Oleh: Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo
SEHARI menjelangperingatanProklamasi Kemerdekaan, saya ingin membuat refleksi tentang beberapa indikator perekonomian Indonesia pada semester I/2010.
Apakah perekonomian kita masih terengahengah sehingga perlu dipacu lebih lanjut atau justru sedang bergegas menghasilkan kinerja yang tinggi? Awal bulan ini pemerintah mengeluarkan data inflasi yang mengejutkan banyak pihak karena lebih tinggi dibandingkan prediksi. Dengan tingkat inflasi Juli 1,57%, besaran inflasi selama periode Januari– Juli 2010 mencapai 4,02%.
Mengingat masih ada “bulan-bulan panas” sampai akhir tahun ini, bukan tidak mungkin inflasi sepanjang 2010 akan mencapai lebih dari 6% atau bahkan di atas 7%. Harga bahan pangan menjadi salah satu penyebab utama inflasi, antara lain karena adanya anomali cuaca.Namun,suatu hal yang sebetulnya bisa diprediksi pemerintah adalah tekanan harga pangan karena dikuranginya subsidi pupuk tahun 2010 ini.
Saya menulis masalah ini sesudah berbicara di depan Rapat Kerja Petrokimia Gresik tahun 2009 lalu.Pengurangan subsidi pupuk adalah kesalahan fatal yang ikut mendorong kenaikan harga saat ini. Pengurangan subsidi pupuk juga mengurangi penggunaan pupuk (stok di pabrik pupuk meningkat tajam) sehingga dapat memengaruhi produktivitas pangan. Sayang sekali, pemerintah lebih senang menumpuk uangnya di Bank Indonesia daripada harus membantu para petani dengan harga pupuk lebih murah yang dampaknya kita rasakan saat ini.
Di lain pihak,kinerja ekspor sepanjang semester I/2010 justru menunjukkan tanda-tanda cerah.Selama semester tersebut total ekspor mencapai USD72,25 miliar.Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja ekspor tertinggi selama ini, yaitu semester I/2008, yang mencapai USD70,27 miliar.Dengan perkembangan ini, sepanjang 2010 sangat mungkin tercapai kinerja ekspor di atas USD145 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan rekor selama ini, USD137 miliar pada 2008.
Yang menarik, perkembangan ekspor tersebut disumbang ekspor manufaktur yang pertumbuhannya mencapai sekitar 66%. Selain tekstil,pakaian jadi,dan sepatu, ekspor produk elektronik juga berkontribusi besar. Ekspor produk elektronik Indonesia bahkan sudah melampaui tekstil dan pakaian jadi.Adapun ekspor industri automotif dengan cepat menyusul. Jika tahun 2010 ini ekspor tekstil dan produk turunannya mencapai USD10 miliar, produk elektronik akan mencapai di atas USD13 miliar, sementara produk automotif akan mencapai lebih dari USD4 miliar.
Dari sisi komoditas, mengingat harga produk tersebut lebih rendah, ini berarti ekspor komoditas lebih genuine, yaitu dihasilkan oleh volume yang lebih banyak. Pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan angka produk domestik bruto (PDB), yaitu perhitungan seluruh nilai tambah yang dihasilkan semua sektor ekonomi di Indonesia. Data yang dilaporkan BPS tersebut ternyata melampaui prediksi pemerintah dan para pengamat.
BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi riil kuartal II/2010 sebesar 6,5%.Karena pada kuartal I/2010 pertumbuhan ekonomi riil mencapai 5,5%,secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi selama semester I/2010 mencapai 5,9%. Ini berarti selama semester I/2010 telah berlangsung akselerasi menuju tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Dengan akselerasi ini, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi riil sepanjang 2010 akan mencapai sekitar 6,3%, suatu angka pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan target pemerintah sebelumnya.
Yang juga menarik, PDB nominal (PDB yang diukur atas dasar harga yang berlaku saat ini) sepanjang kuartal II/2010 mencapai Rp1.572,4 triliun. Ini berarti sepanjang semester I/2010 telah tercapai PDB sebesar Rp3.071,1 triliun. Berdasarkan pola yang terjadi tahun-tahun sebelumnya bisa diperkirakan PDB nominal untuk kuartal III/2010 ini akan mencapai sekitar Rp1.650 triliun,sedangkan kuartal IV akan berada pada sekitar Rp1.700 triliun.
Jika ini terjadi, total PDB sepanjang 2010 akan mencapai sekitar Rp6.400 triliun. Apabila angka ini diterjemahkan dalam nilai dolar yang bergerak di pasar saat ini (at market exchange rate, bukan berdasarkan kurs purchasing power parity),PDB Indonesia akan mencapai sekitar USD700 miliar. Angka ini akan menghasilkan pendapatan rata-rata setiap penduduk di sekitar USD3.000. Banyak pihak yang tidak melihat arti pentingnya angka pendapatan per kapita sebesar USD3.000.
Dalam pertemuan dengan manajemen BCA beberapa waktu lalu, manajemen Bank Sumitomo Mitsubishi (SMBC) Jepang menyatakan bahwa pendapatan per kapita sebesar USD3.000 akan menghasilkan gelombang baru dalam perekonomian. Gelombang baru tersebut dihasilkan oleh munculnya kelas menengah yang lebih besar dalam perekonomian sehingga pada akhirnya akan menghasilkan proses akselerasi dalam berbagai sektor produksi.
Itulah sebabnya saya berani memprediksi penjualan mobil sebesar 1 juta unit akan terjadi lebih cepat dari dugaan pemerintah, yaitu pada 2015, tetapi sangat mungkin terjadi pada 2012. Peningkatan produksi ini juga terjadi di sektor industri elektronik, lifestyle, pariwisata, dan sebagainya. Itu pula yang menyebabkan terjadinya peningkatan pesat industri penerbangan Indonesia dan sangat sesaknya Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng,saat ini.
Apakah pemerintah dapat membantu proses akselerasi ini lebih lanjut? Jawabannya secara tegas adalah: ya, jika pemerintah menerapkan strategi tepat.Sebagai contoh yang spesifik adalah pembangunan infrastruktur.Pada tahuntahun mendatang ini pemerintah bisa melakukan crash program pembangunan jalur ganda kereta api dari Pekalongan ke Surabaya.Biayanya sekitar Rp7 triliun.
Dengan pembangunan jalan kereta api (di mana penyediaan lahannya tidak menimbulkan masalah), proses migrasi dari jalan raya ke kereta api akan semakin banyak dilakukan sehingga pembangunan jalan kereta api bisa dianggap sebagai substitusi pembangunan jalan raya. Jumlah Rp7 triliun tersebut, apalagi memerlukan waktu lebih dari satu tahun,akan sangat mungkin dibiayai APBN karena pemerintah memiliki dana menganggur saat ini sekitar Rp200 triliun.
Kalaupun tidak secara langsung, pemerintah bisa menambah permodalan PT Kereta Api Indonesia dan memberi mereka kewenangan untuk mem-bangun jalur rel (yang selama ini dimiliki pemerintah) sehingga PT Kereta Api Indonesia bisa membiayainya dengan modal tersebut maupun pinjaman dari perbankan yang dengan mudah bisa mereka kerahkan. Ini berarti baik Kementerian BUMN maupun Kementerian Perhubungan bisa bahu-membahu dalam mendorong pembangunan infrastruktur ini. Selamat memperingati Hari Kemerdekaan dengan lebih berbesar hati.(*)
URL Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/344917/38/
CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
SEHARI menjelangperingatanProklamasi Kemerdekaan, saya ingin membuat refleksi tentang beberapa indikator perekonomian Indonesia pada semester I/2010.
Apakah perekonomian kita masih terengahengah sehingga perlu dipacu lebih lanjut atau justru sedang bergegas menghasilkan kinerja yang tinggi? Awal bulan ini pemerintah mengeluarkan data inflasi yang mengejutkan banyak pihak karena lebih tinggi dibandingkan prediksi. Dengan tingkat inflasi Juli 1,57%, besaran inflasi selama periode Januari– Juli 2010 mencapai 4,02%.
Mengingat masih ada “bulan-bulan panas” sampai akhir tahun ini, bukan tidak mungkin inflasi sepanjang 2010 akan mencapai lebih dari 6% atau bahkan di atas 7%. Harga bahan pangan menjadi salah satu penyebab utama inflasi, antara lain karena adanya anomali cuaca.Namun,suatu hal yang sebetulnya bisa diprediksi pemerintah adalah tekanan harga pangan karena dikuranginya subsidi pupuk tahun 2010 ini.
Saya menulis masalah ini sesudah berbicara di depan Rapat Kerja Petrokimia Gresik tahun 2009 lalu.Pengurangan subsidi pupuk adalah kesalahan fatal yang ikut mendorong kenaikan harga saat ini. Pengurangan subsidi pupuk juga mengurangi penggunaan pupuk (stok di pabrik pupuk meningkat tajam) sehingga dapat memengaruhi produktivitas pangan. Sayang sekali, pemerintah lebih senang menumpuk uangnya di Bank Indonesia daripada harus membantu para petani dengan harga pupuk lebih murah yang dampaknya kita rasakan saat ini.
Di lain pihak,kinerja ekspor sepanjang semester I/2010 justru menunjukkan tanda-tanda cerah.Selama semester tersebut total ekspor mencapai USD72,25 miliar.Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja ekspor tertinggi selama ini, yaitu semester I/2008, yang mencapai USD70,27 miliar.Dengan perkembangan ini, sepanjang 2010 sangat mungkin tercapai kinerja ekspor di atas USD145 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan rekor selama ini, USD137 miliar pada 2008.
Yang menarik, perkembangan ekspor tersebut disumbang ekspor manufaktur yang pertumbuhannya mencapai sekitar 66%. Selain tekstil,pakaian jadi,dan sepatu, ekspor produk elektronik juga berkontribusi besar. Ekspor produk elektronik Indonesia bahkan sudah melampaui tekstil dan pakaian jadi.Adapun ekspor industri automotif dengan cepat menyusul. Jika tahun 2010 ini ekspor tekstil dan produk turunannya mencapai USD10 miliar, produk elektronik akan mencapai di atas USD13 miliar, sementara produk automotif akan mencapai lebih dari USD4 miliar.
Dari sisi komoditas, mengingat harga produk tersebut lebih rendah, ini berarti ekspor komoditas lebih genuine, yaitu dihasilkan oleh volume yang lebih banyak. Pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan angka produk domestik bruto (PDB), yaitu perhitungan seluruh nilai tambah yang dihasilkan semua sektor ekonomi di Indonesia. Data yang dilaporkan BPS tersebut ternyata melampaui prediksi pemerintah dan para pengamat.
BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi riil kuartal II/2010 sebesar 6,5%.Karena pada kuartal I/2010 pertumbuhan ekonomi riil mencapai 5,5%,secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi selama semester I/2010 mencapai 5,9%. Ini berarti selama semester I/2010 telah berlangsung akselerasi menuju tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Dengan akselerasi ini, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi riil sepanjang 2010 akan mencapai sekitar 6,3%, suatu angka pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan target pemerintah sebelumnya.
Yang juga menarik, PDB nominal (PDB yang diukur atas dasar harga yang berlaku saat ini) sepanjang kuartal II/2010 mencapai Rp1.572,4 triliun. Ini berarti sepanjang semester I/2010 telah tercapai PDB sebesar Rp3.071,1 triliun. Berdasarkan pola yang terjadi tahun-tahun sebelumnya bisa diperkirakan PDB nominal untuk kuartal III/2010 ini akan mencapai sekitar Rp1.650 triliun,sedangkan kuartal IV akan berada pada sekitar Rp1.700 triliun.
Jika ini terjadi, total PDB sepanjang 2010 akan mencapai sekitar Rp6.400 triliun. Apabila angka ini diterjemahkan dalam nilai dolar yang bergerak di pasar saat ini (at market exchange rate, bukan berdasarkan kurs purchasing power parity),PDB Indonesia akan mencapai sekitar USD700 miliar. Angka ini akan menghasilkan pendapatan rata-rata setiap penduduk di sekitar USD3.000. Banyak pihak yang tidak melihat arti pentingnya angka pendapatan per kapita sebesar USD3.000.
Dalam pertemuan dengan manajemen BCA beberapa waktu lalu, manajemen Bank Sumitomo Mitsubishi (SMBC) Jepang menyatakan bahwa pendapatan per kapita sebesar USD3.000 akan menghasilkan gelombang baru dalam perekonomian. Gelombang baru tersebut dihasilkan oleh munculnya kelas menengah yang lebih besar dalam perekonomian sehingga pada akhirnya akan menghasilkan proses akselerasi dalam berbagai sektor produksi.
Itulah sebabnya saya berani memprediksi penjualan mobil sebesar 1 juta unit akan terjadi lebih cepat dari dugaan pemerintah, yaitu pada 2015, tetapi sangat mungkin terjadi pada 2012. Peningkatan produksi ini juga terjadi di sektor industri elektronik, lifestyle, pariwisata, dan sebagainya. Itu pula yang menyebabkan terjadinya peningkatan pesat industri penerbangan Indonesia dan sangat sesaknya Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng,saat ini.
Apakah pemerintah dapat membantu proses akselerasi ini lebih lanjut? Jawabannya secara tegas adalah: ya, jika pemerintah menerapkan strategi tepat.Sebagai contoh yang spesifik adalah pembangunan infrastruktur.Pada tahuntahun mendatang ini pemerintah bisa melakukan crash program pembangunan jalur ganda kereta api dari Pekalongan ke Surabaya.Biayanya sekitar Rp7 triliun.
Dengan pembangunan jalan kereta api (di mana penyediaan lahannya tidak menimbulkan masalah), proses migrasi dari jalan raya ke kereta api akan semakin banyak dilakukan sehingga pembangunan jalan kereta api bisa dianggap sebagai substitusi pembangunan jalan raya. Jumlah Rp7 triliun tersebut, apalagi memerlukan waktu lebih dari satu tahun,akan sangat mungkin dibiayai APBN karena pemerintah memiliki dana menganggur saat ini sekitar Rp200 triliun.
Kalaupun tidak secara langsung, pemerintah bisa menambah permodalan PT Kereta Api Indonesia dan memberi mereka kewenangan untuk mem-bangun jalur rel (yang selama ini dimiliki pemerintah) sehingga PT Kereta Api Indonesia bisa membiayainya dengan modal tersebut maupun pinjaman dari perbankan yang dengan mudah bisa mereka kerahkan. Ini berarti baik Kementerian BUMN maupun Kementerian Perhubungan bisa bahu-membahu dalam mendorong pembangunan infrastruktur ini. Selamat memperingati Hari Kemerdekaan dengan lebih berbesar hati.(*)
URL Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/344917/38/
CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ya