Oleh: INDRA TRANGGONO
Persebakbolaan Indonesia sarat kekuasaan, politik, uang, ambisi pribadi, dan kelompok elite. Oleh karena itu, perlu kepemimpinan kelas negarawan. Bukan sekadar ”tukang” atau ”petualang” berlagak raja!
Negarawan sepak bola adalah sosok teruji dalam komitmen, integritas, dan kapabilitas. Ia bervisi kebangsaan dan adil mendistribusikan kekuasaan bagi kemajuan seluruh ”rakyat sepak bola Indonesia”. Dengan begitu, kita bisa mengharapkan kelahiran prestasi dan prestise bangsa agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain.
Sayang, obsesi besar ini tak kunjung mewujud. PSSI dan persepakbolaan nasional masih terkepung persoalan domestik: kepemimpinan, organisasi, pendanaan, kemampuan teknik-mental pemain, fanatisme kedaerahan, kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Apa boleh buat. Tampaknya negara dan seluruh komponen bangsa perlu campur tangan. Pertama, karena sepak bola nasional merupakan urusan publik. Kedua, selama ini kerja pelaku sepak bola tak kunjung berhasil menjadikan sepak bola sebagai proyek besar peradaban bangsa yang menyuguhkan prestasi dan prestise. Ketiga, aktivitas sepak bola nasional dibiayai negara.
Untuk sementara, sempritan FIFA tidak perlu didengar. Menyelamatkan sepak bola nasional jauh lebih penting daripada sanksi FIFA. Justru pada masa skors FIFA, bisa dilakukan operasi besar atas PSSI agar persepakbolaan kita sehat kembali.
Degradasi nilai
Jagat sepak bola tidak hanya ihwal lembaga, sistem, regulasi, organisasi, program, dana, dan penyelenggara aktivitas. Di dalamnya terkait nasionalisme dan martabat bangsa. Bung Karno memosisikan sepak bola sebagai bagian pembentukan bangsa dan karakter. Tuahnya, tim nasional disegani di Asia, bahkan berani melawan tim-tim besar Eropa.
Kini? Jangankan menahan seri Korea Selatan dan Jepang. Mengatasi Myanmar, Thailand, bahkan Vietnam saja kita kesulitan. Nasionalisme dan martabat kita sebagai bangsa bangkrut. Kita puas hanya jadi bangsa kelas empat karena malas belajar dan melakukan berbagai eksplorasi kultural.
Sepak bola kita mandek bukan hanya secara teknis, melainkan juga mental. Mantan pelatih timnas Indonesia Peter White mengeluh: pemain kita terlalu materialistis, nasionalisme kalah dibandingkan pemain Thailand.
Bangsa kita kesulitan bersaing dan bersanding dengan bangsa lain. Bangsa kita mengalami degradasi nilai, baik etik maupun etos. Para penentu kebijakan politik, ekonomi, sosial, dan budaya di republik ini telah mendorong bangsa kian memuja tubuh (baca: materi) daripada roh (nilai-nilai kebangsaan, karakter, dan martabat). Maka, banyak orang memperalat sepak bola demi kuasa, kaya, dan sohor.
Berbagai kompetisi yang berlangsung tak lebih dari arena pertarungan gladiator bola yang direstui para kaisar kecil (kepala daerah) dengan mengorbankan uang dari APBD. Ketika sepak bola direduksi menjadi sirkus kekuasaan, impian akan tim nasional tangguh pun lenyap. Sulit rasanya mengharap lahirnya para pemain bagus dan berkarakter.
Jebol eksklusivisme
Belum terlambat bagi bangsa membangun sepak bola sebagai bagian dari peradaban bangsa. Pertama, jadikan PSSI lembaga publik. Kisruh selama ini akibat reduksi PSSI dari lembaga publik menjadi lembaga privat.
Berbagai kebijakan PSSI sarat kepentingan pribadi. Berbagai protes seputar inkonsistensi peraturan, suap, ketidakjelasan dan ketidakkompetenan PSSI menunjukkan bahwa lembaga ini telah menjadi kartel politik, tempat kelompok elite membangun relasi secara kolutif dan koruptif demi hegemoni. Maka, eksklusivisme PSSI harus dijebol agar bisa dikontrol publik.
Kedua, PSSI harus diurus para ahli berkapasitas negarawan. Kepemimpinan khas negarawan sepak bola ini amat mendesak, terutama terkait dengan kemerosotan keteladanan dan wibawa para pemimpin di republik ini.
Ketiga, perlu sistem dan regulasi visioner terkait dengan kompetisi, pembinaan, serta pendidikan pemain dan suporter yang bermuara pada kompetisi bermutu, fair play, dan memberi peluang kepada yang muda.
Keempat, dibutuhkan dana memadai yang dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
INDRA TRANGGONO Pemerhati Budaya
Sumber:http://cetak.kompas.com/read/2011/03/03/05040714/negarawan.sepak.bola
MEDIA KOMUNIKASI KOMUNITAS ALUMNI POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lowongan Kepala Afdeling
Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...
-
INCASI RAYA Group Kami perusahaan swasta nasional dengan areal 250.000 ha dengan alamat kantor pusat di Jl. Raya By Pass Km 6 Lubuk Begalung...
-
PT. Kirana Megatara ( subsidiary company of Triputra Group ) yang lokasi head office -nya berada di kawasan Lingkar Mega Kuningan, Jakart...
-
DIBUTUHKAN SEGERA ASISTEN WATER MANAGEMENT SYSTEM (WMS) Kualifikasi: Pria, Usia Maks 35 thn untuk yang sudah berpengalaman,...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ya