Himawan Wijanarko*
Keberhasilan meniti karir sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam mengenali dan mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga sudah selayaknya pengembangan potensi direncanakan dengan baik.
Proses perencanaan pengembangan potensi meliputi langkah-langkah strategis berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian dapat membantu menemukan kekuatan dan hambatan yang mungkin timbul dari upaya-upaya mencapai tujuan karir. Termasuk di dalamnya upaya mengantisipasi kegagalan.
Terdapat tiga hal yang tidak boleh terlewati yaitu passion, persistence, dan commonsense. Passion merupakan modal utama, karena proses pengembangan diri dapat terencana dan selanjutnya dikembangkan dengan baik apabila didasari pada sikap mental dan perasaan positif untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuannya. Semangat yang demikian akan menimbulkan inisiatif yang tinggi, minat yang besar, dan stamina yang kuat dalam proses pelaksanaannya. Persistence merupakan prasyarat kedua, karena perencanaan akan memperlihatkan karakteristik kontinuitas melalui konsistensi langkah dan upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Kita harus memegang teguh satu orientasi yang jelas, sehingga nantinya dapat melaksanakannya secara konsekuen. Ketiga, commonsense, karena aspek rasionalitas berpengaruh besar terhadap keberhasilan penyusunan dan pelaksanaan suatu perencanaan. Dalam artian, usaha-usaha dan tujuan yang dipilih harus terbentuk dalam pengertian umum dan dilandasi akal sehat, dengan memperhatikan kemampuan diri dan kondisi lingkungan sekitarnya.
Beranjak dari ketiga hal tersebut di atas kita dapat melakukan perencanaan dengan melibatkan orang lain. Misalnya berdiskusi dengan pasangan, anggota keluarga, rekan-rekan kerja, sahabat, dan sebagainya. Namun, bisa juga perencanaan dilaksanakan sendiri, dengan pengertian diri sendirilah yang paling memahami apa yang paling sesuai untuk dilaksanakan.
Dalam konteks proses perencanaan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan ide. Metode yang paling sederhana adalah melalui brainstorming bersama beberapa rekan atau saudara, agar dapat menarik manfaat melalui ide-ide yang mereka lontarkan. Kemudian secara bersama-sama mencari bentuk dasar perencanaan dan berbagai kemungkinan implementasi perencanaan itu.
Metode lainnya, melakukan pilihan dari daftar aktivitas yang telah dirancang, disertai suatu ketentuan tentang “apa yang harus dikerjakan” dan “apa yang penting”. Kemudian membuat pertanyaan sebanyak mungkin berkenaan dengan hal tersebut, menjawab setiap pertanyaan, menemukan tingkat kesulitan masing-masing, dan mencari kaitan antara satu dengan yang lain untuk menentukan skala prioritas. Barangkali dapat dilaksanakan secara bersama-sama. Mungkin ada yang dapat ditunda, dan ada yang harus segera dilaksanakan.
Dengan dasar pemikiran seperti ini, kita dapat menentukan tujuan pribadi, langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai tujuan tersebut, dan berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan tujuan itu. Proses demikian akan memberikan umpan balik untuk menilai kembali langkah-langkah yang kurang tepat, sehingga nantinya mampu melakukan penyesuaian atau perubahan atas langkah-langkah yang kurang tepat itu.
Dalam membuat perencanaan pengembangan potensi, kita jangan melupakan keunggulan diri sendiri. Caranya menyertakan daftar aktivitas yang pernah dipelajari dan dilakukan, kemudian menentukan aktivitas mana yang paling dikuasai. Dari situ kita dapat menemukan batasan-batasan diri yang ditinjau dari berbagai sisi diri sendiri, keterampilan dan kemampuan diri, pengaruh orang lain, pengaruh bawaan atau keturunan, dan pengaruh ekonomi.
Dalam menyusun perencanaan sebaiknya kita juga dapat menentukan apa saja yang dapat membantu. Biasanya hal itu berasal dari kelebihan diri kita. Bisa juga berasal dari berbagai faktor positif di sekeliling kita. Dalam hal ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi untuk “mengangkat” hal-hal tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan secara signifikan.
Perencanaan yang baik pun mengandung deskripsi pertolongan yang dibutuhkan. Di sini, perlu ditentukan siapa yang dapat membantu, sejauh mana bantuan yang dapat diberikan, dan apa saja yang dapat diperoleh. Perlu diingat, pertolongan di sini harus dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Tanpa perencanaan menjadikan kita tidak mempunyai pedoman yang jelas, orientasi yang tidak fokus, serta berdampak kepada ketidakjelasan langkah-langkah yang harus ditempuh. Perencanaan menjadikan semua tindakan tertata rapi menuju tujuan yang diinginkan, dan merupakan salah satu kunci menuju pencapaian puncak karir.
*GM Strategic Services The Jakarta Consulting Group
Keberhasilan meniti karir sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam mengenali dan mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga sudah selayaknya pengembangan potensi direncanakan dengan baik.
Proses perencanaan pengembangan potensi meliputi langkah-langkah strategis berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian dapat membantu menemukan kekuatan dan hambatan yang mungkin timbul dari upaya-upaya mencapai tujuan karir. Termasuk di dalamnya upaya mengantisipasi kegagalan.
Terdapat tiga hal yang tidak boleh terlewati yaitu passion, persistence, dan commonsense. Passion merupakan modal utama, karena proses pengembangan diri dapat terencana dan selanjutnya dikembangkan dengan baik apabila didasari pada sikap mental dan perasaan positif untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuannya. Semangat yang demikian akan menimbulkan inisiatif yang tinggi, minat yang besar, dan stamina yang kuat dalam proses pelaksanaannya. Persistence merupakan prasyarat kedua, karena perencanaan akan memperlihatkan karakteristik kontinuitas melalui konsistensi langkah dan upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Kita harus memegang teguh satu orientasi yang jelas, sehingga nantinya dapat melaksanakannya secara konsekuen. Ketiga, commonsense, karena aspek rasionalitas berpengaruh besar terhadap keberhasilan penyusunan dan pelaksanaan suatu perencanaan. Dalam artian, usaha-usaha dan tujuan yang dipilih harus terbentuk dalam pengertian umum dan dilandasi akal sehat, dengan memperhatikan kemampuan diri dan kondisi lingkungan sekitarnya.
Beranjak dari ketiga hal tersebut di atas kita dapat melakukan perencanaan dengan melibatkan orang lain. Misalnya berdiskusi dengan pasangan, anggota keluarga, rekan-rekan kerja, sahabat, dan sebagainya. Namun, bisa juga perencanaan dilaksanakan sendiri, dengan pengertian diri sendirilah yang paling memahami apa yang paling sesuai untuk dilaksanakan.
Dalam konteks proses perencanaan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan ide. Metode yang paling sederhana adalah melalui brainstorming bersama beberapa rekan atau saudara, agar dapat menarik manfaat melalui ide-ide yang mereka lontarkan. Kemudian secara bersama-sama mencari bentuk dasar perencanaan dan berbagai kemungkinan implementasi perencanaan itu.
Metode lainnya, melakukan pilihan dari daftar aktivitas yang telah dirancang, disertai suatu ketentuan tentang “apa yang harus dikerjakan” dan “apa yang penting”. Kemudian membuat pertanyaan sebanyak mungkin berkenaan dengan hal tersebut, menjawab setiap pertanyaan, menemukan tingkat kesulitan masing-masing, dan mencari kaitan antara satu dengan yang lain untuk menentukan skala prioritas. Barangkali dapat dilaksanakan secara bersama-sama. Mungkin ada yang dapat ditunda, dan ada yang harus segera dilaksanakan.
Dengan dasar pemikiran seperti ini, kita dapat menentukan tujuan pribadi, langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai tujuan tersebut, dan berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan tujuan itu. Proses demikian akan memberikan umpan balik untuk menilai kembali langkah-langkah yang kurang tepat, sehingga nantinya mampu melakukan penyesuaian atau perubahan atas langkah-langkah yang kurang tepat itu.
Dalam membuat perencanaan pengembangan potensi, kita jangan melupakan keunggulan diri sendiri. Caranya menyertakan daftar aktivitas yang pernah dipelajari dan dilakukan, kemudian menentukan aktivitas mana yang paling dikuasai. Dari situ kita dapat menemukan batasan-batasan diri yang ditinjau dari berbagai sisi diri sendiri, keterampilan dan kemampuan diri, pengaruh orang lain, pengaruh bawaan atau keturunan, dan pengaruh ekonomi.
Dalam menyusun perencanaan sebaiknya kita juga dapat menentukan apa saja yang dapat membantu. Biasanya hal itu berasal dari kelebihan diri kita. Bisa juga berasal dari berbagai faktor positif di sekeliling kita. Dalam hal ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi untuk “mengangkat” hal-hal tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan secara signifikan.
Perencanaan yang baik pun mengandung deskripsi pertolongan yang dibutuhkan. Di sini, perlu ditentukan siapa yang dapat membantu, sejauh mana bantuan yang dapat diberikan, dan apa saja yang dapat diperoleh. Perlu diingat, pertolongan di sini harus dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Tanpa perencanaan menjadikan kita tidak mempunyai pedoman yang jelas, orientasi yang tidak fokus, serta berdampak kepada ketidakjelasan langkah-langkah yang harus ditempuh. Perencanaan menjadikan semua tindakan tertata rapi menuju tujuan yang diinginkan, dan merupakan salah satu kunci menuju pencapaian puncak karir.
*GM Strategic Services The Jakarta Consulting Group
Source :http://www.jakartaconsulting.com/art-15-54.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ya