Negeri ini sedang sakit dan sekarat ketika nalar menjadi telantar. Nalar sederhana hubungan sebab dan akibat tidak menemukan korelasinya. Negeri ini makin parah ketika justru orang yang sehat memerlukan berobat dan menyatakan dirinya sakit.
Nunun Nurbaeti atau juga M Nazaruddin belum masuk tahanan, tapi sudah mempergunakan jurus para narapidana berduit, yaitu nyakit—purapura sakit agar bisa berobat keluar dari penjara. Melakukan perjalanan ke luar dalam rangka PJKA—pergi Jumat kembali Ahad.
Padahal yang diperlukan bagi mereka ini bukan berobat, melainkan bertobat. Bertobat dalam pengertian berpaling kembali kepada Allah, berefleksi apa yang terjadi pada dirinya, dan merenungkan bagaimana hubungan dengan sesama yang selama ini terlihat mesra dan baik-baik adanya.
Dusta Komunitas
Muhammad Nazaruddin— yang bisa masuk lirik lagu Udin Sedunia sebagai Udin yang punya janji atau kaul atau nazar—, mantan bendahara umum Partai Demokrat,tengah mengalami sebagai news maker, pembuat berita.Apa pun yang dilakukan kini atau sebelumnya atau nanti tetap menjadi sorotan publik.
Kepergiannya ke Singapura sehari sebelum dicekal menyeret banyak nama petinggi yang mengetahui dan merestui kaburnya. Nalar dipertanyakan kembali bagaimana hal semacam ini terjadi. Tanpa mengirim SMS—untunglah media tidak mengutipnya agak lengkap— pun akan dipertanyakan siapa yang mengawal, bertemu dengan siapa, apa isi pertemuan itu,dan lain sejenisnya.
Semua bisa dijawab dengan kata-kata yang menetralisasi atau jawaban formal saat berbohong.Yang pada akhirnya membuatnya menambah dusta. Demikian juga dengan kolega yang melindungi mencoba menjelaskan dengan bahasa basa-basi yang memang basi—terutama karena publik ingin tahu: apakah yang namanya Nazaruddin terlibat korupsi atau tidak.
Di sinilah yang kemudian terjadi,menjadi kebohongan partai secara keseluruhan. Bukan perbandingan yang pas,tapi itu pula yang dialami Ariel Peter Pan ketika dilibat kasus video mesum-mesra. Kalau dari awal Ariel atau Luna Maya mengakui bahwa merekalah yang menjadi pemain, persoalannya menjadi lebih sederhana dan tidak melebar ke mana-mana.
Bukan perbandingan yang pas karena dalam hal ini Ariel bukan pejabat partai, bukan anggota legislatif,bukan tokoh yang tahu banyak mengenai duit besar yang bisa dibagibagi agar aman.Namun justru inilah daya tarik istimewa sebagai kasus yang menarik perhatian masyarakat.
Dan akan terus menaik iramanya serta menarik perhatian lebih luas lagi. Karena melibatkan institusi, menyeret kekuasaan dan persekongkolan yang selama ini terjalin. Dengan kata lain, apa pun yang dilakukan Nazaruddin bisa menjadi berita dan derita bagi komunitas terdekatnya dalam partai atau kelembagaan lainnya.
Komunitas Dusta
Dalam kasus Ariel saya pernah mengusulkan jalan tengah. Mengakui,bahwa memang berbuat dan terlibat, dan biarlah masalah hukum yang menyelesaikan. Dalam kasus Nazaruddin ini,mungkin usulan ini masih bisa dipergunakan. Yang bersangkutan menceritakan apa adanya atau yang diketahui. Kalaupun akan merembet dan menyeret nama lain, itu konsekuensi dari apa yang selama ini telah terjadi.
Dengan menuturkan secara blaka, secara jujur apa adanya, Nazaruddin mengorban dirinya, tapi sekaligus menjadi penerang bagi kegelapan yang selama ini tak terlihat. Misalnya dengan pendekatan seperti apa, dengan siapa saja, dan bagaimana sistemnya. Kalau ini bisa terjadi, pengorbanan diri Nazaruddin menjadi berharga,menjadi penuh makna.
Karena bisa memberi gambaran apa yang tengah terjadi di negeri ini. Memberi “pencerahan” bagi kasuskasus- kasus-kasus lain— yang jumlahnya banyak–– untuk diselesaikan. Dan dengan demikian menjadi gambaran kebangkitan atas korupsi. Ia menjadi korban yang membangkitkan kesadaran baru.
Sebaliknya juga kalau ini tidak terjadi dan atau malah terjadi pengerahan kata dan dusta, hal itu akan merajalela dan memperburuk keadaan. Pengorbanan atau dikorbankan menjadi siasia. Tidak juga mengubah nasibnya atau partainya atau negerinya. Negeri ini bertambah sakit manakala para tokoh yang memerlukan pertobatan malah beralasan pengobatan.
Sakit integritas diri hanya bisa disembuhkan dengan pertobatan. Kalau tidak akan terus menular dan ketika itu terjadi, negeri ini terkubur dalam duka dusta selamanya.
● ARSWENDO ATMOWILOTO Budayawan
Sumber:http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/402895/
Nunun Nurbaeti atau juga M Nazaruddin belum masuk tahanan, tapi sudah mempergunakan jurus para narapidana berduit, yaitu nyakit—purapura sakit agar bisa berobat keluar dari penjara. Melakukan perjalanan ke luar dalam rangka PJKA—pergi Jumat kembali Ahad.
Padahal yang diperlukan bagi mereka ini bukan berobat, melainkan bertobat. Bertobat dalam pengertian berpaling kembali kepada Allah, berefleksi apa yang terjadi pada dirinya, dan merenungkan bagaimana hubungan dengan sesama yang selama ini terlihat mesra dan baik-baik adanya.
Dusta Komunitas
Muhammad Nazaruddin— yang bisa masuk lirik lagu Udin Sedunia sebagai Udin yang punya janji atau kaul atau nazar—, mantan bendahara umum Partai Demokrat,tengah mengalami sebagai news maker, pembuat berita.Apa pun yang dilakukan kini atau sebelumnya atau nanti tetap menjadi sorotan publik.
Kepergiannya ke Singapura sehari sebelum dicekal menyeret banyak nama petinggi yang mengetahui dan merestui kaburnya. Nalar dipertanyakan kembali bagaimana hal semacam ini terjadi. Tanpa mengirim SMS—untunglah media tidak mengutipnya agak lengkap— pun akan dipertanyakan siapa yang mengawal, bertemu dengan siapa, apa isi pertemuan itu,dan lain sejenisnya.
Semua bisa dijawab dengan kata-kata yang menetralisasi atau jawaban formal saat berbohong.Yang pada akhirnya membuatnya menambah dusta. Demikian juga dengan kolega yang melindungi mencoba menjelaskan dengan bahasa basa-basi yang memang basi—terutama karena publik ingin tahu: apakah yang namanya Nazaruddin terlibat korupsi atau tidak.
Di sinilah yang kemudian terjadi,menjadi kebohongan partai secara keseluruhan. Bukan perbandingan yang pas,tapi itu pula yang dialami Ariel Peter Pan ketika dilibat kasus video mesum-mesra. Kalau dari awal Ariel atau Luna Maya mengakui bahwa merekalah yang menjadi pemain, persoalannya menjadi lebih sederhana dan tidak melebar ke mana-mana.
Bukan perbandingan yang pas karena dalam hal ini Ariel bukan pejabat partai, bukan anggota legislatif,bukan tokoh yang tahu banyak mengenai duit besar yang bisa dibagibagi agar aman.Namun justru inilah daya tarik istimewa sebagai kasus yang menarik perhatian masyarakat.
Dan akan terus menaik iramanya serta menarik perhatian lebih luas lagi. Karena melibatkan institusi, menyeret kekuasaan dan persekongkolan yang selama ini terjalin. Dengan kata lain, apa pun yang dilakukan Nazaruddin bisa menjadi berita dan derita bagi komunitas terdekatnya dalam partai atau kelembagaan lainnya.
Komunitas Dusta
Dalam kasus Ariel saya pernah mengusulkan jalan tengah. Mengakui,bahwa memang berbuat dan terlibat, dan biarlah masalah hukum yang menyelesaikan. Dalam kasus Nazaruddin ini,mungkin usulan ini masih bisa dipergunakan. Yang bersangkutan menceritakan apa adanya atau yang diketahui. Kalaupun akan merembet dan menyeret nama lain, itu konsekuensi dari apa yang selama ini telah terjadi.
Dengan menuturkan secara blaka, secara jujur apa adanya, Nazaruddin mengorban dirinya, tapi sekaligus menjadi penerang bagi kegelapan yang selama ini tak terlihat. Misalnya dengan pendekatan seperti apa, dengan siapa saja, dan bagaimana sistemnya. Kalau ini bisa terjadi, pengorbanan diri Nazaruddin menjadi berharga,menjadi penuh makna.
Karena bisa memberi gambaran apa yang tengah terjadi di negeri ini. Memberi “pencerahan” bagi kasuskasus- kasus-kasus lain— yang jumlahnya banyak–– untuk diselesaikan. Dan dengan demikian menjadi gambaran kebangkitan atas korupsi. Ia menjadi korban yang membangkitkan kesadaran baru.
Sebaliknya juga kalau ini tidak terjadi dan atau malah terjadi pengerahan kata dan dusta, hal itu akan merajalela dan memperburuk keadaan. Pengorbanan atau dikorbankan menjadi siasia. Tidak juga mengubah nasibnya atau partainya atau negerinya. Negeri ini bertambah sakit manakala para tokoh yang memerlukan pertobatan malah beralasan pengobatan.
Sakit integritas diri hanya bisa disembuhkan dengan pertobatan. Kalau tidak akan terus menular dan ketika itu terjadi, negeri ini terkubur dalam duka dusta selamanya.
● ARSWENDO ATMOWILOTO Budayawan
Sumber:http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/402895/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ya