Harganya memang 50 persen lebih mahal, namun lebih aman. Hanya dengan mencampurkan bahan dasarnya air pestisida ini bisa digunakan dan aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
“Jika pestisida konvensional Rp 20 ribu, maka pestisida ramah lingkungan ini sekitar Rp 30 ribu,” kata Agung, produsen pestisida ramah lingkungan itu ke 89.2 FM Green Radio, Selasa (9/6).
Produk yang menurutnya diakui badan kesehatan dunia atau WHO tersebut cukup baik tersosialisasikan di Singapura dan Jepang. Sedangkan di Indonesia proses perkenalan baru berjalan satu tahun terakhir ini saja. Ia mengakui kalau sebelumnya produk ini dianggap isapan jempol belaka, termasuk oleh produsen pestisida konvensional.
Pestisida ramah lingkungan berbahan dasar gabungan Carbon Hidrogen dan Oksigen (CHO). Saat akan digunakan, bahan tersebut dicampurkan (emulsi) dengan 100 persen menggunakan air, bukan solar seperti pada pestisida konvensional. Karena menggunakan air maka dampaknya hanya terkena pada hama saja, tidak berdampak ke lingkungan sekitar.
“Kita sudah mengujinya di lab. Menurut material data sheet (MDS), pestisida ini lebih aman dari garam dan gula,” imbuhnya. Artinya, dengan mengkonsumsi gula dan garam saja, tubuh manusia baik-baik saja, maka menurutnya, produk yang ia pasarkan ini juga tidak akan berdampak pada kesehatan manusia, dan lingkungan hidup.
Untuk meyakinkan calon pengguna, dirinya mempunyai testimoni dari mereka yang sudah menggunakan pestisida tersebut. Mereka berasal dari beberapa negara, seperti dari Arab Saudi, Malaysia, Singapura dan Jepang. Umumnya pengguna itu menyukai terhadap produk tersebut.
Lalu bagaimana dengan harga jual? Dalam penuturannya, ia mengakui harganya sudah dinaikan karena bahan baku diimpor. Tapi, harga yang perlu dirogoh konsumen Indonesia dijaminnya tidak terlampau mahal. Ia pun mengilustrasikan harga pestisida untuk penyemprotan di rumah menggunakan pestisida konvensional ditaksir Rp 20 ribu, sedangkan dengan pestisida ramah lingkungan Rp 30 ribu.
“Memang agak mahal, tapi dampak ke lingkungan tidak ada, dan baik bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan itu adalah priceless,” imbuhnya.
Dalam perhitungan yang dibuatnya, Agung menyatakan sebenarnya produknya ini lebih hemat. Hal itu disebabkan emulsinya adalah air yang gratis. Sedangkan pestisida konvensional membutuhkan dana tambahan untuk membeli solar sebagai emulsi.
Selain membunuh serangga atau hama, pestisida ramah lingkungan punya efek membunuh kuman dan jamur. Itu disebabkan ada unsur disinfektan di dalamnya. Keunggulan lainnya adalah karena campurannya adalah air, maka saat digunakan tidak membuat licin di lantai dan tidak meninggalkan noda.
“Kalau pestisida konvensional punya bau tidak enak, pestisida ini justru punya beragam aroma wangi. Anda bisa memilih aroma jeruk, apel, atau stroberi. Aroma cemara paling laku terjual,” tutupnya.
“Jika pestisida konvensional Rp 20 ribu, maka pestisida ramah lingkungan ini sekitar Rp 30 ribu,” kata Agung, produsen pestisida ramah lingkungan itu ke 89.2 FM Green Radio, Selasa (9/6).
Produk yang menurutnya diakui badan kesehatan dunia atau WHO tersebut cukup baik tersosialisasikan di Singapura dan Jepang. Sedangkan di Indonesia proses perkenalan baru berjalan satu tahun terakhir ini saja. Ia mengakui kalau sebelumnya produk ini dianggap isapan jempol belaka, termasuk oleh produsen pestisida konvensional.
Pestisida ramah lingkungan berbahan dasar gabungan Carbon Hidrogen dan Oksigen (CHO). Saat akan digunakan, bahan tersebut dicampurkan (emulsi) dengan 100 persen menggunakan air, bukan solar seperti pada pestisida konvensional. Karena menggunakan air maka dampaknya hanya terkena pada hama saja, tidak berdampak ke lingkungan sekitar.
“Kita sudah mengujinya di lab. Menurut material data sheet (MDS), pestisida ini lebih aman dari garam dan gula,” imbuhnya. Artinya, dengan mengkonsumsi gula dan garam saja, tubuh manusia baik-baik saja, maka menurutnya, produk yang ia pasarkan ini juga tidak akan berdampak pada kesehatan manusia, dan lingkungan hidup.
Untuk meyakinkan calon pengguna, dirinya mempunyai testimoni dari mereka yang sudah menggunakan pestisida tersebut. Mereka berasal dari beberapa negara, seperti dari Arab Saudi, Malaysia, Singapura dan Jepang. Umumnya pengguna itu menyukai terhadap produk tersebut.
Lalu bagaimana dengan harga jual? Dalam penuturannya, ia mengakui harganya sudah dinaikan karena bahan baku diimpor. Tapi, harga yang perlu dirogoh konsumen Indonesia dijaminnya tidak terlampau mahal. Ia pun mengilustrasikan harga pestisida untuk penyemprotan di rumah menggunakan pestisida konvensional ditaksir Rp 20 ribu, sedangkan dengan pestisida ramah lingkungan Rp 30 ribu.
“Memang agak mahal, tapi dampak ke lingkungan tidak ada, dan baik bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan itu adalah priceless,” imbuhnya.
Dalam perhitungan yang dibuatnya, Agung menyatakan sebenarnya produknya ini lebih hemat. Hal itu disebabkan emulsinya adalah air yang gratis. Sedangkan pestisida konvensional membutuhkan dana tambahan untuk membeli solar sebagai emulsi.
Selain membunuh serangga atau hama, pestisida ramah lingkungan punya efek membunuh kuman dan jamur. Itu disebabkan ada unsur disinfektan di dalamnya. Keunggulan lainnya adalah karena campurannya adalah air, maka saat digunakan tidak membuat licin di lantai dan tidak meninggalkan noda.
“Kalau pestisida konvensional punya bau tidak enak, pestisida ini justru punya beragam aroma wangi. Anda bisa memilih aroma jeruk, apel, atau stroberi. Aroma cemara paling laku terjual,” tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ya