Jumat, 06 Juni 2008

Benih Lokal Kekuatan Petani

oleh: Darsini

Uji Coba Padi Lokal
Pada pertengahan tahun 2000 kami mencoba padi Pandan Wangi yang berasal dari Boyolali dengan penerapan pupuk kompos dan pestisida alami. Untuk tahap pertama, kurang berhasil dengan produksi 60-70% dibanding padi unggul. Bila padi unggul produksinya 4,5 – 5 ton/ha, hasil uji coba tahap pertama yang kami lakukan berproduksi sekitar 3,5 – 3,75 ton/ha. Berdasar pengamatan yang kami lakukan, salah satu penyebabnya adalah rendahnya daya tumbuh benih. Benih yang kami peroleh daya tumbuhnya hanya 60%. Dengan pemupukan seperti biasa membuat tanaman padi roboh. Masalah ini kemudian dibahas dalam pertemuan kelompok. Pertemuan menghasilkan kesepakatan bahwa terlalu banyak menggunakan pupuk kimia akan menjadikan tanaman mudah roboh. Dan disimpulkan bahwa padi Pandan Wangi kurang begitu membutuhkan pupuk kimia seperti halnya padi jenis unggul.
Bersama teman-teman petani tiga kelompok di desa Kedung Poh, pada musim tanam berikutnya mencoba lagi, ternyata hasilnya ada peningkatan dibandingkan uji coba pada tahap pertama. Pemupukan yang dilakukan adalah pupuk dasar kompos, pupuk susulan masih menggunakan pupuk ponska, namun dosisnya diturunkan 50% dari biasa, begitu juga pupuk susulan kedua menggunakan ponska dengan dosis 50% dari biasa. Ternyata hasil panennya sudah mendekati hasil padi unggul. Bila padi unggul di Nglipat dan sekitarnya produksinya saat itu 4,5 – 5 ton/ha, hasil uji coba tahap kedua mencapai 4,5 – 4,65 ton/ha.

Pengembangan kompos dan bakteri stimulan
Karena benih lokal memerlukan banyak pupuk kompos, maka kami bersama kelompok mengembangkan kompos dengan menggunakan bakteri stimulant (penunjang). Ternyata kegiatan ini sangat membantu petani dalam menekan biaya pupuk yang harus dikeluarkan. Pengembangan kompos dijalankan petani secara individu. Bila ada masalah yang timbul dibahas dalam pertemuan kelompok yang secara rutinkami lakukan. Pada tahap awal penerapan pupuk kompos memang agak sulit dan banyak kendala. Setelah terbiasa gampang dilakukan dan banyak manfaatnya. Manfaat yang kami rasakan dengan menerapkan pupuk kompos antara lain: Mengembalikan kesuburan tanah yang sudah rusak Tanah menjadi gembur dan mudah diolah Tanaman lebih tahan kering Rasa beras yang dihasilkan lebih enak

Proses Pembenihan
Belajar dari pengalaman uji coba benih lokal, khususnya tentang rendahnya daya tumbuh (benih yang kami terima hanya 60%). Bersama LESMAN dan 18 kelompok yang ada di Kecamatan Nglipat sepakat membentuk forum benih dengan kegiatan: Identifikasi benih lokal yang ada di Gunung Kidul Koleksi benih lokal untuk uji coba Uji coba untuk penelitian
Penelitian untuk pengembangan
Dari koleksi yang kami dan teman-teman lakukan berhasil dikumpulkan 18 varietas padi dan ketan antara lain: padi Mayangan, Manurun, Tangkilan, Srunen, Slegreng, Pandanwangi, Menthikwangi, Molog, Mandel, Langsep, Cempo Putih, Singkarak, sedang jenis ketan: Glempo, salome, Serang, Hitam.
Uji coba yang dilakukan ada dua tingkat, yaitu pada tingkat individu dan kelompok. Percobaan di tingkat individu dilakukan di lahan masing-masing, sedangkan untuk kelompok dilaksanakan di lahan uji coba. Hasilnya digabungkan dan dibahas dalam pertemuan forum bulanan yang dihadiri oleh perwakilan kelompok anggota forum benih.
Dari pengalaman yang ada ternyata hasil yang diperoleh hamper sama. Melalui SL benih, tukar pengalaman tentang seluk beluk benih, untuk tahap pertama hasil masih jauh dari yang diharapkan. Untuk tahap selanjutnya dengan pembenaran di sana-sini, kami bersama teman-teman yakin hasilnya akan lebih baik, sebab merupakan proses mempertemukan pendapat dari perwakilan 18 kelompok tidaklah mudah. Namun kami petani Nglipar khususnya dan petani Gunung Kidul umumnya yakin bahwa, benih lokal akan kembali menjadi kekayaan petani. Hal ini terbukti dari makin banyaknya dukungan dari teman-teman petani dan pengakuan dari teman-teman PPL serta Dinas Pertanian Kecamatan.
Dari pengamatan yang kami lakukan, ternyata ada perbedaan antara benih padi unggul dengan benih padi lokal. Perbedaan terletak pada akar. Akar benih lokal lebih panjang 2-3 cm, sehingga benih lokal lebih tahan kering bila dibandingkan dengan benih unggul. Batang padi lokal juga lebih kuat dari padi unggul, kelebihan padi lokal lain adalah bisa ditanam lebih dari satu kali dengan hasil sama atau lebih banyak dibanding musim tanam sebelumnya. Benih lokal yang kami kembangkan telah tersebar sampai ke desa-desa sekitar bahkan sampai ke kecamatan lain.
Tahun 1996 kami mewakili kelompok untuk sharing pengalaman ke NTB selama 21 hari tentang pertanian alami dan penerapan PHT, budi daya sayuran dan padi yang selama ini kami dan teman-teman lakukan di daerah Gunung Kidul.
Demikian pengalaman yang dapat kami sajikan. Banyak kurangnya kami mohon masukan dari teman-teman agar di kemudian hari dapat kami perbaiki bersama teman-teman petani di daerah kami


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...