Jumat, 06 Mei 2011

Tembok Berlin dan Tenaga Kerja Indonesia

Pada tanggal 9 November 2009 yang lalu, para pemimpin dan mantan pemimpin Eropa dan Amerika Serikat, seperti mantan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan mantan Presiden Polandia Lech Walesa, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, dan Kanselir Jerman Angela Merkel, berkumpul di Jerman untuk memperingati 20 tahun runtuhnya Tembok Berlin.

Sebagai peristiwa yang spektakuler, stasiun televisi dan media cetak di negeri Panzer itu memutar ulang dokumentasi tentang sejarah berdirinya tembok itu, serta berbagai diskusi dan saksi hidup yang mengupas masalah Tembok Berlin.

Tembok Berlin yang memiliki panjang lebih dari 140 km itu mulai dibangun pada 13 Agustus 1961 sebagai garis yang memisahkan antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Tembok itu bisa berdiri atas usulan pemimpin Jerman Timur Walter Ulbricht dan didukung oleh pemimpin Uni Soviet, saat itu, Nikita Khrushchev.

Tembok itu dibangun dikarenakan banyaknya penduduk Jerman Timur, dengan alasan ekonomi, melarikan diri ke Jerman Barat. Tercatat dari tahun 1949 hingga 1962, sebanyak 2,5 juta penduduk Jerman Timur yang rata-rata mereka tenaga muda yang produktif dan professional berbondong-bondong menuju ke Jerman Barat untuk mencari pekerjaan guna memperbaiki nasib hidupnya.

Jerman Barat menjadi tempat yang menjanjikan bagi warga Jerman Timur karena selepas Perang Dunia II, di tahun 1949, Jerman terbagi menjadi 4 wilayah yang dikuasai oleh Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, dan Uni Soviet. Ketiga wilayah yang dikuasai oleh Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat membentuk sebuah negara yang Jerman Barat. Sedang wilayah yang dikuasai oleh Uni Soviet membentuk sebuah negara yang bernama Jerman Timur.

Sebab negara seperti Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat adalah negara yang berhaluan kapitalis, maka cetak biru sistem ekonomi itu diterapkan pula di Jerman Barat. Sedang Uni Soviet yang menganut sistem ekonomi sosialis, cetak biru-nya pun diterapkan di Jerman Timur.

Sistem ekonomi yang dikembangkan di Jerman Barat ternyata lebih maju, mulai tahun 1950 perekonomian di Jerman Barat meningkat pesat. Sementara di Jerman Timur ekonominya lamban bahkan stagnan, bahkan negara itu masih disibukan dengan masalah-masalah politik. Nah faktor inilah yang menyebabkan banyaknya warga Jerman Timur menjadi TKJT (Tenaga Kerja Jerman Timur) ke Jerman Barat.

Dirasa hal ini membuat tenaga kerja di Jerman Timur semakin berkurang dan menyebabkan perekonomian di negara itu semakin kedodoran, untuk mencegah imigrasi besar-besaran, selain dibangun Tembok Berlin, pemerintah Jerman Timur akan bersikap tegas terhadap pelintas batas. Akibat dari aturan itu, jumlah pelintas batas pun berkurang, tercatat dari tahun 1962 hingga 1989 hanya 5.000 orang.

Meski ada larangan tegas, masih banyak warga Jerman Timur yang nekad untuk melarikan diri ke Jerman Barat, dengan berbagai macam cara. Ada yang langsung memanjat tembok secara langsung, membuat lorong bawah tanah, hingga melintasi dari udara dengan menggunakan pesawat capung. Cara ini mempunyai risiko yang sangat berat. Tercatat 239 orang Jerman Timur ditembak NVA dan KDA (tentara Jerman Timur) ketika melompati atau melewati Termbok Berlin.

Eksodus warga Jerman Timur Ke Jerman Barat itu, tak kita sadari ternyata juga dialami bangsa Indonesia. Sempitnya lapangan kerja dan rendahnya pendapatan di Indonesia juga memancing ribuan bahkan jutaan rakyat Indonesia berbondong-bondong ke luar negeri untuk mencari kemakmuran. Mereka pergi ke Malaysia, Singapura, negara-negara Timur Tengah, untuk mencari hidup yang lebik baik, meski langkah yang ditempuh penuh risiko, mirip emigrant Jerman Timur ketika hendak melintasi Tembok Berlin agar bisa mencari kerja di Jerman Barat.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi TKI yang berada di Malaysia, pernah mencatat ada TKI di negeri jiran itu sekira 2,5 juta jiwa. Tujuh puluh persen TKI rata-rata memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jumlah itu akan semakin meningkat, sebab BNP2TKI mengumumkan bahwa Malaysia masing membutuhkan ribuan TKI. Dikatakan 1.800 TKI untuk dipekerjakan di pabrik-pabrik elektronik dan sejenisnya.

Tingginya permintaan TKI dari Malaysia, dan harapan hidup yang lebih baik itulah yang memancing rakyat Indonesia melakukan emigrasi besar-besaran. Seperti orang Jerman Timur, mereka pun menempuh langkah-langlah yang ilegal. Akibatnya Pemerintah Malaysia pun mengusir mereka. Dari data TKI yang diusir melalui Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, pada tahun 2004 sebanyak 69.081 orang, tahun 2005 sebanyak 10.752 orang, tahun berikutnya 23.907 orang, tahun 2007 sebanyak 34.995 orang, tahun 2008 sebanyak 35.353 orang dan Januari-Agustus 2009 sebanyak 23.340 orang.

Mungkin emigrant Jerman Timur ketika pindah ke Jerman Barat, bisa jadi hidupnya lebih baik, namun ini mungkin kebalikan dengan emigrant dari Indonesia ke negara lain. Banyak fakta menceritakan TKW atau TKI yang disiksa oleh majikannya. Data dari Migrant Care menyebut, TKI yang meninggal di luar negeri periode Januari-Juli 2008 telah mencapai 84 orang. Sementara menurut Konselor KBRI Malaysia di tahun 2008, sebanyak 400-700 TKI meninggal tiap tahun. Jika dirinci tiap bulan ada 58 TKI meninggal dunia atau sekitar dua orang setiap hari. Data sebelumnya menunjukan pada 2003, angka kematian TKI sempat mencapai 99 orang, meningkat terus, buktinya pada tahun 2007 ada 212 TKI meninggal.

Selanjutnya tercatat dari LSM yang sama bahwa pada tahun 2010, ada sebanyak 345 TKI terancam hukuman mati di Malaysia. Jumlah ini masih ditambah ribuan TKI lain yang masih dipenjara dengan kasus yang bervariasi. Sedang pada tahun 2011 hingga bulan Maret yang lalu tercatat 30 TKI bermasalah yang diancam hukuman mati.

Ardi Winangun
Pengamat Politik dan Pengurus Presidium Nasional Masika ICMI


Sumber:http://suar.okezone.com/read/2011/05/05/58/453527/58/tembok-berlin-dan-tenaga-kerja-indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...