebagainya, meskipun terbukti zindiq, heretik dan bermental Iblis.

Ketiga, bermuka dua dan standar ganda (2:14). Mereka menganggap orang beriman bodoh, padahal merekalah yang bodoh dan dungu (sufaha'). Intelektual semacam ini diancam Allah dalam al Qur'an: "Akan Aku palingkan mereka yang arogan tanpa kebenaran itu dari ayat-ayat-Ku. Sehingga, meskipun menyaksikan setiap ayat, tetap saja mereka tidak akan mempercayainya. Dan kalaupun melihat jalan kebenaran, mereka tidak akan mau menempuhnya. Namun jika melihat jalan kesesatan, mereka justru menelusurinya." (7:146)

Keempat, mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran (talbis wa kitman al-haqq). Cendekiawan diabolik bukan tak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun ia sengaja memutarbalikkan data dan fakta. Yang bathil dipoles dan dikemas sehingga nampak seolah-olah haq. Sebaliknya, yang haq digunting dan dipreteli sehingga kelihatan seperti bathil. Atau dicampur-aduk keduanya sehingga tak jelas lagi beda antara yang benar dan salah. Strategi ini memang sangat efektif membuat orang lain bingung dan terkecoh.

Contohnya, seperti yang dilakukan oleh pengasong gagasan inklusivisme dan pluralisme agama. Mereka mengutip ayat-ayat al Qur'an (2:62 dan 5:69) untuk menjustifikasi pemikiran liarnya. Untuk mengatakan semua agama adalah sama, tanpa mempedulikan konteks siyaq, sibaq dan lihaq maupun tafsir bil-ma'tsur dari ayat-ayat tersebut.

Berarti sama seperti yang dilakukan kaum orientalis Barat?

Hal ini dilakukan oleh orientalis Barat dalam kajian mereka terhadap al Qur'an dan Hadis. Mereka mempersoalkan dan membesar-besarkan perkara kecil, mengutak-atik yang sudah jelas dan tuntas, sambil mendistorsi dan memanipulasi (tahrif) sumber-sumber yang ada. Ini tak terlalu mengejutkan, mengingat kebanyakan mereka adalah Yahudi dan Nasrani yang karakternya telah dijelaskan dalam al-Qur'an 3:71, "Ya ahlal-kitab lima talbisunal-haqq bil-bathil wa taktumul-haqq wa antum ta'lamun?" Yang mengherankan ialah ketika hal yang sama dilakukan oleh mereka yang zahirnya Muslim.

Al Qur'an telah mensinyalir: "Memang ada manusia-manusia yang kesukaannya berargumentasi, menghujat Allah tanpa ilmu dan menjadi pengikut setan yang durhaka. Telah ditetapkan atasnya, bahwa siapa saja yang menjadikannya sebagai kawan, maka akan disesatkan olehnya dan dibimbingnya ke neraka," (22:3-4). Maka kaum beriman diingatkan agar senantiasa menyadari bahwa "Sesungguhnya setan-setan itu mewahyukan kepada kroninya untuk menyeret kalian ke dalam pertengkaran. Jika dituruti, kalian akan menjadi orang-orang yang musyrik," (6:121). Ini tidak berarti kita dilarang berpikir atau berijtihad. Berpendapat boleh saja, asal dengan ilmu dan adab. Wallahua'lam.

Bagaimana cara melawan dan menghadang sepak terjang mereka saat ini?

Kalau kita melihat serpak terjang mereka yang begitu luar biasa, kita bisa berputus asa. Namun al-Qur’an melarang kita berputus apa, memang tidak mesti instan bisa kita selesaikan. Tentunya harus kita lakukan secara berjamaah diberbagai bidang baik di bidang pendidikan (perguruan tinggi), ekonomi dan lembaga swadaya masyarakat yang islami.

Kita harus berani tampil beda untuk melakukan peningkatan di bidang pendidikan agar tidak perlu lagi mengirim para dosen dan guru untuk studi ke luar negeri. Oksidentalisme itu tidak bisa basa-basi. Itu sebenarnya sudah dilakukan sejak lama untuk mengimbangi pemikiran orientalis seperti yang dilakukan di Jerman, membuka jurusan S1 untuk mempelajari sejarah, budaya dan seluk beluk dunia Barat. Sehingga setelah itu mereka bisa masuk dalam dunia pendidikan dan perusahaan milik orientalis untuk menjadi penyeimbang.

Data Pribadi:
Dosen Islamic International University Malaysia

Nama : Dr Syamsuddin Arief, MA
Tempat/Tgl lahir: Jakarta (Pondok Pinang), 19 Agustus 1971
Pendidikan : - Ibtidaiyah al-Khayriyyah Pondok Pinang

- Kuliatul Mu’alimin Al-islamiyah (KMI) Gontor 1989

- S1 IIU Malaysia 1996

- S2 International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) 1999 - S3 ISTAC 2004
Karier : - Peneliti Insitute For The Study Of Islamic Throught and Civilization (INSISTS) (2003-sekarang).

Dosen Islamic International University Malaysia (2007-2009)

http://sabili.co.id

Kebahagiaan Memberi

Oleh: Oprah Winfrey

If we look at what we have in life, we'll always have more If we look at what we don't have in life, we'll never have enough.

Seorang wanita cantik bergaun mahal yang mengeluh kepada psikiaternya bahwa dia merasa seluruh hidupnya hampa tak berarti. Sang psikiater memanggil seorang wanita tua penyapu lantai dan berkata kepada si wanita kaya," Saya akan menyuruh ibu ini di sini untuk menceritakan kepada anda bagaimana dia menemukan kebahagiaan. Saya ingin anda mendengarnya.
" Si wanita tua meletakkan gagang sapunya dan duduk di kursi dan menceritakan kisahnya: "..... suamiku meninggal akibat malaria dan tiga bulan kemudian anak tunggalku tewas akibat kecelakaan. Aku tidak punya siapa-siapa. aku kehilangan segalanya. Aku tidak bisa tidur, tidak bisa makan, aku tidak pernah tersenyum kepada siapapun, bahkan aku berpikir untuk mengakhiri hidupku.
Sampai suatu sore seekor anak kucing mengikutiku pulang. Sejenak aku merasa kasihan melihatnya. Cuaca di luar dingin, jadi aku memutuskan membiarkan anak kucing itu masuk ke rumah. Aku memberikannya susu dan dia minum sampai habis. Lalu si anak kucing itu bermanja-manja di kakiku dan untuk pertama kalinya aku tersenyum.
Sesaat kemudian aku berpikir jikalau membantu seekor anak kucing saja bisa membuat aku tersenyum, maka mungkin melakukan sesuatu bagi orang lain akan membuatku bahagia.
Maka di kemudian hari aku membawa beberapa biskuit untuk diberikan kepada tetangga yang terbaring sakit di tempat tidur. Tiap hari aku mencoba melakukan sesuatu yang baik kepada setiap orang. Hal itu membuat aku bahagia tatkala melihat orang lain bahagia.
Hari ini, aku tak tahu apa ada orang yang bisa tidur dan makan lebih baik dariku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan memberi.
" Wanita kaya itu memiliki segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang namun dia kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Orang yang berjiwa besar bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan,tetapi orang yang lebih besar daripada kesalahan yang diperbuatnya

http://seputarartikel.blogspot.com

Krisis Finansial 2008: Rendahnya Kejujuran, Kredibilitas dan Keberpihakan

Oleh: Eramuslim.net

Krisis finansial yang terjadi saat ini bukanlah hal yang mengagetkan dan datang secara tiba-tiba. Tim Indonesia Bangkit (TIB) telah mengingatkannya berulangkali akan bahayanya financial bubbles. ECONIT pada awal Januari 2008 ini dalam paparan ECONIT “Economics Outlook 2008” menyebutkan bahwa tahun 2008 sebagai The Year of The Bubbles (tahun gelembung) yang dapat pecah sewaktu-waktu bila pemerintah tidak mengantisipasi peningkatan gelembung finansial yang semakin meng-khawatirkan tersebut.

Sebagai contoh pada awal Januari 2008, jumlah emiten yang mencatat PER di atas 50 kali mencapai 51 emiten, 26 emiten di antara-nya memiliki PER di atas 100 kali dan bahkan 11 emiten diantaranya memiliki PER lebih dari 300 kali. Peningkatan harga saham yang jauh melebihi kinerja fundamental tersebut merupakan gejala balon finansial.

Dalam paparan ECONIT “Economics Outlook 2008” tersebut disebutkan bahwa pada tahun 2008 kemungkinan resesi di Amerika semakin tinggi, dipicu oleh kelemahan struktural ekonomi Amerika dalam bentuk defisit neraca perdagangan (US$ 850 miliar), defisit transaksi berjalan (6 persen GDP), dan ancaman inflasi energi. Koreksi, bahkan kemungkinan resesi, ekonomi Amerika akan punya dampak luas terhadap ekonomi Indonesia yang tengah mengalami peningkatan gelembung di sektor finansial termasuk bursa dan kredit konsumsi.

Sayangnya, menurut TIB, peringatan tersebut tidak diantisipasi oleh pemerintah. Menko Perekonomian Boediono malah membantah kemungkinan pecahnya gelembung finansial tersebut. Demikian juga Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa Rizal Ramli mengada-ada dan sekedar mencari popularitas. “Akibat kesombongan dan percaya diri yang berlebihan dari menteri-menteri ekonomi SBY tersebut, pemerintah merasa terlalu percaya diri dan tidak melakukan langkah-langkah antisipatif untuk memperkuat ekonomi nasional,” tulis TIB.

Namun demikian, ketika prediksi pecahnya gelembung finansial tersebut benar-benar terjadi, pemerintah langsung panik dengan melakukan tutup-buka-tutup-buka di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kebijakan tutup-buka-tutup-buka (TB-TB) tersebut, semakin menimbulkan kepanikan di kalangan bisnis. Kebijakan TBTB tersebut mempunyai dampak psikologis yang dapat lebih berbahaya.


Financial Bubble & Statements Bubble

Tim Indonesia Bangkit melihat, peningkatan kinerja makroekonomi Indonesia selama 4 tahun pemerintahan SBY seperti pertumbuhan ekonomi, nera-ca pembayaran dan cadangan devisa, lebih banyak ditopang oleh peningkatan ekspor yang dipicu oleh kenaikan harga komoditas di pasar dunia dan peningkatan aliran masuk modal spekulatif (hot money).

Dijelaskan selama 2006-2008, cadangan devisa Indonesia meningkat dramatis dari sekitar US$ 35 miliar pada akhir 2005 menjadi sekitar US$ 57 milyar pada akhir 2007 dan US$ 60,5 milyar pada akhir Juli 2008. Namun demikian, kata TIB, peningkatan cadangan devisa tersebut ternyata tidak didukung oleh peningkatan produktivitas dan daya saing ekspor (export competitiveness) maupun peningkatan aliran investasi langsung. “Peningkatan cadangan devisa lebih banyak disebabkan oleh kenaikan ekspor akibat melonjaknya harga internasional komoditas pertambangan dan perke-bunan (price driven export growth). Dari komposisi produk penyumbang ekspor, jelas terlihat bahwa kenaikan ekspor lebih banyak disumbang oleh kenaikan harga ekspor komoditi primer seperti nikel, tembaga, batu bara, CPO, dll,” jelas TIB.

Menurut TIB, kinerja ekonomi yang lebih banyak ditopang oleh peningkatan ekspor dari kenaikan harga komoditas di pasar dunia dan peningkatan aliran masuk modal spekulatif (hot money) telah mendorong kenaikan harga saham sangat tinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sektor properti komersial. Indeks Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah meningkat dramatis. Pada tahun 2007, kenaikannya mencapai 52 persen. Peningkatan indeks harga saham seba-gian disebabkan oleh tingginya harga komoditas internasional (25-30 persen nilai bursa) yang mendorong peningkatan keuntungan pada emiten perkebunan dan pertambangan. Investor bahkan tidak lagi mengindahkan kondisi fundamental dari emiten-emiten yang ada di BEI.

Secara cepat dan pasti, sejak tahun 2007 mulai terbentuk balon finansial (financial bubble) yang semakin mengge-lembung pada tahun 2008 seperti di pasar modal, kredit konsumsi, seperti kredit sepeda motor, kartu kredit, properti komersial, mulai terbentuk gejala sejenis subprime lending. Aliran modal speku-latif telah menggelembungkan nilai aset finansial dan memperkuat nilai tukar rupiah. Namun demikian, ketika terjadi arus balik seperti yang terjadi pada bulan Oktober 2008 ini, nilai aset finansial dan nilai tukar rupiah terperosok cukup signifikan.

Di sisi lain, kenaikan nilai aset finan-sial yang sangat tinggi justru memper-lambat perkembangan sektor riil. Sebab, jika tingkat return di sektor finansial jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat return di sektor riil, pemilik modal akan cenderung melakukan investasi di sektor finansial dibandingkan sektor riil. Akibatnya, kesenjangan antara sektor finansial dengan sektor riil semakin melebar. Sektor finansial terus meng-gelembung, sementara sektor riil semakin terpuruk, sehingga terjadi missing link antara perkembangan sektor finansial dan sektor riil.


Statements Bubble

Kinerja ekonomi makro yang seolah “kuat” karena ditopang oleh faktor eksternal, yaitu hanya komoditas, finan-cial bubbles malah diklaim sebagai keberhasilan pemerintah. Padahal menurut TIB, selama ini pemerintah berulangkali mengeluarkan publikasi, pernyataan dan klaim bahwa ekonomi sudah on the track, fundamental ekonomi kokoh dan lain sebagainya. Namun ketika gejolak ekonomi terjadi ternyata bahwa “kekuatan” tersebut sangat rapuh dan dengan cepat pemerintah menyalahkan faktor eksternal sebagai penyebabnya.

Pada ECONIT Economic Outlook 2008 hal 5 dituliskan bahwa “Pemerintah SBY akan semakin aktif mengeluarkan pernyataan balon (bubble statements) pada tahun 2008, dalam bentuk per-nyataan PR yang super-optimis dan tidak sesuai dengan realitas yang terjadi di sektor riil dan masyarakat. Jika sibuk membuat pernyataan balon, sulit meng-harapkan pemerintah fokus pada penye-lesaian masalah yang riil”.

TIB pun telah mencatat beberapa statements bubbles, di antaranya seperti klaim kokohnya fundamental ekonomi. Padahal fundamental ekonomi tidak dapat dikatakan kokoh tanpa dukungan kuatnya sektor riil. Selama pemerintahan SBY justru telah terjadi kemerosotan di sektor riil dan telah terjadi percepatan de-industrialisasi.

Statements bubble yang cukup feno-mena,l menurut TIB, adalah klaim bahwa telah terjadi pengurangan kemiskinan dan klaim bahwa kenaikan BBM akan mengurangi kemiskinan. Klaim ter-jadinya pengurangan pengangguran saat itu direkayasa dengan melakukan peru-bahan waktu survei dari bulan Februari ke bulan Juni 2008 pada puncak masa panen raya. Demikian juga perubahan angka kemiskinan belakangan ini terjadi dengan cara mengubah methodologi. “Berbagai rekayasa prestasi kinerja ekonomi ala pemerintah SBY dengan akrobat statistik semakin mengurangi kredibilitas pernyataan pemerintah sehingga dikenal apa yang disebut sebagai 'SBY-GA'” yaitu perbedaan antara klaim kinerja dan realita di lapangan yang dihadapi rakyat dan sektor riil,” papar TIB.

Tidak adanya Keberpihakan dan Rendahnya Kredibilitas Respon Kebijakan

Mencermati respon kebijakan Peme-rintah SBY selama beberapa minggu terakhir yang sangat tidak memadai untuk menghadapi dampak global, Tim Indonesia Bangkit (TIB) kembali men-desak pemerintah SBY untuk segera megubah haluan kebijakan ekonomi dengan meninggalkan jalur (track) kebi-jakan ekonomi neoliberal yang hanya berpihak kepada sekelompok elit pemilik modal dengan kebijakan ekonomi yang lebih proaktif, di sisi moneter, fiskal, industri keuangan, perdagangan dan sektor riil, serta lebih berpihak pada kepentingan masyarakat luas. Langkah ini harus dilakukan untuk menghin-darkan Indonesia dari kemerosotan ekonomi yang lebih cepat (hard landing).

Sangat disayangkan, kata TIB, Tim Ekonomi SBY asal membantah berbagai peringatan dini atas krisis sehingga praktis tidak ada langkah antisipatif yang dilakukan Pemerintah SBY. Saat ekonomi Indonesia mulai bergejolak, Pemerintah SBY panik seolah dampak resesi AS dan bubble keuangan tersebut muncul tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi sebelum-nya.

Bahkan respon yang dipilih oleh Pe-merintah SBY pun lebih berpihak kepada kepentingan asing dan sarat conflict of interest. Kenyataan ini sesungguhnya sama sekali tidak mengejutkan bila kita flashback dan membuka kembali paper TIB 19 April 2005: “Tim Ekonomi: Tidak Mengabdi Kepada Kepentingan Rakyat”, yang memprediksi bahwa arah kebijakan ekonomi Pemerintah SBY-JK dipastikan akan sangat dipengaruhi oleh komposisi tim ekonomi yang dipenuhi oleh mereka yang akan menjadi kepanjangan tangan kepentingan asing dan tunduk pada garis IMF/Bank Dunia serta para pengusaha pemburu rente. [pendi/diolah dari Paper Tim Indonesia Bangkit/www.suara-islam.com]

Ummat Islam dan Teori Konspirasi

Oleh: Abi Waskito

Sebuah buku berjudul, Akar Konflik Politik Islam di Indonesia, ditulis oleh Dhurorudin Mashad, terbitan Pustaka Al Kautsar, cetakan Juni 2008. Buku ini diberi kata pengatar oleh Eep Saefulloh Fatah, pakar politik UI. Pustaka Al Kautsar termasuk sering menerbitkan buku-buku yang bertema politik Islam. Buku ini melengkapi wacana yang telah diterbitkan sejak lama. Dalam buku karya peneliti LIPI ini banyak wawasan-wawasan informasi yang bisa dijadikan alat untuk memahami peta politik Islam di Indonesia, sejak dulu sampai saat ini. Namun kali ini saya tidak bermaksud membahas buku Dhurorudin Mashad di atas. Cukuplah pembaca mengkajinya secara mandiri. Disini saya lebih tertarik membahas salah satu materi kata pengantar Eep Saefulloh Fatah, ketika dia menjelaskan sumber-sumber kemunduran kehidupan Ummat Islam di Indonesia. Menurut Eep, secara statistik jumlah Muslim Indonesia sangat banyak, tetapi secara realitas peranan Ummat Islam marginal.

Dia berusaha mencari jawaban atas masalah ini. Salah satunya, menurut Eep, biang kerok kemunduran Ummat Islam, karena kita terlalu banyak terbelit oleh TEORI KONSPIRASI.

Dalam buku itu Eep mengatakan:

“Salah satu cara menjawab yang seringkali diajukan oleh kalangan Islam adalah menemukan sumber-sumber di luar sebagai penyebab, biang kerok, kekalahan atau kegagalan politik mereka (Ummat Islam, pen.). Salah satu cara sangat populer dalam kerangka ini adalah mengajukan teori konspirasi: menunjuk kalangan-kalangan di luar Islam yang dipersepsikan sebagai komplotan yang memang terus-menerus menjaga agenda mereka untuk memarjinalisasikan kalangan Islam.

Goenawan Mohamad menyebut teori konspirasi sebagai “teori orang malas”. Saya tidak bisa tidak bersetuju. Bahkan menurut hemat saya, bukan sekedar itu. Teori konspirasi, bukan alat penjelasan orang-orang yang malas, tetapi juga “teori para pecundang”. Seorang pecundang membiasakan telunjuknya mengarah ke luar dirinya, seolah mengharamkan introspeksi. Seorang pemenang, sebaliknya, senantiasa ikhlas melihat pertama-tama ke dalam dirinya. Introspeksi.

Menuding penyebab di luar sebagai sebab utama atau semata-mata adalah salah satu cara yang kontra-produktif untuk memahami kegagalan dan kekalahan politik kalangan Islam. Karena itu, cara semacam itu selayaknya ditinggalkan. Selayaknya kalangan Islam memulai usaha pencarian jawaban atas pertanyaan itu dengan melihat ke dalam, ke dalam diri sendiri, melakukan introspeksi secara ikhlas, dan menemukan kekeliruan atau kesalahan pertama dan terutama dari sana.” (Akar Konflik Politik Islam di Indonesia, Dhurorudin Mashad, halaman xii).

Eep Saefulloh Fatah beberapa tahun lalu mengambil studi doktoral di Amerika. Kini mulai aktif kembali dalam kancah pemikiran politik di Indonesia. Dia seorang demokrat sejati dengan segudang optimisme tentang kehidupan rakyat yang adil, makmur, sentosa, aman, damai, bersatu, bermartabat, terhormat, mulia, berdaya, harmonis,…: melalui proses demokrasi! Pada sebagian orang, demokrasi telah menjadi nilai-nilai yang mengendap ke dasar keyakinan di hati. [Padahal dalam Islam, politik saja posisinya hanya sekedar wasilah (sarana), bukan prinsip fundamental. Apa lagi demokrasi?].

Saya masih ingat dialog Eep Saefulloh Fatah dengan HS. Dillon di sebuah stasiun TV. Setelah 10 tahun Reformasi, kondisi masyarakat malah acur mumur (hancur berantakan). HS. Dillon berkali-kali menanyakan ke Eep tentang ongkos besar di balik praktik politik selama ini. Tetapi Eep keukeuh dengan keyakinannya, bahwa demokrasi adalah jalan terbaik bagi bangsa Indonesia. Menyikapi situasi penderitaan masyarakat di era Reformasi, Eep begitu pintarnya mencari black sheep (baca: kambing hitam) dengan menyebut konstruksi kepemimpinan politik saat ini yang dianggapnya belum demokratis. Contoh, pada Pemilu 1999 PDIP memperoleh suara terbanyak, tetapi malah Gus Dur yang menjadi presiden. Atau Pemilu 2004, yang jadi presiden malah SBY dari Partai Demokrat.

Pendek kata, dalam pandangan Eep, Indonesia belum mencerminkan kondisi negara yang demokratis. Lalu apa komentar dia ketika menyaksikan kondisi keterpurukan Amerika saat ini? Bukankah disana adalah syurganya demokrasi? Entah, nanti “black sheep” siapa lagi yang akan dibawa-bawa…

Pentingnya Introspeksi
Pemikiran Eep Saefulloh yang layak dihargai, bahwa Ummat Islam perlu introspeksi diri. Lihatlah ke dalam, lihat berbagai kekurangan dan kelemahan diri. Ya, benar adanya. Introspeksi diri sangat penting. Dalam Islam ia dikenal dengan istilah muhasabah (menghitung-hitung kekurangan diri). Setiap manusia berakal pasti membutuhkan muhasabah atau evaluasi diri. Khalifah Umar Ra. mengatakan, “Hisablah diri kalian, sebelum kelak kalian akan dihisab (oleh Allah).” Benar, kita setuju sepenuhnya. Ummat Islam, baik sedang terpuruk atau berjaya, sedang dominan atau marginal, sedang di atas atau di bawah, saat sendiri atau berjamaah; kita semua butuh introspeksi diri, evaluasi diri, terus bermuhasabah.

Kalau mau jujur, kemauan untuk muhasabah bagi setiap orang, merupakan tanda bahwa yang bersangkutan berpeluang untuk maju. Siapapun yang anti muhasabah, merasa cukup dengan kemampuan dan ilmunya, merasa telah sempurna, dengan enggan melihat kesalahan-kesalahan diri; mereka akan kalah atau dikalahkan.

Kebangkitan bangsa Jerman setelah Perang Dunia I, hal itu muncul ketika mereka bersedia mengkoreksi kesalahan-kesalahannya, lalu melakukan konsolidasi internal. Sebaliknya, kegagalan Jerman dalam PD II itu justru terjadi ketika mereka memaksakan diri ingin mengalahkan Rusia. Jerman tidak menghitung kondisi internalnya dan tantangan eksternal yang akan dihadapi. [Jerman menyerang Rusia saat negeri itu menjelang musim dingin. Tentu saja, Rusia sangat “welcome” menyambut pasukan Nazi Jerman, untuk dikubur di bawah tumpukan salju].

Kondisi yang sama juga dialami Jepang. Gerakan Restorasi Meiji mencerminkan komitmen tinggi Jepang untuk melakukan perbaikan internal. Namun ketika Jepang memaksakan diri mendukung Jerman dan Itali dalam PD II, tanpa menghitung sejauhmana tantangan eksternal yang dihadapi, mereka pun dikalahkan. Akibat kekalahan itu, sampai hari ini Jepang masih harus meminta maaf atas kekejaman-kekejaman pasukannya di masa lalu kepada China, Korea, Indonesia, dan lainnya. Ketika suatu bangsa melakukan introspeksi, mereka bangkit; namun saat mereka arogan dan meninggalkan introspeksi, mereka pun dikalahkan. Situasi yang sama juga dihadapi Napoleon Bonaparte di Perancis.

Adalah nonsense bicara soal kebangkitan, tanpa introspeksi diri. Bahkan Al Qur’an memberikan landasan filosofis yang amat fundamental. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah (keadaan) suatu kaum, sampai mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri.” (Ar Ra’du: 11).

Ketika Rasulullah Saw. memimpin kaum Muslimin dalam Perang Hunain, banyak orang merasa arogan dengan jumlah pasukan yang banyak. Mereka merasa akan mudah mengalahkan suku-suku pedalaman Arab yang masih musyrik. Ternyata, jumlah yang banyak itu tidak berdaya menghadapi serangan-serangan kaum musyrikin. Pasukan kaum Muslimin kocar-kacir. Banyak yang melarikan diri dari medan pertempuran, sebelum diijinkan oleh Nabi Saw. Barulah ketika Nabi melakukan konsolidasi, memanggil Shahabat-shahabat terbaiknya dari kalangan Anshar dan Muhajirin, setelah itu perlahan-lahan kaum Muslimin bisa memukul mundur suku-suku pedalaman Arab, sampai mereka benar-benar dikalahkan dengan kerugian harta-benda sangat besar. (Lihat Surat At Taubah: 25-27).

Hampir bisa dipastikan, tidak akan ada kebangkitan, tanpa introspeksi diri. Bahkan dalam manajemen-manajemen modern, istilah evaluasi program sudah menjadi makanan sehari-hari. Mereka juga mengenal istilah analisa SWOT. Siapapun yang mau maju, pasti butuh evaluasi diri.

Tetapi saat kita menyadari pentingnya introspeksi diri, tidak berarti harus membuang teori konspirasi, atau menuduh teori itu sebagai buang-buang waktu, atau sejenis “kerjaan orang bodoh”. Tidak sama sekali. Pemahaman terhadap teori konspirasi tetap dibutuhkan oleh Ummat ini, bahkan sangat penting. Tidak mungkin sukses perjuangan suatu kaum, jika mereka buta terhadap konspirasi musuh-musuhnya. Rasulullah Saw. memerintahkan sebagian Shahabat melakukan kegiatan mata-mata atau pengintaian, karena ingin mengetahui konspirasi-konspirasi musuhnya? Sampai beliau mengatakan, “Al harbu khud’ah” (perang itu adalah tipu daya).

Pandangan Islam
Sebenarnya, ajaran Islam sangat memperhatikan posisi teori konspirasi –jika boleh disebut demikian-. Bahkan tema konspirasi (makar) sangat kuat dalam ajaran dan sejarah Islam. Minimal, kita diingatkan bahwa iblis dan bala tentaranya tidak kenal lelah melakukan konspirasi untuk menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Begitu pula, orang-orang kafir selalu berkonspirasi untuk memurtadkan kaum Muslimin. Dalam Al Qur’an, “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian, sampai mereka berhasil membuat kalian murtad dari agama kalian, seandainya mereka mampu (melakukan hal itu).” (Al Baqarah: 217).

Konspirasi dalam Al Qur’an disebut dengan istilah al makar atau al kaidu. Ayat-ayat tentang hal ini sangat banyak. Di antaranya yang sangat populer ialah: “Mereka membuat makar, dan Allah pun membuat makar. Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pembuat makar (balasan).” (Ali Imran: 54). Dan ada pula ayat berikut: “Dan sungguh mereka telah membuat makar (yang besar), padahal di sisi Allah (balasan) makar mereka itu. Dan sungguh makar mereka itu dapat melenyapkan gunung (karena saking kejinya).” (Ibrahim: 46).

Dalam kisah para Nabi dan Rasul banyak disebutkan tentang makar-makar. Rata-rata musuh para Rasul membuat makar untuk menentang Kenabian. Minimal makar dengan kampanye menjelek-jelekkan dakwah Rasul. Saudara-saudara Yusuf As pernah membuat makar dengan memasukkan Yusuf ke dalam sumur, lalu mereka mengarang cerita dusta tentang “Yusuf dimakan srigala”. Fir’aun juga membuat makar untuk menghalangi dakwah Musa As. Samiri membuat makar “anak sapi” untuk menyesatkan Bani Israil. Romawi membuat makar untuk memberantas dakwah Zakariya, Yahya, dan Isa As. Adapun makar di jaman Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam banyak sekali. Makar itu terutama dari kalangan musyrikin Makkah, Yahudi Madinah, dan kaum munafik Madinah.

Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam berkali-kali hendak dibunuh. Pertemuan di Darun Nadwah Makkah merekomendasikan agar Nabi dibunuh secara bersama-sama oleh pemuda musyrikin. Sewaktu Nabi menempuh hijrah ke Madinah, beliau disayembarakan untuk dibunuh. Ketika di Madinah, Nabi hendak dibunuh oleh orang Yahudi dengan rencana dilempar penggilingan gandum dari atap rumah. Beliau pernah diracun oleh seorang wanita Yahudi melalui daging yang dihadiahkan kepadanya. Beliau juga pernah disihir oleh dukun Yahudi. Kaum Muslimin mengalami makar berkali-kali dari Abdullah bin Ubay dan kawan-kawan. Begitu pula Yahudi membuat makar besar dengan menjadi sponsor utama pasukan al ahzab (semacam Sekutu multi nasional).

Sejarah Islam menceritakan banyak fakta-fakta tentang makar. Khalifah Abu Bakar Ra. diganggu oleh Nabi palsu dan kaum murtadin (menolak membayar zakat). Khalifah Umar Ra. terbunuh karena konspirasi, begitu pula Khalifah Utsman Ra. dan Khalifah Ali Ra. Munculnya Khawarij dan Syi’ah juga bagian dari proses makar (konspirasi). Begitu pula Perang Salib melawan pasukan Nashrani Eropa, kehancuran Andalusia di Spanyol, penjajahan bangsa Eropa di Dunia Islam (Asia-Afrika), hancurnya Khilafah Islamiyyah Utsmaniyyah, munculnya negara-negara atas dasar nasionalisme, serta berdirinya Israel di Palestina, semua itu berbicara lugas tentang fakta besar: M A K A R !!!

Hingga pernah diceritakan, ketika Israel berhasil merebut Palestina, salah satu perwira pendukung Israel datang ke makam Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah. Disana dia mengejek Shalahuddin. Dia mengatakan, bahwa kemenangan Israel itu merupakan pembalasan atas kekalahan Barat dalam perang Salib. Jangan jauh-jauh, George Bush saja ketika menyerukan war against terrorism, dia mengklaim bahwa perangnya merupakan kelanjutan dari Crusade.

Jadi adalah sangat lucu kalau kita mengabaikan fakta konspirasi. Secara tekstual, ajaran Islam berbicara tentang hal itu. Dalam sejarah para Rasul As, sejarah Nabi Saw. dan Khulafaur Rasyidin radhiyallahu ‘anhum hal itu nyata terjadi. Begitu pula dalam sejarah Islam sejak awal sampai Turki Utsmani, bahkan sampai hari ini, makar terus diproduksi untuk merobohkan Islam.

Entah kita akan disebut Ummat sedungu apa, kalau mengingkari fakta konspirasi ini? Dan entah bagaimana lagi hendak menjelaskan, jika dalil-dalil segunung itu ditolak dengan alasan “teori orang malas”, bahkan “teori para pecundang”? Jangan-jangan orang yang mengatakannya sudah tidak beriman lagi? Na’udzubillah min dzalik. [Kalau Goenawan Mohamad memang kafir dan anti Islam. Tahun 2006, dia mendapat penghargaan Dan David Prize di Tel Aviv Israel. Hal itu disebutkan dalam buku Fakta dan Data Yahudi di Indonesia, oleh Rizki Ridyasmara].

Sejarah di Indonesia
Di Indonesia pun kita menjumpai banyak fakta konspirasi. Bukan lagi teori, tetapi fakta. Penjajahan VOC dan Belanda, Portugis, Inggris, Spanyol, dan Jepang di Indonesia adalah fakta tentang konspirasi. Ya, penjajahan itu bisa dibilang “mbah-nya” konspirasi. Lama sekali masa yang dijalani bangsa ini dalam penjajahan, sejak tahun 1600-an sampai 1945.

Politik devide et impera yang diterapkan Belanda (VOC) adalah konspirasi. Penipuan terhadap para pahlawan seperti Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Syaikh Yusuf, dll. dengan kedok perundingan damai, lalu yang bersangkutan ditangkap adalah konspirasi. Keterlibatan Snouck Hurgronje yang mengaku ulama dari Makkah, lalu meracuni pikiran rakyat Aceh, adalah konspirasi. Bahkan upaya mencuci otak anak-anak terbaik Indonesia dengan sistem pendidikan sekuler Belanda, melalui Politik Etik Douwes Decker, adalah konspirasi. Perundingan-perundingan dengan Belanda seperti Linggarjati, Renville, KMB, yang isinya selalu merugikan Indonesia, adalah konspirasi.

Bahkan konspirasi itu juga dilakukan sendiri oleh elit politik Indonesia sendiri. Soekarno sewaktu menyusun Pancasila, setuju dengan konsep “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Namun tanggal 18 Agustus 1945 saat pengesahan UUD 1945 dia mengingkari janjinya. Teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno dengan coret-coretan juga konspirasi. Kebohongan Soekarno kepada rakyat Aceh tentang penerapan Syariat Islam, juga konspirasi. Sikap lunak Soekarno kepada PKI, meskipun telah memberontak di Madiun, adalah konspirasi. Sikap keras Soekarno kepada Masyumi dan tokoh-tokoh yang terlibat PRRI, adalah konspirasi. Dan lain-lain sangat banyak.

Kalau kita membaca sejarah Indonesia, sebagian besar adalah sejarah konspirasi. Ia merupakan sejarah yang berpihak kepada kaum sekuler dan anti Islam. Salah satu contoh, tentang Boedi Oetomo (BO). Kelahiran BO menjadi tonggak Kebangkitan Nasional. Padahal banyak orang tahu, BO itu organisasi etnik yang bersifat elitis, dan sangat kompromi dengan kepentingan Belanda. Bahasa pengantarnya saja Belanda. Tidak pernah terdengar BO melancarkan perang anti penjajahan. Sementara Syarikat Islam (SI) yang sangat pro kemerdekaan dan anti penjajahan, tidak pernah dihargai sebagaimana mestinya. Begitu pula, isi Sumpah Pemuda sangat mirip dengan slogan yang dikenal di kalangan Freemasonry. Melodi lagu Indonesia Raya pun tidak murni gubahan WR. Soepratman, tetapi dimodifikasi dari lagu-lagu klasik.

Banyak sekali fakta-fakta konspirasi yang kita dapati, sejak jaman Orde Lama, Orde Baru, sampai saat ini. Peristiwa Woyla, Tanjung Priok, Talangsari, Kupang, Ambon, Maluku Utara, Poso, dll. pekat beraroma konspirasi. Kerusuhan Mei 1998 pun tidak murni karena demo mahasiswa. Ada tangan-tangan kuat yang bermain di baliknya. Terutama IMF, USAID, media-media TV, dan LSM-LSM pro asing di Indonesia. Pemerintah Abdurrahman Wahid sarat dengan misi konspirasi. Hingga Bom Bali tanggal 12 Oktober 2002, khususnya bom yang meledak di Sari Club, sampai saat ini masih menyisakan banyak misteri.

Banyak sekali fakta tersebut. Disana ada peristiwa-peristiwa besar yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, tetapi tidak bisa dicarikan jawabannya dengan berita-berita umum yang beredar di media massa. Contoh, kerusuhan Ambon 19 Januari 1999. Korban yang meninggal sangat banyak, hingga mayat-mayat yang membusuk di pantai. Kota Ambon sendiri rasanya hancur total. Di pemukiman Muslim, masih tersisa satu bangunan Masjid Al Fatah. Trauma pasca kerusuhan ini tidak akan hilang sampai beberapa generasi ke depan. Pertanyaannya, mungkinkah kerusuhan besar itu terjadi hanya karena pertengkaran sopir angkot di terminal Mahardika? Lihatlah antara akibat yang timbul dan penyebabnya terdapat jurang kesenjangan yang amat jauh. Sangat dungu orang yang mengabaikan fakta konspirasi dalam kasus ini.

Konspirasi Kelas Dunia
Di dunia internasional sendiri sangat banyak konspirasi. Sebagian konspirasi itu akhirnya terbongkar, sebagian lain masih misterius. Dan negara yang sangat banyak “memproduksi” konspirasi adalah Amerika. CIA sendiri adalah dinas intelijen yang paling sibuk ngurusi negara lain. Keringat agen-agen CIA bisa tercium di setiap meja pemerintahan-pemerintahan di dunia; bau mulut agen-agen CIA masih menempel di kabel-kabel saluran telepon khusus.

Harus dicatat bahwa berbagai konspirasi itu memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia di dunia. Sebagiannya adalah sebagai berikut:

1. Penetapan hak veto bagi 5 negara besar di PBB. Ummat Islam yang jumlahnya sekitar 1 miliar di dunia tidak mendapat 1 pun hak veto. Sementara Inggris dan Perancis yang kecil memperolehnya.


2. Perang dingin Amerika-Uni Soviet adalah medan perang konspirasi luar biasa. Hingga Hollywood pun dilibatkan dalam perang itu.


3. Pendaratan Niel Amstrong Cs. ke bulan adalah misteri besar. Seandainya Amerika telah mampu kesana, mengapa hal itu tidak mampu lagi diulang di jaman modern ini? Bukankah perkembangan teknologi semakin canggih? Bahkan meledaknya dua pesawat ulang-alik Amerika, Columbia dan Challenger, adalah fakta yang tidak terbantah bahwa menembus angkasa sangat sulit.


4. Penerimaan teori Evolusi Darwin sebagai bagian dari sains modern adalah konspirasi luar biasa. Bukan hanya karena teori itu tidak pernah mampu dibuktikan secara empirik di laboratorium; tetapi juga karena berbagai teror dialamatkan kepada ilmuwan-ilmuwan yang menolak teori itu.


5. Penggulingan penguasa-penguasa politik di Dunia Ketiga banyak dibidani oleh CIA, baik di Asia maupun Afrika. Contoh, jatuhnya Soekarno, Reza Pahlevi, Pol Pot, Farah Aidit, dll.


6. Skandal Iran Kontra. Skandal ini sangat mempermalukan Amerika di dunia internasional. Dalam opini dunia, Amerika sangat bermusuhan dengan Iran. Tetapi di bawah permukaan, mereka kerjasama dengan Iran dalam soal minyak. Lalu hasilnya dimanfaatkan untuk membeli senjata dalam rangka mendukung gerilyawan Kontra di Nikaragua.


7. Kebijakan Glasnost dan Perestroika Michael Gorbachev adalah bentuk konspirasi, sehingga Komunis Uni Soviet bubar. Kebijakan Gorbachev itu hanya untuk mengalihkan perhatian dunia dari kekalahan Uni Soviet di medan perang Afghanistan.


8. Perang Teluk I 1990-1991 adalah bentuk konspirasi. Saddam Husein pernah mengaku, bahwa sebelum penyerangan Irak ke Kuwait, duta besar Inggris dan Perancis terus memprovokasi Irak agar menyerang Kuwait. Tetapi setelah serangan dilakukan, Saddam Husein malah diadili dunia di bawah komando Amerika. Ini adalah kebusukan luar biasa. Saddam dan Irak dijebak dalam skenario mematikan. Di atas kertas mereka salah, padahal provokator serangan ke Kuwait adalah Inggris dan Perancis.


9. Krisis moneter regional di kawasan Asia tahun 1997 adalah hasil konspirasi antara lembaga-lembaga keuangan dunia, bandar mata uang asing (seperti George Soros), dan para konglomerat penghutang (debitor).


10. Tragedi WTC 11 September 2001 adalah konspirasi terbesar awal abad 21. Banyak peneliti yang membahas masalah ini.


11. Penggulingan Pemerintahan Thaliban setelah Tragedi WTC adalah konspirasi. Masalah utamanya, Thaliban tidak mau tunduk dalam aturan Amerika soal pasokan energi dari Asia Tengah.


12. Serangan Sekutu ke Irak 2003 atas nama “senjata pemusnah massal” adalah konspirasi luar biasa. Ia malah bisa disebut sebagai kejahatan perang. Sebab menurut inspeksi PBB, instalasi informasi senjata pemusnah massal di Irak adalah bohong belaka. Bahkan eksekusi mati terhadap Sadam adalah tindakan kejahatan internasional yang tidak termaafkan. Serangan ke Irak itu sendiri tidak sah, apalagi penggulingan kekuasaan, dan eksekusi terhadap pemimpin sebuah negara berdaulat.


13. Penjara-penjara Amerika untuk tertuduh terorisme seperti Guantanamo, Abu Ghraib, Begram, Kandahar, dll. adalah bentuk konspirasi juga. Dan banyak contoh-contoh lain.



Tanda bahwa semua itu konspirasi sangat sederhana. Satu, semua itu memberi dampak luar biasa dalam kehidupan manusia. Dua, opini yang berkembang di tengah masyarakat tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental seputar kasus-kasus di atas. Misalnya, klaim bahwa Usamah bin Ladin dan jaringan Al Qa’idah merupakan pelaku peledakan WTC. Klaim ini tidak mampu dibuktikan. Usamah dan lain-lain tidak mampu menjelaskan bagaimana detail kronologi peledakan WTC itu. Usamah bisa menjadi instruktur militer tercanggih di dunia jika benar-benar mampu menjelaskannya. Tidak ada satu pun satuan militer di dunia berani mengklaim bisa merancang aksi seperti itu. Bahkan benarkah peledakan pesawat bisa menghancurkan gedung semegah WTC hanya dalam hitungan beberapa menit?

Kalau kita tidak percaya dengan teori konspirasi, berarti kecerdasan kita sangat memprihatinkan. Kita tidak pernah berpikir secara logis, tetapi selalu mempercayai bahwa segala sesuatu terjadi secara kebetulan. Ini sangat mengerikan!

Bukan Pemikiran Pecundang
Goenawan Mohamad mengklaim bahwa teori konspirasi adalah “teori orang malas”. Eep Saefulloh Fatah menambahkan lebih tajam, “teori para pecundang”. Ungkapan-ungkapan seperti ini menurut saya justru keliru. Orang-orang yang mempercayai teori konspirasi adalah mereka yang memiliki intelijensi lebih tinggi. Mereka tidak menerima begitu saja setiap informasi yang dipublikasikan. Mereka memikirkan kemungkinan terbalik dari apa yang tampak di permukaan.

Dalam dunia intelijen, teori konspirasi menjadi madzhab utama. Anggota intelijen dibiasakan memikirkan segala sesuatu secara terbalik. Semua itu membutuhkan kekuatan berpikir yang tinggi. Tidak berlebihan jika dinas tersebut disebut intelligence; kumpulan orang-orang pintar.

Dari sisi lain, di dunia sangat banyak gerakan-gerakan politik yang bekerja secara konspiratif (gerakan bawah tanah). Hampir di setiap negara ada gerakan seperti itu, termasuk di Indonesia. Di antara mereka benar-benar murni gerakan bawah tanah, tidak pernah mengekspose diri ke permukaan. Contoh gerakan-gerakan yang bekerja secara rahasia: Macan Tamil Elam di Srilangka, MILF di Filipina, ANC di Afrika Selatan (dulu), IRA di Irlandia, Basque di Spanyol, Quebec di Kanada, Jihad Islam di Palestina, Al Qa’idah di Irak, Hizbullah di Libanon, dll. Semua pengamat mengerti tentang realitas ini. Bahkan mencermati perkembangan politik tanpa memikirkan elemen-elemen seperti itu adalah nonsense. Kalangan Yahudi termasuk yang memiliki gerakan-gerakan under ground sangat militan. Termasuk organisasi mantel Yahudi seperti Freemasonry, Illuminati, Ksatria Templar, Rotary Club, Lions Club, dll. Begitu juga dalam bidang kriminalitas ada Mafia Sicilia, Mafia Rusia, Mafia China (Triad), Mafia Kolumbia, dll. Mereka bekerja saat orang lain tertidur, dan mereka tidur saat orang lain bekerja. Begitulah logikanya.

Dalam politik juga begitu. Teori konspirasi banyak dipakai untuk membuat analisis politik. Medan politik adalah medan perang kepentingan; namun perang ini tidak memakai senjata dan amunisi. Ia adalah perang manuver-manuver politik untuk memperoleh akses politik sebesar-besarnya. Siapapun yang membuat manuver politik hanya berdasarkan kenyataan-kenyataan terbuka yang tampak di atas permukaan, dia akan gagal. Politik yang bekerja sesuai opini umum adalah politik orang awam, bukan politik cerdas yang efektif.

Singkat kata, teori konspirasi bukan “teori orang malas” atau “teori para pecundang”. Ia adalah teori yang menunjukkan level berpikir lebih tinggi dari standar orang biasa. Orang malas tidak akan sampai ke pemahaman teori konspirasi, apalagi para pecundang. Ungkapan Eep Saefulloh Fatah di atas adalah salah secara komprehensif. Ia lebih tampak seperti retorika tanpa arti.

Metode Sederhana
Secara umum, hakikat konspirasi itu nyata. Dengan berbagai cara Allah Ta’ala mengingatkan kita tentang bahaya konspirasi. “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh kalian, maka jadikan ia musuh kalian. Sesungguhnya syaitan itu menyeru bala tentaranya untuk menjadi penghuni neraka sa’ir.” (Faathir: 6). Menolak konspirasi akan membawa kita mengkufuri ajaran Islam. [Meskipun tentu saja, ajaran Islam tidak hanya bicara soal konspirasi].

Dalam menyikapi sesama Muslim, kita tidak boleh memakai kerangka teori konspirasi. Ia hanya digunakan untuk menyikapi berbagai golongan anti Islam, apapun bentuk dan eksistensinya. Terhadap sesama Muslim yang dikenal baik komitmen kepada agamanya, berlaku prinsip husnuzhan (baik sangka). Kepada non Muslim, sekularis, kalangan anti Islam, aliran sesat, dan orang-orang yang sudah terkenal kejahatannya, sudah sewajarnya kita su’uzhan. Su’uzhan dalam kondisi seperti itu tidak merugikan. Jika kita benar, maka kita terselamatkan dari bahaya mereka; jika kita salah, setidaknya sudah melakukan ikhtiar kewaspadaan. Seorang Muslim wajib waspada kepada semua elemen-elemen musuhnya.

Bagaimana kalau ada yang menyebut usaha kewaspadaan sebagai perbuatan “orang malas” atau “para pecundang”? Jawabnya sederhana: Orang yang mengatakan itu tidak mengerti ajaran Islam! Bahkan dia termasuk manusia polos yang percaya begitu saja setiap informasi yang bertebaran di masyarakat. Dan yang lebih memprihatinkan, logika berpikirnya tidak berjalan lancar. Betapa banyak kenyataan-kenyataan besar yang tak mampu dicarikan jawabannya melalui opini umum. Apakah semua itu terjadi karena kebetulan? [Jawaban Anda atas pertanyaan ini akan mencerminkan posisi keilmuwan dan wawasan Anda!].

Agar kita selalu mendapat petunjuk Allah Ta’ala dalam menyikapi berbagai realitas, hendaknya selalu taat kepada-Nya. “Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, maka Dia akan mengadakan bagimu furqan (pembeda antara al haq dan al bathil).” (Al Anfaal: 29).

Sebagai catatan terakhir, pemimpin Ikhwanul Muslimin di Mesir, Syaikh Hasan Al Banna rahimahullah, beliau menjadikan materi ghazwul fikri (perang pemikiran) sebagai salah satu materi penting tarbiyah dakwahnya. Sebagaimana namanya, ghazwul fikri berarti kancah perang pemikiran. Sampai ada satu hikmah besar: “Bahwa kenyataan hidup yang dihadapi Ummat Islam kerap kali mengikuti jadwal konspirasi yang diterapkan atas mereka.” Wallahu a’lam bisshawaab.

http://swaramuslim.net

Ciri-ciri Pemimpin Berkarakter.

Oleh: Abdul Rahman Kadir, MM

Aktualisasi karakter kepemimpinan yang diharapkan bangsa dan negara adalah yang mampu mengantarkan anak bangsa dari ketergantungan (dependency) menuju kemerdekaan ( independency ), selanjutnya menuju kontinum maturasi diri yang komplit ke saling tergantungan

(interdependency), memerlukan pembiasaan melalui contoh keteladanan perilaku para elite politik yang bergerak di eksekutif, yudikatif dan legislatif dalam taman sari demokrasi yang kondusif. Habitat yang dapat dijadikan persemaian karakter pemimpin itu antara lain harus dapat menumbuh suburkan dan mengembangkan perilaku dan sifat-sifat seperti :

1. Kesadaran diri sendiri (self awareness) jujur terhadap diri sendiri dan terhadap oranglain, jujur terhadap kekuatan diri, kelemahan dan usaha yang tulus untuk memperbaikinya.

2. Dasarnya seseorang pemimpin cenderung memperlakukan orang lain dalam organisasi atas dasar persamaan derajad, tanpa harus menjilat keatas menyikut kesamping dan menindas ke bawah. Diingatkan oleh Deepak Sethi agar pemimpin berempati terhadap bawahannya secara tulus.

3. Memiliki rasa ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman dalam menyampaikan umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur, lugas dan penuh rasa hormat kepada pemimpinnya.

4. Bersikap transparan dan mampu menghormati pesaing ( lawan politik ) atau musuh, dan belajar dari mereka dalam situasi kepemimpinan ataupun kondisi bisnis pada umumnya.

5. Memiliki kecerdasan, cermat dan tangguh sehingga mampu bekerja secara professional keilmuan dalam jabatannya. Hasil pekerjaanya berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

6. Memiliki rasa kehormatan diri ( a sense of personal honour and personal dignity ) dan berdisiplin pribadi, sehingga mampu dan mempunyai rasa tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya. Tidak seperti saat ini para pemimpin saling lempar ucapan pedas terhadap rekan sejawatnya yang berbeda aliran politiknya.

7. Memiliki kemampuan berkomunikasi, semangat " team work ", kreatif, percaya diri, inovatif dan mobilitas.


www.total.or.id

Jumat, 06 Maret 2009

KEPEMIMPINAN DALAM SEBUAH ORGANISASI

A. Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan diteliti, karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit dipahami. Fenomena kepemimpinan di negara Indonesia juga telah membuktikan bagaimana kepemimpinan telah berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam dunia bisnis, kepemimpinan berpengaruh sangat kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidupnya.

Pada era globalisasi dan pasar bebas hanya perusahaan yang mampu melakukan perbaikan terus-menerus (continuous improvement) dalam pembentukan keunggulan kompetitif yang mampu untuk berkembang. Organisasi sekarang harus dilandasi oleh keluwesan, tim kerja yang baik, kepercayaan, dan penyebaran informasi yang memadai. Sebaliknya, organisasi yang merasa puas dengan dirinya dan mempertahankan status quo akan tenggelam dan selanjutnya tinggal menunggu saat-saat kematiannya. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu mensikapi perkembangan zaman ini. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.(Harsiwi, 2003)

Untuk menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia membutuhkannya, sampai ada pendapat yang menyatakan bahwa dunia atau umat manusia di dunia ini pada hakikatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang saja, yakni yang berstatus sebagai pemimpin. Pepatah orang melayu yang menyatakan “jika gajah sama gajah berkelahi, pelanduk mati di tengah-tengah” sejalan dengan ungkapan di atas. Dengan demikian jika sekelompok orang yang berstatus pemimpin tersebut memutuskan untuk menimbulkan perang dunia sebagai satu-satunya jalan keluar dari konflik, maka umat manusia di dunia sebagai penduknya akan mati ditengah-tengah medan konflik tersebut. Ini sekedar penegasan dari pepatah melayu tersebut, dan kegalakan dari pendapat di atas yang mau menyatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan amat menentukan sekali dalam kehidupan manusia.( Thoha, 1996)

Tingkat efektivitas kepemimpinan ini bukan ditentukan oleh seorang atau beberapa orang pemimpin saja. Efektivitas itu justru merupakan hasil bersama antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya.Pemimpin tidak akan mampu berbuat banyak tanpa partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Sebaliknya orang-orang yang dipimpin, tidak akan efektif menjalankan tugas dan kewajibannya, tanpa pengendalian, pengarahan, dan kerja sama dengan pimpinan. Faktor partisipasi ini sangat menentukan dalam kepemimpinan, sehingga semakin aktif orang-orang yang dipimpin (anggota kelompok/organisasi) dalam partisipasi, maka akan semakain dinamis kehidupan kelompok/organisasi. Partisipasi dalam berpikir memecahkan masalah-masalah kelompok/organisasi perlu digalakkan agar kepemimpinan berlangsung efektif.

Partisipasi dalam mewujudkan keputusan menjadi kegiatan perlu dibina dan dikembangkan, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara optimal. Dalam berpartisipasi ini pulalah berkembang kreativitas dan inisiatif yang menjadikan organisasi menjadi dinamis, karena pemimpin merupakan tokoh sentral yang terbuka pada berbagai pembaharuan dan inovasi, yang akan berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan organisasi.
Usaha untuk mewujudkan partisipasi anggota organisasi pada dasarnya tergantung pada kemampuan mewujudkan hubungan manusiawi yang efektif. Hubungan seperti ini merupakan peluang bagi anggota untuk mengkomukasikan hasil berpikir, antar para pemimpin atau dengan anggota dan antar para anggota. Dalam hubungan manusiawi yang efektif itu setiap pemimpin memperoleh kesempatan dalam menggali kreativitas dan inisiatif, yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan dan mengembangkan organisasi.

B. Pengertian Kepemimpinan
Sebagai pengantar alur berpikir dalam membahas masalah kepemimpinan, berikut ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian atau definisi kepemimpinan antara lain :
Menurut Gary Yulk (1998:4), mendefinisikan kepemimpinan secara luas yaitu proses-proses mempengaruhi interpretasi menganai kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan tam work serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.

Susilo Martoyo (1998 : 166) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama.
Menurut Stephen P. Robbins (2001 : 39) memberikan definisi kepemimpinan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.
Sedangkan menurut Keth Davis (1972 : 100) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi (membujuk) orang-orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias.

Dari beberapa definisi tentang kepemimpinan di atas dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan tiap pimpinan dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya bekerja dengan rasa semangat dan bergairah, bersedia bekerjasama dan mempunyai disiplin yang tinggi, dimana para bawahan terikat dalam suatu kelompok secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Seorang pemimpin dikatakan mampu mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya dilihat dari sikap perilaku, dan kepuasan dalam bekerja. Hal ini dapat dilihat dari karyawan itu sendiri yang menyukai, menghormati, mengagumi dan mempunyai komitmen yang kuat untuk melaksanakan permintaan dari kepemimpinan.

C. Kepemimpinan Dalam Organisasi
Ditinjau dari pendekatan situasional menyatakan bahwa sifat-sifat itu bukanlah satu-satunya hal yang menentukan derajat dan kualitas pimpinan, melainkan situasi dan lingkunganlah merupakan faktor penentunya. Maka, seseorang pemimpin yang efisien pada saat sekarang ini belum tentu mampu menjabat tugas kepemimpinan pada saat lain dengan kondisi-kondisi yang berbeda (Kartini Kartono, 1990)
Contohnya, seorang kapten pilot pesawat terbang yang mengalami pendaratan darurat di daerah rawa-rawa atau daerah hutan belukar, belum tentu mampu menjadi pemimpin untuk membawa para penumpangnya keluar dari daerah rawa tersebut. Dia akan menyerahkan kepemimpinan keluar dari daerah paya dan hutan kepada seseorang yang terbiasa hidup di daerah sedemikian itu.

Jadi, sifat-sifat fungsional kepemimpinan itu erat berkaitan dengan situasinya. Keadaan darurat dan kondisi lingkungan dapat mendorong seseorang untuk menjadi pemimpin dan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam menanggapi tantangan situasinya. Apabila organisasi ada dalam keadaan kritis, maka akan muncul seorang pemimpin yang mampu mengatasi kemelut, yang sehari-harinya justru berfungsi sebagai anggota biasa. Dalam hal ini, ada kepercayaan yang datang dari luar/lingkungan untuk mengangkat pribadi yang bersangkutan sebagai pemimpin.

Jika penekanan tidak berlangsung pada sifat-sifat seseorang pemimpin, dan juga tidak terdapat penonjolan pada keinginan kelompok, namun ada penentuan dari pada relasi antara kemauan, kelompok dengan sifat-sifat pribadi pemimpin pada satu saat (situasi-situasi) tertentu, maka pendekatan semacam ini disebut sebagai pendekatan interaksionis. Sebagai contoh dari peristiwa yang terjadi di tanah air adalah peristiwa sebagai berikut : pada setiap departemen terdapat Inspektorat Jendral yang bertugas melaksanakan kontrol intern. Di samping itu pemerintah punya aparat khusus untuk mengawasi pelaksanaan anggaran, yaitu Direktorat Pengawasan Keuangan Negara, untuk mengawasi semua departemen. Juga ada Badan Pemeriksa Keuangan. Namun, oleh banyaknya ketidak beresan administrasi keuangan dan kurang efektifnya pengawasan, maka perlu dibentuk tim khusus “operasi tertib”, yaitu dengan diterimanya seseorang menjadi pimpinan dalam tim tersebut serta didukung oleh semua lapisan masyarakat dengan harapan agar administrasi negara bisa lebih tertib dan korupsi secara drastis bisa dikurangi.

Dalam situasi tersebut di atas, terdapat hubungan antara situasi, yaitu semrawutnya administrasi aparatur pemerintah dalam wilayah tanah air yang begitu luas, dengan harapan pimpinan pemerintahan, dan harapan segenap lapisan masyarakat yang menghendaki tindakan-tindakan tegas dan korektif. Dengan situasi dan kondisi sedemikian ini, seorang tokoh pemimpin dengan kemampuan dan kekuasaan khusus dapat mengatasi situasi yang cukup ruwet itu.

Dilain pihak organisasi sangat membutuhkan seorang pemimpin yang andal dalam membawa organisasinya menjadi lebih baik, misalnya Betti S. Alisjabhana, wanita pertama Indonesia yang diberikan kepercayaan oleh perusahaan asing IBM, untuk menjadi pemimpin perwakilan perusahaan IBM di Indonesia merupakan contoh seorang pemimpin yang dapat membawa perusahaan yang dipimpinnya mencapai hasil yang memuaskan, ditengah persaingan bidang Information Technology (IT) yang semakin berat. Sebagai orang yang dipercaya sebagai Presiden Direktur PT IBM Indonesia, Betty harus dapat membawa perusahaan ini agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam penjualan dan pemasaran perangkat keras, perangkat lunak, serta dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkan pelanggan. Dengan strategi kepemimpinan yang diterapkan oleh Betti, hasil besar yang diperoleh oleh IBM Indonesia saat ini dapat diukur dengan kepuasan pelanggan yang semakin meningkat, dapat memperoleh kedudukan yang kompetitif dalam pasar, serta kepuasan karyawan IBM sendiri.

Sementara itu, Budi Setiadharma, Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk, mengatakan strategi kepemimpinan yang baik adalah mengetahui dengan baik apa yang menjadi kompetensi dari perusahaannya dan berusaha mengembangkan hal tersebut. Sebagai orang yang pernah membawa Astra keluar dari kesulitan akibat lilitan utang perusahaan yang besar, sementara kebijakan yang ada melarang adanya tambahan investasi, Budi berhasil mengefisienkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan Astra, sehingga perusahaan tersebut dapat terus bertahan. (kompas.com, 25 Feb)

Menurut Budi, ada sembilan karakteristik pemimpin yang baik yaitu, adanya memiliki misi serta obsesi, keberanian untuk menjadi berbeda dan untuk mengambil resiko. Selain itu, seorang pemimpin juga harus dapat mendorong anak buahnya untuk mencapai visi dan misinya. Memiliki integritas, komitmen, kerjasama yang baik dalam tim, memiliki kepekaan terhadap dunia bisnis, serta dapat membangun image yang baik di luar perusahaan.

D. Penutup
Kepemimpinan adalah suatu aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut kerja sama dalam suatu organisasi mengharuskan setiap anggota mengetahui secara tepat dan jelas mengenai tugas dan tanggung jawabnya, sesuai dengan posisi/jabatannya masing-masing. Kejelasan itu akan memungkinkan setiap anggota organisasi ikut berperan serta secara maksimal dalam melaksanakan kegiatan dibidangnya, yang akan ikut memberikan sumbangan bagi tercapainya tujuan bersama.

Dengan kreativitas dan inisiatif yang disalurkan oleh pimpinan organisasi, berarti setiap anggota memperoleh peluang untuk mewujudkan kemampuannya secara maksimal. Kemampuan tersebut akan mengantarkan seorang anggota organisasi pada sukses atas dasar prestasinya yang akan mempengaruhi dan meningkatkan karirnya di lingkungan organisasinya. Untuk itu pimpinan harus mampu mendorong berlangsungnya persingan yang jujur dan sportif, yang memungkinkan organisasi berkembang secara dinamis.

Pemimpin tidak selalu menentukan keberhasilan organisasi, karena untuk mencapai keberhasilan di dalam organisasi, pemimpin sangat membutuhkan orang lain, anak buah dan staf. Tanpa dukungan, bantuan dan kerjasama orang lain mustahil pemimpin dapat menggiring organisasi meraih kemajuan. Hanya saja, keputusan-keputusan penting memang sepenuhnya ada di tangan pemimpin. Tetapi dalam mengambil keputusan, sebelumnya pemimpin tetap melibatkan pendapat anak buah.



DAFTAR PUSTAKA

Agung M. Harsiwi Th., 2003, Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Krakteristik Personal Pemimpin, Yogyakarta. http://artikel.us/amharsiwi2.html

Gary Yukl, 1998, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Penerbit Prenhallindo, Jakarta.

Kartini Kartono, 1990, Pemimpin dan Kepemimpinan, Cetakan Kelima, Penerbit CV Rajawali, Jakarta.

Miftah Thoha, 1996, Perilaku Organisasi, Cetakan Kedelapan, Penerbit PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

Strategi Memimpin Untuk Hasil Yang Terbaik, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0302/25/ekonomi/147500.htm

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...