Jumat, 22 Juli 2011

Tanyakan pada Ruhut yang Bergoyang

Ruhut “Poltak” Sitompul termasuk news maker,pembuat berita, yang membuat lawan bicaranya tersenyum simpul.Baik karena posisinya yang berkaitan dengan komunikasi—Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Partai Demokrat, sekaligus anggota Komisi III DPR RI—maupun sosoknya yang mudah menarik perhatian.

Dua unsur antara apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya merupakan perpaduan yang dikuasai. Pendengarnya bisa sinis dan bertanya-tanya uraiannya mengenai pujian kepada Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setiap kali mengaitkan, namun susah untuk berpaling.

Riwayat kariernya juga banyak mengundang tanda tanya. Dulu ikut Partai Golkar, pernah—atau masih menjadi pengacara, suka menyebut dirinya “anak kolong”, kadang juga menyebut diri sebagai preman, juga pemain sinetron. Para wartawan memanjakan dengan bertanya berbagai hal, dan dilayani dengan senyum lebar dan rasa percaya diri.

Hubungan timbal balik yang pas. Media membutuhkan berita, dan Bang Ruhut siap dan sigap. Tak pernah menghindar.Siapa pun bisa diberi komentar jenaka, bahkan termasuk dengan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menyangkut hal personal.

Dua Tabu

Hanya saja,saat ini agaknya mulai menjaga diri untuk sesuatu yang dikatakan “mulutmu harimau kamu”, karena menyangkut masalah pribadi. Istrinya, Anna Rudiantiana, melaporkan ke polisi,mungkin soal identitas diri ketika menikah lagi dengan Deana Leovita di Manado.

Sampai di sini, bentuk pertanyaan mempunyai landasan, mempunyai frame,karena sumbernya institusi resmi, dalam hal ini kepolisian. Mulailah dikuak tentang anaknya—yang katanya tidak diakui—yang berprestasi meraih medali emas dalam Olimpiade Tuna Grahita.

Sama ketika media menelusuri kisah perkawinan di Manado dengan menyebut nomor surat kawin, dengan pendeta siapa.Sampai di sini hal-hal yang tadinya urusan pribadi bisa menjadi ruang publik.Bukan hanya apa yang dikatakan, melainkan apa yang dilakukan. Paling tidak apa yang bernama data atau fakta—misalnya menikah di Gereja mana—termuncul- kan.

Artinya apakah Ruhut menjawab, atau tidak menjawab, data dan fakta tetap layak diberitakan. Sampai di sini, dinamika berita akan terus bermunculan, sampai,misalnya saja,menjadi membosankan. Dinamika ini menempatkan selebritas di panggung yang terang, sehingga bisa dilihat dan didekati dari arah mana saja.

Sejauh saya tahu–dan saya ketahui tidak jauhjauh amat, selebritas menjadi goyang mana kala berkaitan dengan unsur yang masih dianggap tabu oleh masyarakat. Untuk pertama berkaitan kawin lagi, atau selingkuh—dan ketahuan. Kalau tidak ketahuan, masih aman-aman saja.

Bahkan untuk hal yang sebenarnya biasa pun bisa merepotkan. Kasus Aa Gym yang menikah lagi,atau kemudian cerai dari istri pertama,masih mempunyai nilai berita. Masyarakat kita—secara tajam pada ibu-ibu muda usia 24-35 tahun—tidak bisa mengapresiasi soal model perkawinan seperti ini.

Kelas sosial keberadaan ibu-ibu muda inilah yang menjadi penentu acara televisi,karena usia inilah para ibu muda tadi yang menentukan belanja apa,merek apa.Ini yang disasar oleh iklan yang menjadi nyawa bagi pengusaha media. Barangkali itu pula sebabnya model iklan artis Luna Maya dihentikan sebagai ikon produk tertentu.

Bisa dikatakan kejam, atau kejam sekali, namun realitas dunia industri media massa selalu menjadi penentu.Unsur tabu kedua yang bisa menggoyang sosok selebritas adalah kalau terlibat narkoba. Hukuman sosial dari masyarakat untuk dua urusan ini yaitu seks dan narkoba, bisa meminggirkan.

Dua Pilihan

Bagi Abang Ruhut—begitu istilah yang sering digunakan untuk menyebut dirinya— satu unsur bisa menjadi “harimau” bagi dirinya. Dan merepotkan karena urusan seperti ini tak bisa ditopang dengan posisi, jabatan, pangkat.Dan akan terus menyertai, sampai ada penjelasan yang memuaskan rasa ingin tahu masyarakat, bagaimana yang sebenarnya.

Kemampuan berkomunikasi, kelihaian berkata, menjadi penentu keberadaannya saat ini, juga waktu yang akan datang. Ada dua pilihan menghadapi kasus seperti ini.Yang pertama memberi penjelasan apa yang sebenarnya terjadi. Ini menyakitkan,namun lokalisasi masalah tak merembet ke segala arah.

Lebih terfokus pada satu persoalan.Yang kedua adalah mengambangkan atau membiarkan sampai kabar beginian berlalu bersama waktu. Dan itu sering terjadi. Atau dalam bahasa lirik lagu,seperti bertanya pada “rumput yang bergoyang.” Masalahnya Ruhut bukanlah rumput.

Ruhut adalah, dalam peristilahan televisi, merupakan talent tetap. Ruhut bukan hanya sumber berita, atau bintang tamu, melainkan dan sekaligus sebagai bagian dari pembawa acara. Sehingga ketika berdiam diri atau no comment, tetap saja akan dicerca atau dicecar dengan berbagai pertanyaan.

Dan sosok Ruhut agak sulit untuk tidak tampil karena banyak kegiatan yang tak bisa dihindarkan. Situasinya serbamemojokkan, dan beralasan kalau disebut sebagai pembunuhan karakter.Kegiatan apa pun yang membuatnya tampil, dan tak ada kaitannya dengan persoalan istri dan anak, pertanyaan bisa mengurai ke soal itu.

Posisi yang sangat tidak enak,dan tak bisa diatasi dengan—misalnya— duit. Sekarang ini saja, sekurangnya ada 33 kali penayangan dari 10 stasiun televisi selama satu minggu. Bisa diperkirakan akan lebih ramai kalau persoalan sampai ke pengadilan. Pilihan yang sulit dan menyakitkan, tapi bisa dilalui dengan lapang dada.

Hal lain yang merepotkan adalah waktu kejadian lebih memojokkan. Terutama sekali karena Partai Demokrat sedang dalam sorotan kritis, karena kasus Nazaruddin atau Andi Nurpati, atau juga nama lain.Abstraksi persoalan menyatukan penilaian dalam satu kubu yaitu apa yang terjadi dalam partai.

Yang semua serba melelahkan, menyakitkan,menjengkelkan. Tidak selalu harus diartikan akhir dari segalanya. Tak ada persoalan yang tak bisa diselesaikan, kalau bisa melaluinya dengan baik dan cerdik. Kalau kurang percaya, tanya saja sama rumput yang bergoyang.

● ARSWENDO ATMOWILOTO Budayawan
Sumber:http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/414631/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...