oleh : A. M. Lilik Agung
Trainer dan Pembicara Publik
Menjelajahi perkebunan di sepanjang Kalimantan Barat, mulai dari kabupaten Pontianak hingga Kabupaten Sintang sungguh memberi harapan. Benar, hutan di Kalimantan semakin meranggas. Namun, di sisi lain, di Kalimantan bertumbuh kencang perkebunan sawit dan karet yang memberi nilai ekonomi tidak kalah tinggi dibandingkan dengan hasil hutan. Bahkan kalau diolah lebih lanjut, sawit dan karet akan jauh bernilai ekonomi dan berdampak signifikan tidak saja pada perekonomian lokal, tetapi juga nasional.
Sebagai perusahaan pelat merah, PT Perkebunan Nusantara XIII (PTPN XIII) mendapat mandat untuk mengelola perkebunan yang terbentang disepanjang Kalimantan. Dibentuk pada tanggal 11 Maret 1996, PTPN XIII dapat disebut bayi gemuk yang sarat beban.
Disebut bayi gemuk karena PTPN XIII merupakan hasil penggabungan dari delapan proyek pengembangan PTPN lainnya yang semuanya berlokasi di Kalimantan. Pantas dikatakan sarat beban lantaran penggabungan delapan proyek pengembangan PTPN menjadi satu, memerlukan kecakapan dan kecerdasan dari pemimpinnya. Sosok bernama Akmaluddin Hasibuan memperoleh mandat untuk mengelola PTPN XIII ini.
Saya pantas bersyukur karena hampir setahun memperoleh kesempatan berinteraksi dengan Akmaluddin Hasibuan untuk keperluan proses transformasi bisnis PTPN XIII dan menuliskannya menjadi buku.
Selama berinteraksi ini saya mendapat pelajaran penuh menyoal kepemimpinan. Tidak terbatas pada penuturan, tetapi lebih penting lagi adalah tindakan Akmaluddin Hasibuan ketika menjadi pemimpin tertinggi di PTPN XIII dan diteruskan pengabdiannya di PTPN III, Medan.
Akmaluddin Hasibuan menyebut cara kepemimpinan dengan nama "Marhamah." Sikap marhamah, kata Akmaluddin Hasibuan merupakan sikap saling menasihati dalam kasih sayang. Sikap marhamah apabila selalu dijalankan akan berpengaruh dan merasuk ke dalam setiap diri pribadi karyawan perusahaan.
Kelangkaan contoh
Untuk mempraktikkan sikap marhamah ini Akmaluddin Hasibuan mengembalikan kepada makna dan fungsi kepemimpinan. Kepemimpinan selalu bersandar kepada lima elemen pokok, yaitu: (1) Adanya pemimpin, (2) Adanya pengikut, (3) Terjadinya proses memengaruhi, (4) Kontekstual atau situasional, (5) Mencapai tujuan. Makna kepemimpinan ala Akmaluddin Hasibuan memang mudah ditemukan dalam buku-buku referensi. Namun, ketika menjadi praktik, tiba-tiba terjadi kelangkaan contoh perannya. Akmaluddin Hasibuan mengisi kelangkaan ini.
Makna pertama yaitu adanya pemimpin diartikan Akmaluddin Hasibuan, sebagai bentuk tanggung jawab seorang pemimpin. Ketika seseorang didaulat menjadi pemimpin maka dia akan bertanggung jawab untuk menetapkan arah, tata nilai, dan sasaran yang hendak dicapai organisasi.
Dalam menetapkan arah, tata nilai dan sasaran ini harus berimbang memperhatikan kepentingan para stakeholders. Wujud dari tanggung jawab yang lain adalah memastikan proses formulasi yang efektif dalam merumuskan strategi, sistem dan metode untuk mencapai sasaran organisasi. Tidak ketinggalan membangun intelektual kapital, memobilisasi serta memotivasi para konstituennya dan merangsang inovasi demi kelangsungan organisasi.
Untuk mengaplikasikan makna ini, ketika didaulat menjadi pemimpin tertinggi perusahaan Akmaluddin Hasibuan selalu mencanangkan proses transformasi bisnis. Apalagi dua perusahaan yang pernah dinahkodai -PTPN III dan PTPN XIII- merupakan perusahaan pelat merah yang dalam banyak kasus perlu mengubah seluruh pola pikir bisnisnya melalui program transformasi bisnis.
Makna kedua, adanya pengikut, tak salah merupakan wujud untuk menjalankan sikap marhamah. Pengikut sebagai pelaksana ide-ide besar pemimpin jelas akan menjadi ujung tombak keberhasilan organisasi. Hanya saja membentuk pengikut yang cakap dan 'loyal' diperlukan kecerdasan spiritual pemimpinnya. Akmaluddin Hasibuan memakai prinsip marhamah, yaitu memimpin anak buah melalui kasih.
Ketika saya sering bertandang ke kantor pusat PTPN XIII di Pontianak dan kantor cabang di Jakarta, saya merasakan sendiri aura marhamah ini. Cap melekat kepada banyak pemimpin perusahaan pelat merah yang feodal, minta dilayani ketimbang melayani dan intrik-intrik mencari cantolan politik nan telanjang, nyaris tidak saya temukan di PTPN XIII. Yang ada justru suasana egaliter dan sifat dinamis layaknya sebuah bisnis besar.
Makna ketiga, terjadinya proses memengaruhi yang tak lain makna paling primitif dari kepemimpinan. Disebut pemimpin apabila ia mampu memengaruhi para konstituennya. Ide-ide besar, langkah-langkah stategis, dan kemampuan untuk mencapai apa yang telah menjadi sasaran organisasi hanya akan terjadi apabila pemimpin memiliki pengaruh.
Menjadi pemimpin BUMN sebenarnya relatif mudah untuk mempraktikkan pengaruh ini. Apalagi idiologi paternalistik pada banyak BUMN masih bertahan dengan sempurna. Namun, Akmaluddin Hasibuan memiliki kiat sendiri untuk memperkuat pengaruhnya. Kiat yang sederhana; mengasah nilai-nilai kepemimpinan bernama integritas, kepercayaan, kesetaraan, dan keterbukaan.
Makna keempat, kontekstual atau situasional, berhubungan dengan kecakapan membaca perubahan lingkungan usaha. Agar sukses berselancar dengan gelombang perubahan ini, Akmaluddin Hasibuan melakukan dua hal pokok: (1) Proses rekayasa bisnis yaitu dengan menjalankan reposisi bisnis, desain ulang sistem bisnis dan strategi bisnis.
(2) Membangun budaya perusahaan melalui perubahan paradigma, implementasi tata nilai dan mengasah kompetensi seluruh karyawan. Berbasis pada dua hal ini, maka pemimpin menjalankan prinsip kepemimpinan kontekstual atau situasional dapat dipilih dengan elegan.
Makna kelima, mencapai tujuan. Inilah pertandingan akhir seseorang disebut pemimpin besar atau justru pecundang. Keempat makna kepemimpinan akhirnya bergaung menggema melewati batas-batas wilayah kekuasaannya apabila sang pemimpin berhasil dengan gemilang mencapai tujuan yang telah dicanangkan pada masa awal kepemimpinannya.
Pada diri Akmaluddin Hasibuan dengan dua kali menjadi CEO perusahaan (PTPN XIII dari 1998 - 2003 dan PTPN III dari 2003 - 2006), menunjukkan kedua perusahaan tersebut bertumbuh menjanjikan. Hal ini mengabarkan bahwa Akmaluddin Hasibuan sukses mencapai tujuan. Makna kepemimpinan dipraktikkan oleh Akmaluddin Hasibuan tidak sebatas retorika, tetapi menemukan rekam jejaknya di PTPN XIII dan PTPN III.
Source :http://web.bisnis.com/kolom/2id2221.html
MEDIA KOMUNIKASI KOMUNITAS ALUMNI POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN.
Kamis, 18 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lowongan Kepala Afdeling
Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...
-
INCASI RAYA Group Kami perusahaan swasta nasional dengan areal 250.000 ha dengan alamat kantor pusat di Jl. Raya By Pass Km 6 Lubuk Begalung...
-
PT. Kirana Megatara ( subsidiary company of Triputra Group ) yang lokasi head office -nya berada di kawasan Lingkar Mega Kuningan, Jakart...
-
DIBUTUHKAN SEGERA ASISTEN WATER MANAGEMENT SYSTEM (WMS) Kualifikasi: Pria, Usia Maks 35 thn untuk yang sudah berpengalaman,...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ya