Kamis, 18 Juni 2009

Visionaris

oleh : Andrias Harefa
Penggagas Visi Indonesia 2045


Kita paham bahwa yang namanya pemimpin itu pastilah seorang visionaris. Ia menjadi visionaris karena memiliki ketidakpuasan mendalam mengenai realitas faktual masa kini, yang sekaligus dibarengi dengan suatu pandangan yang amat tajam mengenai kemungkinan menciptakan realitas baru pada masa depan, yang secara mendasar lebih baik, lewat agenda kerja tertentu.

Jika orang memiliki ketidakpuasan mendalam mengenai situasi dan kondisi saat ini, dan berharap akan datangnya kondisi yang lebih baik, tetapi tidak terdorong untuk melakukan apa pun, maka dia adalah orang biasa. Sebab setiap insan yang dianggap normal mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Dia bukan pemimpin. Yang justru penting adalah kemampuan melihat secara tajam tentang kemungkinan menciptakan situasi dan kondisi baru pada masa depan, yang lebih baik, lewat agenda kerja tertentu. Penglihatan yang tajam itu membuat orang disebut visioner, menjadi visionaris alias pemimpin.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa pemimpin itu tidak boleh realistis. Data-data masa kini justru sangat tidak memuaskan dirinya. Fakta-fakta yang nyata di lapangan justru membuatnya sedih dan prihatin. Karena itu dia berbicara dan menawarkan sesuatu yang ideal, yang tidak realistis, tetapi yang sungguh pantas untuk diperjuangkan.

Tugas pemimpin sebagai visionaris adalah memformulasikan visi yang besar dan jelas agar memikat orang lain untuk mengikutinya secara sukarela, menjadi konstituen, menjadi pengikut, menjadi pendukung.

Dia harus bisa membuat visi yang diformulasikannya itu menjadi "milik bersama", milik sebanyak mungkin orang. Visi itu tidak cukup hanya menarik perhatian sekelompok orang, tetapi harus meyakinkan banyak orang.

Mengapa sebuah visi yang diformulasikan oleh pemimpin harus menjadi visi bersama? Sebab kita paham bahwa orang tidak bisa menjadi pemimpin yang lebih besar dari cakupan kepentingan yang dia formulasikan dalam visinya.

Jika visinya hanya mencakup kepentingan keluarga dan kerabat dekat, cakupannya akan sangat terbatas. Jika visinya menyangkut organisasi bisnis keluarga (privat), boleh jadi akan berbeda dengan visi organisasi bisnis milik publik.

Organisasi massa, organisasi politik, organisasi agama, dan organisasi sosial lainnya juga akan memiliki rumusan visi yang berbeda-beda pula. Pemimpin pada skala nasional, pemimpin sebuah negara-bangsa, sudah seharusnya kita harapkan memiliki visi yang mencakup kepentingan seluruh komponen dalam masyarakat bangsa tersebut.

Visi sang pemimpin juga harus menjadi "visi bersama", sebab untuk merealisasikan visi yang besar tidaklah mungkin mengandalkan dirinya atau kelompoknya sendiri. Jika masa depan yang ingin dicapai itu bisa dicapai tanpa dukungan banyak orang, maka visi itu pastilah bukan visi dalam artinya yang sesungguhnya. Di sinilah letak hubungan antara pemimpin dan konstituen, pengikut, pendukungnya: keduanya saling membutuhkan, saling merindukan, dan saling bergantung satu sama lain.

Namun, prakarsa dan tanggung jawab adalah pertama-tama urusan pemimpin. Pemimpin mengambil prakarsa dan menerima tanggung jawab untuk memformulasikan visinya dan "menjualnya" kepada orang banyak. Lalu konstituen yang melihat berbagai kepentingannya di dalam visi itu, yang yakin akan kesungguhan sang pemimpin, akan mendekat untuk menyatakan dukungannya.

Kalau ada kritik yang perlu diajukan kepada para pemimpin di negeri ini, kritik itu mungkin adalah soal tidak jelasnya visi dan agenda aksi yang menyertainya. Sebagai akibatnya, pihak yang diharapkan menjadi konstituen kemudian terombang-ambing tak karuan karena pemimpin yang satu dengan pemimpin yang lain tak jelas benar perbedaannya. Dalam konteks politik, kondisi semacam inilah yang kemudian menyuburkan apa yang disebut pakar politik sebagai politik dagang sapi, politik uang, dan yang semacam itu.

Mungkin pihak-pihak yang berhasrat besar menjadi pemimpin, baik dalam skala mikro di perusahaan (privat), terlebih lagi dalam skala makro di pemerintahan (publik), perlu kita ingatkan bahwa visi merupakan faktor pemicu (precipitating factor) yang amat vital.

Kekuatan visi

Visi menggerakkan cipta, rasa, karsa, dan karya. Visi memberi inspirasi, menggugah emosi, membangkitkan antusiasme, dan menyuntikkan motivasi. Visi menimbulkan sense of direction, menunjukkan arah yang perlu ditempuh.

Visi memberikan sense of urgency, kemampuan untuk membedakan antara yang penting dan genting (mendesak), dan yang penting tetapi belum genting. Visi memberikan fokus untuk melakukan segmentasi, targeting, dan positioning. Visi bahkan memberikan sense of identity, suatu rasa identitas kolektif yang dapat menimbulkan rasa bangga.

Secara negatif bisa dikatakan bahwa tidak tampaknya sense of direction, sense of urgency, dan sense of identity, disebabkan terutama oleh kegagalan pemimpin sebagai visionaris.

Itu pertanda pemimpin tidak bekerja, tidak melaksanakan apa yang menjadi inti dari pekerjaannya. Tanpa visi yang besar dan jelas, inspirasi akan surut, antusiasme akan sayup, dan motivasi akan redup.

Dalam konteks bisnis, beberapa contoh sederhana mungkin perlu. Visi Edwin Land ketika membuat kamera langsung jadi (Polaroid) menginspirasi pasar pada zamannya. Visi Akio Morita membuat radio-tape ukuran portable menggairahkan orang-orang yang membutuhkan produk tersebut.

Visi Bill "Microsoft" Gates untuk menghadirkan komputer di setiap meja dalam setiap rumah, pernah menjadi pemicu inspirasi yang luar biasa dalam industri terkait. Visi Michael Dell untuk menjual komputer lewat sistem antar langsung (direct). Visi Tirto Oetomo dengan Aqua menginspirasi air mineral dalam kemasan.

Jadi, untuk masa depan negeri tercinta ini, kita bisa berseru: wahai pemimpin, bekerjalah! Berikan kami sebuah visi besar yang menggugah hati, dan agenda kerja yang jelas, agar dukungan kami tak berpaling darimu.

source :http://web.bisnis.com/kolom/2id2270.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...