Kamis, 17 Desember 2009

Century Gate: Antara gagal sistemik & rampok sistematis

Oleh: Abraham Runga Mali



Publik diminta untuk memahami kebenaran kata-kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Rochadi yang sering diulang pada sejumlah kesempatan, 'karena sistemik, bank setan pun harus diselamatkan.'
Benar, saat itu, 31 Oktober 2008, kondisi Bank Century sangat buruk yang ditandai rasio kewajiban modal minimum negatif 3,53%. Karena itu, dibutuhkan suntikan modal Rp632 miliar. Kondisi kemudian terus memburuk, kucuran dana pun bertambah, bahkan akhirnya membengkak hingga Rp6.7 triliun.

"Beberapa perhitungan yang kami lakukan menunjukkan sampai 3 bulan mendatang diperkirakan membutuhkan dana mencapai Rp 4,3 triliun. Oleh karena itu, dengan berbagai data serta pertimbangan ke depan BI menetapkan Bank Century sebagai bank gagal," jelas Halim Alamsyah,

Halim adalah Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan BI yang pada rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) 20-21 November 2008 mewakili BI mendeskripsikan status Bank Century paling mutakhir.

Dia lebih lanjut mengatakan bahwa dampak terbesar dari penutupan Bank Century adalah ketidakpastian akibat masih rentannya psikologi pasar atau masyarakat-yang saat itu sedang dilanda krisis-yang selanjut bisa memacu ketidakpastian serta gangguan yang cukup serius di pasar keuangan serta sistem pembayaran.

Apalagi, berdasarkan analisis BI, terdapat 18 bank yang borpotensi mengalami kesulitan likuiditas, serta terdapat lima bank yang memiliki karakteristik mirip Bank Century. "Sebagai kesimpulan kami melihat penutupan Bank Century berpotensi untuk menimbulkan dampak sistemik," dalam notulen rapat yang salinan lengkapnya diperoleh Bisnis.

Dikhawatirkan, demikian Halim, penutupan Bank Century akan terjadi rush atau penarikan dana besar-besaran pada bank-bank yang serupa (peer bank) dan bank-bank yang lebih kecil sehingga mengganggu kelancaran pembayaran.

Perdebatan

Tidak semua pihak dengan mudah menerima penjelasan bank sentral tersebut. Rizal Ramli, Hendri Saparini, Kwik Kian Gie, Drajad Wibowo dan Ichasanudin Noorsy adalah beberapa dari ekonom yang tidak sepakat dengan penjelasan bank sentral itu.

Pasalnya, demikian Noorsy, keuangan Bank Century dibandingkan dengan industri perbankan sangat kecil. Secara berturut-turut, kredit 0,42%, dana pihak ketiga 0,68% aset 0,72%. Ini membuat kita tidak cukup kuat meyakini bahwa penutupan ini berpotensi membawa risiko sistemik.

Dana talangan negara-negara 2008 (US$ miliar)
Amerika Serikat 700
Inggris 691
Jerman 679
Irlandia 549
Perancis 494
Norwegia 57,4
Italia, Spanyol, Portugal 27,45
Indonesia 0,71
Jepang 0
Sumber: Data diolah

Bahkan, Hendri Saparini mengatakan bahwa kasus Bank Century adalah murni karena salah urus, dan karena itu harus diamputasi, bukan malah diberikan talangan pendanaan.

Bukan hanya ekonom, melainkan juga lembaga sekelas BPK dalam auditnya mengatakan keputusan sistemik tidak memiliki kalkulasi yang jelas. Dengan kata lain, lebih berdasarkan kecemasan yang berlebihan bahwa potensi berdampak sistemik menjadi kenyataan.

Namun, di pihak lain tidak sedikit ekonom dan pelaku pasar yang membela bailout Century. "Bila perlu Bu Menkeu harus diberi gelar pahlawan," ujar Budi Ruseno, analis pasar modal suatu ketika. Ketua IBI (Ikatan Bankir Indonesia) Agus Martowardojo juga membenarkannya.

Ekonom yang membela bailout Century sebagai bank gagal sistemik pun tidak sedikit. Orang-orang seperti Faisal Basri, Fausil Ichsan, Ekonom BNI A Tony Prasentyano, Christianto Wibisono adalah beberapa contoh.

Bagi mereka, bailout Century adalah keputusan yang tepat dan telah membebaskan sistem keuangan negara dari bahaya kepanikan dan kebangkrutan.

Seperti diungkapkan ekonom BNI A Tony Prasentyano dalam sebuah seminar, kalau saja Bank Century ditutup, biaya langsung yang harus ditanggung mencapai sekitar` Rp6 triliun. Namun, tidak berhenti di situ, katanya.

Karena tidak ada blanket guarantee, berarti deposito di atas Rp2 miliar tidak mendapatkan jaminan, penutupan Century, demikian Tony, membuat nasabah-nasabah di bank yang setara (peer banks) amat mungkin menarik dana karena panik.

Artinya 23 bank lain yang selevel berpotensi kolaps dan atas alasan itu keputusan menyelamatkan Century tidak bisa tidak harus dilakukan.

Tony lalu sampai pada kesimpulan: dengan Rp6,7 triliun, dana masyarakat di seluruh bank di Indonesia sebesar Rp1.800 triliun dicegah dari kepanikan dan kebangkrutan.

Berdebat tentang kemungkinan pada masa lalu tak pernah ada habisnya. Karena kapanikan dan kebangkrutan yang diakibatkan oleh penutupan Bank Century-sedahsyat apa pun-hanyalah kemungkinan pada masa lalu.

Pihak lawan bisa balik bertanya, bagaimana kalau saat itu Bank Century ditutup, tetapi dikomunikasikan dengan benar kepada publik bahwa bank tersebut bobrok, dirampok pemiliknya, bukan dampak krisis. Selain itu deposito di atas Rp2 miliar yang tidak dijamin juga dicari solusinya.

Apakah dengan penjelasan dan aksi seperti itu, masyarakat akan tetap panik dan 23 bank lain juga akan ambruk? Kalau jawabannya ambruk pun, itu pun juga adalah kemungkinan pada masa lalu.

Lalu, apakah dana sebesar Rp1800 triliun yang tercegah dari kepanikan dan kebangkrutan hanya karena penyelamatan Century sehingga seolah-olah menjadikannya sebab tunggal dan pembenaran bagi tindakan penyelamatan atas Bank Century?

Sekali lagi, tentang kemungkinan pada masa lalu, kita hanya berandai-andai. Bisa salah dan bisa benar. Bernafsu untuk memastikan benar atau salah hanyalah sebuah kenaifan.

Keraguan sejak awal

Sebagai catatan, Sri Mulyani dan kawan-kawan yang hadir dalam rapat KSSK tanggal 20 dan 21 pun masuk dalam ruang keraguan dan ketidakpastian yang sama. Terutama ketika para peserta rapat dipasok informasi yang tidak lengkap untuk sebuah keputusan yang sangat penting.

Perhatikan, bahwa orang-orang sekelas Darmin Nasution, Fuad Rahmany, Anggito Abimanyu tidak serta-merta menerima penjelasan bank sentral bahwa Bank Century adalah bank gagal yang sistemik. Petikan notulen rapat KSSK baik 20-21 November maupun 24 November yang salinan lengkapnya diperoleh Bisnis berikut ini bisa menjelaskan.

"Kalau kita mendengarkan argumentasi yang disampaikan jauh lebih banyak aspek psikologis, yang sayang sekali tidak bisa diukur sebelum terjadi.........Jadi, kalau saya Pak Gubernur, belum teryakinkan bahwa bank ini sistemik, " demikian Darmin.

Coba camkan juga pendapat dari Anggito berikut. "Namun, yang kedua mengenai apakah dampak sistemiknya bisa diukur tersebut saya sepakat dengan dengan Pak Darmin bahwa analisis mengenai dampak sistemiknya itu lebih dilandasi oleh kondisi psikologis dan itu tidak bisa diukur. Jadi memang belum cukup keyakinan kita untuk mengambil kesimpulan kita bahwa ini adalah kondisi sistemik."

Tak kurang tajamnya adalah Fuad Rahmany. Dia meragukan kegagalan Bank Century karena dari sisi angka-angkanya tidak terlalu besar. Begitu pun dari sisi pasar modal, bank ini tidak sistemik karena tidak aktif diperdagangkan.

"Sehingga ada sisi positifnya juga kalau tidak diselamatkan karena kita justru bisa yakin dengan menyatakan ini kepada publik bahwa bank ini kecil dan tidak sistemik......daripada bank kecil kita katakan sistemik, mereka akan katakan bagaimana dengan bank lain yang sedikit lebih besar, berbahaya juga mungkin ini nanti. Mungkin begini saja jadi saya melihat ini dari sisi lain bukan berarti saya menentang mau diselamatkan atau tidak."

Apa pun perdebatannya, KSSK sudah memutuskan bahwa bank itu harus diselamatkan. Dengan kata lain, KSSK menerima bahwa Bank Century itu adalah bank gagal yang sistemik. Walaupun kemudian dalam rapat tanggal 24 November 2008, Sri Mulyani naik pitam melihat perubahan data-data yang begitu cepat dibandingkan dengan posisi 21 November.

Misalnya, kebutuhan dananya melonjak dari Rp632 miliar menjadi Rp6,7 triliun, dan posisi CAR yang pada Jumat (21 November 2008) masih negatif 3,53% lalu berubah dengan cepat menjadi negatif 35% pada Senin (24 November).

"Tadi juga teman-teman BI juga mengatakan judgment pada saat hari Jumat lalu ya masih minus 3, judgement 48 jam kemudian bisa menjadi -35. Persoalan ini bukan masalah ada informasi baru, tetapi ternyata adalah posisi judgment yang diberikan pada Jumat dan senin berbeda," demikian Sri Mulyani pada rapat KSSK 24 November.

Kalau dalam tubuh KSSK sendiri, setelah ada keputusan 'sistemik' saja masih terlihat ricuh dan ragu atas kebijakan yang diambil, apalagi para pengkritik yang berada setahun kemudian.

Namun, persoalan bailout Century lebih dari sekadar sistemik atau tidak sistemik. Sangkaan-sangkaan BPK dalam auditnya seperti soal pengawasan, dasar hukum serta dugaan-dugaan rekayasa persyaratan Bank Century adalah juga persoalan serius yang harus dibuktikan kebenarannya.

Belum lagi terkait dengan dugaan penyalahgunaan dana dari Bank Century untuk mendanai partai politik tertentu dan kampanye presidennya. Kalau ini terjadi dan keputusan bailout adalah langkah kecil dari skenario itu-disadari atau tidak oleh KSSK-, ini benar-benar sebuah rekayasa yang sangat sistematis.

Spekulasi ini mengingatkan kita pada 'perampokan' atas Bank Bali untuk mendanai pemilu tahun 1999, tetapi dengan korban yang berjatuhan, yaitu bui antara lain bua Rudi Ramli (pemilik Bank Bali), Syahril Aabirin (Gubernur BI) dan Joko Tjandra, Dirut PT Era Giat Prima yang menagih cessie bank itu.

Di suatu kesempatan, Wapres Jusuf Kalla (waktu itu) pada suatu kesempatan juga menyebut kasus Century sebagai 'sebuah perampokan.'

Jadi atas Bank Century, pertanyaannya, benarkah penyelamatan Century hanya untuk menghindari kekacauan sistem keuangan semata? Apakah keputusan KSSK bersih dari pelanggaran aturan dan tidak dipengaruhi oleh tujuan politik lain? Itu pertanyaan publik yang wajar karena Boediono yang berperan dalam keputusan Century, dalam beberapa bulan kemudian mengambil bagian dalam kekuasaan sebagai wakil presiden.

Semuanya harus diuji, baik secara politik lewat Pansus maupun secara legal melalui pengadilan. Untuk itu, aliran dana harus dibongkar, simpang siur komunikasi antarpihak terkait dengan Century harus disadap dan diurai tuntas.

Selama belum terbukti, tidak pantas Sri Mulyani dan Boediono atau siapa pun dituduh bersalah secara serampangan. Namun, juga mengada-ada kalau pekerjaan BPK dan Pansus disangkakan hanya sebagai dendam personal semata. Untuk sementara, lebih elok kalau kita hanya bertanya dalam hati, Century, gagal sistemik atau rampok sistematis? (abraham.runga@bisnis.co.id)

URL Source: http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL

Abraham Runga Mali
Wartawan Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...