Kamis, 24 Februari 2011

Produksi Perkebunan Terpengaruh Iklim

BY ZAENAL MUTTAQIN


Perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi berdampak pada produksi tanaman perkebunan dalam negeri. Gamal Naser, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian mengatakan anomali perubahan iklim mendorong pergeseran musim yang mempengaruhi produktivitas.

Perubahan iklim membuat musim hujan dan kemarau tidak bisa diprediksi dan terjadi lebih lama. Akibatnya sistem produksi tanaman perkebunan, baik tanaman tahunan seperti kelapa sawit, karet dan kelapa atau tanaman semusim seperti tebu, kapas dan tembakau menjadi kacau. Anomali iklim juga mendorong pergeseran wilayah yang sesuai untuk tanaman perkebunan dan peningkatan intensitas serangan hama penyakit.

Dampak terbesar perubahan iklim adalah penurunan kapasitas produksi tanaman perkebunan. Padahal, permintaan komoditas tersebut terus meningkat terutama pada produk perkebunan seperti tebu dan sawit yang merupakan bahan baku gula dan minyak goreng. Catatan Kementerian Pertanian menunjukkan dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi peningkatan permintaan produksi perkebunan.

Impor minyak sawit mentah China dan India dari Indonesia tahun 2010 mencapai masing-masing 2,5 juta ton dan 216 ribu ton. Namun, kenaikan konsumsi minyak sawit mentah untuk industri makanan dan biodiesel membuat impor CPO China dari Indonesia bisa naik menjadi enam juta ton.

Di dalam negeri, kebutuhan tebu diprediksi juga terus meningkat seiring kenaikan permintaan. Kebutuhan gula dalam negeri pada empat tahun mendatang diperkirakan mencapai 5,7 juta ton dari saat ini yang sebesar 5 juta ton.

Pinta Sari Chandra, Investor Relations PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, mengungkapkan anomali perubahan iklim berdampak pada sektor perkebunan kelapa sawit. Sepanjang sembilan bulan pertama 2010, produksi minyak sawit mentah perseroan turun sebesar 5,6% dari 462.356 ton menjadi 436.553 ton karena volume tandan buah segar turun 4,8% dari 1,8 juta ton menjadi 1,7 juta ton. "Cuaca hujan terus sepanjang tahun 2010 sehingga buah berkurang dan tidak bisa dipanen," katanya.

Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, menambahkan akibat perubahan iklim harga minyak sawit mentah dunia bakal naik ke level US$ 1.000-US$ 1.200 per. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata harga tahun lalu sebesar US$ 800-US$ 850 per ton. “Perubahan iklim menurunkan produksi, sementara permintaan untuk konsumsi dan bahan baku energi alternatif terus naik,” paparnya.

Megananda Daryono, Deputi Menteri Badan Usaha Milik Negara Bidang Industri Primer, mengatakan pemerintah meminta BUMN perkebunan menyiasati ancaman perubahan iklim melalui peningkatan teknologi seperti penggunaan benih unggul. Terkait itu, Gamal meminta pusat-pusat penelitian meneliti dan mengembangkan varietas-varietas tanaman perkebunan yang tahan terhadap perubahan iklim.

Zaenal Muttaqin


Sumber:http://www.indonesiafinancetoday.com/read/3678/Produksi-Perkebunan-Terpengaruh-Iklim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...