Demi meningkatkan perekonomian masyarakat, LSM Garda Sejatera binaan H. Taufik Hidayat menggalakan budi daya jamur merang. Ternyata, budi daya jamur merang memberikan keuntungan sendiri dalam meningkatkan ekonomi keluarga.
Meski terbilang baru, tepatnya baru tiga bulan, masyarakat di Desa Trimo Mukti dan Desa Rawa Selapan, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan, mulai beralih menjadi petani jamur sebagai alternatif memenuhi kebutuhan hidup mereka. Selain tetap menjadi petani sawah, mereka mulai membudidayakan jamur yang hasilnya cukup menggiurkan.
Menurut Suyono (40), warga Desa Rawa Selapan, Candipuro, budi daya jamur merang relatif mudah dan biayanya pun cukup ringan. Di mana, bahan untuk media tanam jamur merang mudah didapatkan di sekitar lingkungan persawahan yang ada di Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan ini.
Sebab, media tanam yang dibutuhkan dalam pembudidayaan jamur merang, berupa onggokan jerami kering, dedak, dan kapur. Sedangkan bibit jamur pun berasal dari jerami yang sudah melalui pengolahan secara fermentasi dengan harga cukup murah.
Petani hanya mengeluarkan kocek sebesar Rp6.000/botol (1 meter persegi) untuk membeli benih jamur merang.
"Oleh sebab itu, saya pun berani mencoba untuk membudidayakan jamur merang. Sebab, bahan bakunya dapat dengan mudah didapatkan dari lingkungan sekitar. Waktu panen jamur merang pun, petani tidak membutuhkan waktu lama. Benih jamur merang yang telah disebar dalam waktu 12 hari, petani sudah dapat memetik hasil panennya," ujar Suyono.
Suyono mengatakan jamur merang dan jamur tiram kini sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Desa Rawa Selapan dan Desa Trimo Mukti, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan. Dua desa itu kini menjadi sentral budi daya jamur merang dan jamur tiram.
Budi daya jamur merang dan jamur tiram, kata Suyono, cukup mudah dan efisien dalam segi permodalan. Modal awal yang dibutuhkan petani jamur hanya sebesar Rp4 juta. Ini sudah termasuk untuk membuat sebuah kombong sebagai tempat pembudidayaan jamur, plastik, benih jamur merang, jerami, dedak, dan kapur.
"Jadi, dengan modal Rp4 juta, petani jamur bisa mendapatkan keuntungan berlipat ganda, karena panen jamur merang tidak seperti memanen hasil bumi. Sebab, panen jamur dalam tujuh kali dilakukan dalam sekali tanam. Sehingga hasil penen jamur merang dapat sebagai percepatan dalam peningkatan perekonomian masyarakat khususnya ekonomi keluarga," kata dia.
Meski terbilang baru, tepatnya baru tiga bulan, masyarakat di Desa Trimo Mukti dan Desa Rawa Selapan, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan, mulai beralih menjadi petani jamur sebagai alternatif memenuhi kebutuhan hidup mereka. Selain tetap menjadi petani sawah, mereka mulai membudidayakan jamur yang hasilnya cukup menggiurkan.
Menurut Suyono (40), warga Desa Rawa Selapan, Candipuro, budi daya jamur merang relatif mudah dan biayanya pun cukup ringan. Di mana, bahan untuk media tanam jamur merang mudah didapatkan di sekitar lingkungan persawahan yang ada di Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan ini.
Sebab, media tanam yang dibutuhkan dalam pembudidayaan jamur merang, berupa onggokan jerami kering, dedak, dan kapur. Sedangkan bibit jamur pun berasal dari jerami yang sudah melalui pengolahan secara fermentasi dengan harga cukup murah.
Petani hanya mengeluarkan kocek sebesar Rp6.000/botol (1 meter persegi) untuk membeli benih jamur merang.
"Oleh sebab itu, saya pun berani mencoba untuk membudidayakan jamur merang. Sebab, bahan bakunya dapat dengan mudah didapatkan dari lingkungan sekitar. Waktu panen jamur merang pun, petani tidak membutuhkan waktu lama. Benih jamur merang yang telah disebar dalam waktu 12 hari, petani sudah dapat memetik hasil panennya," ujar Suyono.
Suyono mengatakan jamur merang dan jamur tiram kini sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Desa Rawa Selapan dan Desa Trimo Mukti, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan. Dua desa itu kini menjadi sentral budi daya jamur merang dan jamur tiram.
Budi daya jamur merang dan jamur tiram, kata Suyono, cukup mudah dan efisien dalam segi permodalan. Modal awal yang dibutuhkan petani jamur hanya sebesar Rp4 juta. Ini sudah termasuk untuk membuat sebuah kombong sebagai tempat pembudidayaan jamur, plastik, benih jamur merang, jerami, dedak, dan kapur.
"Jadi, dengan modal Rp4 juta, petani jamur bisa mendapatkan keuntungan berlipat ganda, karena panen jamur merang tidak seperti memanen hasil bumi. Sebab, panen jamur dalam tujuh kali dilakukan dalam sekali tanam. Sehingga hasil penen jamur merang dapat sebagai percepatan dalam peningkatan perekonomian masyarakat khususnya ekonomi keluarga," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ya