Selasa, 15 September 2009

Mengurangi CO2 Dengan Sabut Kelapa

Maladewa mengklaim mampu mengurangi emisi CO2 dengan menggunakan pupuk yang diberi nama “biochar”. Pupuk ini dibuat dari limbah pertanian seperti sabut kelapa. Pemerintah Maladewa kini tengah mengandeng perusahaan Inggris Carbon Gold untuk mengembangkan teknologi ini.

Menteri Perikanan dan Pertanian Maladewa, Aminath Shafia mengatakan biochar ini juga bisa mengurangi ketergantungan pada pupuk impor.

Aminath Shafia menjelaskan, sabut kelapa ini diolah hingga menghasilkan serpihan berwarna hitam yang kaya dengan karbon dan bisa dicampur dengan tanah sebagai pupuk. Dia menambahkan, proyek ini diuji coba di tiga kepulauan dan akan dikembangkan ke daerah lain jika mendapat dukungan dari para petani.

Sementara itu, perusahaan Carbon Gold menyatakan biochar ini sangat efektif mengurangi CO2 dari atmosfir. Pupuk ini juga mampu meningkatkan kesuburan tanah dan mengikat karbon selama beberapa tahun setelah disebar ke tanah.

Sebelumnya President Mohamed Nasheed berjanji akan mengurangi emisi karbon hingga ke posisi netral pada 2020.

“Penggunaan biochar memainkan peran penting dalam membantu Maladewa mencapai status netral karbon, sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan dan bisa melindungi lingkungan,” kata presiden.

Namun sejumlah pegiat lingkungan mengkritik ide ini. Pemerhati lingkungan dari Inggris George Monbiot mengatakan, dengan mengubur karbon di dalam tanah tidak serta merta bisa menghasilkan tanah yang kaya nutrisi seperti di wilayah Amazon.

“Selain itu tidak ada jaminan bahwa karbon akan tetap bertahan di dalam tanah,” katanya.

Meski demkian George Monbiot tidak menentang sepenuhnya ide ini.

“Di saat semua orang membicarakan upaya pengurangan emisi CO2, penggunaan biochar benar-benar bisa mengurangi CO2 di atmosfer.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...