Oleh: Dr KH A Hasyim Muzadi
Marilah kita semua ucapkan “Marhaban ya Ramadhan, Selamat datang wahai bulan Ramadan”.Ramadan adalah bulan yang ditunggu umat Islam, karena di dalamnya penuh barakah, pada bulan ini doa-doa hamba kepada Sang Khalik banyak dikabulkan.
Ramadan adalah bulan evaluasi sekaligus bulan permenungan dan peningkatan energi iman dan takwa kepada Allah SWT. Ada yang patut menjadi spirit bagi kita bersama dalam Ramadan ini,sebagai bangsa dan negara yang sedang dalam kegamangan akibat menghadapi krisis multidimensi yang hingga kini belum tuntas terpecahkan. Adalah suasana kebatinan dan proses mental Rasulullah Muhammad SAW ketika menjelang penerimaan wahyu Alquran yang turun pada bulan Ramadan.
Alquran adalah “Risalah Besar”Nabi Muhammad SAW yang menjadi furqanatau obor perubahan secara mondial: dari masyarakat jahiliyah ke arah masyarakat tamaddun, masyarakat berperadaban. Setidaknya ada tiga hal yang dapat kita jadikan model sebagai modal untuk melakukan amar ma’ruf guna mendorong perubahan ke arah yang lebih baik.
Pertama, Rasulullah Muhammad SAW sebelum menerima wahyu Alquran melakukan penyiapan mental dan batin berupa menyatukan segala tenaga, waktu, dan pikirannya berkonsentrasi beribadah kepada Allah SWT selama enam bulan di Gua Hira. Nabi Muhammad melakukan penjernihan jiwa hingga terbebas dari subjektivitas kepentingan syahwat duniawi dan masuk ke alam malakut.
Tindakan ini dilakukan dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan karena beliau menyadari akan menerima tugas besar, yaitu misi besar dan amanah untuk melakukan perubahan masyarakat yang sedang sekarat dan rusak parah, yang secara akal di luar kemampuan manusia. Maka, untuk melakukan perubahan dengan skala masif itu tak cukup hanya mengandalkan energi manusiawi, harus ada energi ekstra-insaniyah, yaitu energi agung kekuatan ilahiyah. Kedua, Nabi Muhammad banyak melakukan salat, baik salat lima waktu maupun salat sunah.
Sebagaimana firman Allah,“Dirikanlah salat mulai dari matahari tergelincir sampai gelap malam, dan dirikanlah pula salat subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan oleh para malaikat. Dan pada sebagian malam hari, salat tahajudlah kamu, sebagai ibadah tambahan bagimu, mudahmudahan Tuhanmu mengangkat ke tempat yang terpuji.
Dan katakanlah,’ Ya Tuhanku,masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar, dan keluarkanlah aku dengan cara keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong’.” (QS Al-Isra’: 78-80). Dengan kata lain,Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW jika menghadapi masalah yang besar harus banyak melakukan salat serta berdoa.Karena ternyata salatlah yang dapat mengantarkan hamba-hamba Allah ke jalan yang benar dan mendapat tempat yang terpuji serta terhormat di sisi-Nya.
Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW bangun di tengah malam untuk mendirikan salat karena menghadapi sesuatu tugas yang amat besar.Allah berfirman: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah untuk salat di malam hari, kecuali sedikit— darinya, (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran dengan perlahan- lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada- Nya dengan penuh ketekunan. (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.(QS Al-Muzammil: 1–9).
Ketiga, Rasulullah SAW pada bulan Ramadan tekun beribadah dengan banyak melakukan iktikaf di masjid, mengulang hafalan Alquran dan mengajarkannya kepada para sahabat. Pada bulan Ramadan beliau meningkatkan kedermawanannya,berjuang lebih gigih dan bekerja lebih keras dari biasanya untuk mendapatkan rida Allah SWT. Hadis yang diriwayatkan Muslim menyatakan bahwa orang paling dermawan dalam kebaikan (melebihi) tiupan angin adalah Rasulullah Muhmmad SAW.
Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan Anas RA dikisahkan, ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW meminta kambing yang banyaknya memenuhi jalan di antara dua gunung, maka beliau memberikannya.Kemudian lelaki tadi datang kepada kaumnya, seraya berkata: “Wahai kaumku, masuklah ke dalam agama Islam, sesungguhnya Muhammad telah memberi aku sesuatu pemberian (yang banyak), ia adalah orang yang tidak takut miskin.” Anas RA menerangkan bahwa motif orang ini masuk Islam hanya untuk mendapatkan kepentingan dunia, tetapi belakangan dia mendapat hidayah Allah lebih mencintai Islamnya daripada dunia beserta isinya ini.
Cerita kedermawanan Rasulullah juga diriwayatkan At-Tirmidzi RA bahwa pada suatu hari ada seorang yang datang pada Rasulullah meminta berbagai macam kebutuhannya. Kebetulan hari itu, Rasulullah tidak mempunyai barangbarang yang dimintanya, lalu Rasulullah berkata kepadanya: “Belilah apa saja yang engkau butuhkan dengan atas nama aku yang utang.”Tiba-tiba Umar berkata: “Ya Rasul, orang itu sudah aku beri, jangan paksakan diri untuk memberi dia.” Mendengar ucapan tersebut tampak Rasulullah kurang begitu senang.
Kemudian ada seorang Anshar yang hadir dalam majelis tersebut, lalu berkata, “Ya Rasulullah, berilah dia,teruskan berinfak,jangan khawatir kekurangan sebab rezeki dari Allah yang menguasai Arays!”. Mendengar ucapan tersebut beliau tersenyum,wajahnya tampak berseri-seri, lalu beliau berkata: “Memang dengan itu aku diperintahkan.” Rasulullah merasa kurang suka jika ada orang yang terlalu perhitungan dengan segala apa yang sudah disedekahkan atau diberikan kepada orang.
Rasulullah pun selalu memberikan apa saja yang dimintakan kepada beliau, meski orang itu sudah datang berulangulang. Inilah contoh dan keteladanan seorang pemimpin yang tak ingin melihat umat atau rakyatnya kekurangan, meski dia sendiri sebenarnya sering hidup dalam kekurangan. Karena itu, marilah dengan puasa Ramadan ini kita setidaknya mencoba mengaplikasikan tiga hal yang sudah pernah dilakukan oleh Rasullah Muhammad SAW dalam menghadapi masalah-masalah besar.
Bangsa Indonesia kini sedang menghadapi persoalan-persoalan besar yang secara akal seperti di luar kemampuan manusia.Marilah kita kerahkan seluruh tenaga untuk bertobat, dalam arti kita harus berkomitmen tidak mengulangi perbuatan-perbuatan yang akan merugikan terhadap bangsa dan negara ini baik dalam perkataan maupun dalam kebijakan yang berdampak langsung terhadap kehidupan rakyat.Tekad kita adalah melakukan perbaikan-perbaikan di segala bidang agar rakyat Indonesia mendapatkan kehidupan adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin.
Pada malam-malam sunyi dalam Ramadan ini marilah kita perbanyak salat dan bermunajat kepada Allah agar kita dapat keluar dari jeratan krisis dan musibah yang terus menimpa negeri ini. Pada Ramadan ini marilah terus kita tingkatan rasa kedermawanan kita terhadap sesama, rasa empati kita terhadap masalah-masalah dan musibah-musibah yang menimpa saudara-saudara kita.
Beta pun besar persoalan yang kita hadapi, tetapi kalau kita mampu dan dapat bersama-sama bahu membahu menyelesaikannya seraya memohon dan meminta ampunan- Nya, insya Allah semua persoalan bangsa ini akan segera teratasi. Amin. Wallahu a’lam bishshawab.(*)
URL Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/264178/
Dr KH A Hasyim Muzadi
Ketua Umum PBNU dan Sekjen ICIS
Marilah kita semua ucapkan “Marhaban ya Ramadhan, Selamat datang wahai bulan Ramadan”.Ramadan adalah bulan yang ditunggu umat Islam, karena di dalamnya penuh barakah, pada bulan ini doa-doa hamba kepada Sang Khalik banyak dikabulkan.
Ramadan adalah bulan evaluasi sekaligus bulan permenungan dan peningkatan energi iman dan takwa kepada Allah SWT. Ada yang patut menjadi spirit bagi kita bersama dalam Ramadan ini,sebagai bangsa dan negara yang sedang dalam kegamangan akibat menghadapi krisis multidimensi yang hingga kini belum tuntas terpecahkan. Adalah suasana kebatinan dan proses mental Rasulullah Muhammad SAW ketika menjelang penerimaan wahyu Alquran yang turun pada bulan Ramadan.
Alquran adalah “Risalah Besar”Nabi Muhammad SAW yang menjadi furqanatau obor perubahan secara mondial: dari masyarakat jahiliyah ke arah masyarakat tamaddun, masyarakat berperadaban. Setidaknya ada tiga hal yang dapat kita jadikan model sebagai modal untuk melakukan amar ma’ruf guna mendorong perubahan ke arah yang lebih baik.
Pertama, Rasulullah Muhammad SAW sebelum menerima wahyu Alquran melakukan penyiapan mental dan batin berupa menyatukan segala tenaga, waktu, dan pikirannya berkonsentrasi beribadah kepada Allah SWT selama enam bulan di Gua Hira. Nabi Muhammad melakukan penjernihan jiwa hingga terbebas dari subjektivitas kepentingan syahwat duniawi dan masuk ke alam malakut.
Tindakan ini dilakukan dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan karena beliau menyadari akan menerima tugas besar, yaitu misi besar dan amanah untuk melakukan perubahan masyarakat yang sedang sekarat dan rusak parah, yang secara akal di luar kemampuan manusia. Maka, untuk melakukan perubahan dengan skala masif itu tak cukup hanya mengandalkan energi manusiawi, harus ada energi ekstra-insaniyah, yaitu energi agung kekuatan ilahiyah. Kedua, Nabi Muhammad banyak melakukan salat, baik salat lima waktu maupun salat sunah.
Sebagaimana firman Allah,“Dirikanlah salat mulai dari matahari tergelincir sampai gelap malam, dan dirikanlah pula salat subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan oleh para malaikat. Dan pada sebagian malam hari, salat tahajudlah kamu, sebagai ibadah tambahan bagimu, mudahmudahan Tuhanmu mengangkat ke tempat yang terpuji.
Dan katakanlah,’ Ya Tuhanku,masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar, dan keluarkanlah aku dengan cara keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong’.” (QS Al-Isra’: 78-80). Dengan kata lain,Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW jika menghadapi masalah yang besar harus banyak melakukan salat serta berdoa.Karena ternyata salatlah yang dapat mengantarkan hamba-hamba Allah ke jalan yang benar dan mendapat tempat yang terpuji serta terhormat di sisi-Nya.
Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW bangun di tengah malam untuk mendirikan salat karena menghadapi sesuatu tugas yang amat besar.Allah berfirman: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah untuk salat di malam hari, kecuali sedikit— darinya, (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran dengan perlahan- lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada- Nya dengan penuh ketekunan. (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.(QS Al-Muzammil: 1–9).
Ketiga, Rasulullah SAW pada bulan Ramadan tekun beribadah dengan banyak melakukan iktikaf di masjid, mengulang hafalan Alquran dan mengajarkannya kepada para sahabat. Pada bulan Ramadan beliau meningkatkan kedermawanannya,berjuang lebih gigih dan bekerja lebih keras dari biasanya untuk mendapatkan rida Allah SWT. Hadis yang diriwayatkan Muslim menyatakan bahwa orang paling dermawan dalam kebaikan (melebihi) tiupan angin adalah Rasulullah Muhmmad SAW.
Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan Anas RA dikisahkan, ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW meminta kambing yang banyaknya memenuhi jalan di antara dua gunung, maka beliau memberikannya.Kemudian lelaki tadi datang kepada kaumnya, seraya berkata: “Wahai kaumku, masuklah ke dalam agama Islam, sesungguhnya Muhammad telah memberi aku sesuatu pemberian (yang banyak), ia adalah orang yang tidak takut miskin.” Anas RA menerangkan bahwa motif orang ini masuk Islam hanya untuk mendapatkan kepentingan dunia, tetapi belakangan dia mendapat hidayah Allah lebih mencintai Islamnya daripada dunia beserta isinya ini.
Cerita kedermawanan Rasulullah juga diriwayatkan At-Tirmidzi RA bahwa pada suatu hari ada seorang yang datang pada Rasulullah meminta berbagai macam kebutuhannya. Kebetulan hari itu, Rasulullah tidak mempunyai barangbarang yang dimintanya, lalu Rasulullah berkata kepadanya: “Belilah apa saja yang engkau butuhkan dengan atas nama aku yang utang.”Tiba-tiba Umar berkata: “Ya Rasul, orang itu sudah aku beri, jangan paksakan diri untuk memberi dia.” Mendengar ucapan tersebut tampak Rasulullah kurang begitu senang.
Kemudian ada seorang Anshar yang hadir dalam majelis tersebut, lalu berkata, “Ya Rasulullah, berilah dia,teruskan berinfak,jangan khawatir kekurangan sebab rezeki dari Allah yang menguasai Arays!”. Mendengar ucapan tersebut beliau tersenyum,wajahnya tampak berseri-seri, lalu beliau berkata: “Memang dengan itu aku diperintahkan.” Rasulullah merasa kurang suka jika ada orang yang terlalu perhitungan dengan segala apa yang sudah disedekahkan atau diberikan kepada orang.
Rasulullah pun selalu memberikan apa saja yang dimintakan kepada beliau, meski orang itu sudah datang berulangulang. Inilah contoh dan keteladanan seorang pemimpin yang tak ingin melihat umat atau rakyatnya kekurangan, meski dia sendiri sebenarnya sering hidup dalam kekurangan. Karena itu, marilah dengan puasa Ramadan ini kita setidaknya mencoba mengaplikasikan tiga hal yang sudah pernah dilakukan oleh Rasullah Muhammad SAW dalam menghadapi masalah-masalah besar.
Bangsa Indonesia kini sedang menghadapi persoalan-persoalan besar yang secara akal seperti di luar kemampuan manusia.Marilah kita kerahkan seluruh tenaga untuk bertobat, dalam arti kita harus berkomitmen tidak mengulangi perbuatan-perbuatan yang akan merugikan terhadap bangsa dan negara ini baik dalam perkataan maupun dalam kebijakan yang berdampak langsung terhadap kehidupan rakyat.Tekad kita adalah melakukan perbaikan-perbaikan di segala bidang agar rakyat Indonesia mendapatkan kehidupan adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin.
Pada malam-malam sunyi dalam Ramadan ini marilah kita perbanyak salat dan bermunajat kepada Allah agar kita dapat keluar dari jeratan krisis dan musibah yang terus menimpa negeri ini. Pada Ramadan ini marilah terus kita tingkatan rasa kedermawanan kita terhadap sesama, rasa empati kita terhadap masalah-masalah dan musibah-musibah yang menimpa saudara-saudara kita.
Beta pun besar persoalan yang kita hadapi, tetapi kalau kita mampu dan dapat bersama-sama bahu membahu menyelesaikannya seraya memohon dan meminta ampunan- Nya, insya Allah semua persoalan bangsa ini akan segera teratasi. Amin. Wallahu a’lam bishshawab.(*)
URL Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/264178/
Dr KH A Hasyim Muzadi
Ketua Umum PBNU dan Sekjen ICIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ya