Senin, 01 Maret 2010

FAKTOR KEBETULAN

A.B. Susanto*

"If a man be lucky, there is no foretelling the possible extent of his good fortune. Pitch him into the Euphrates and like as not he will swim out with a pearl in his hand."
- Pepatah Babylonia -

Orang-orang yang memiliki natur analitik cenderung lebih percaya dengan data yang sifatnya terukur. Bagi kalangan ini kebetulan adalah factor X yang sebaiknya dikesampingkan. Termasuk dalam kaitannya dengan pengembangan karir. Dalam pengembangan karir, jalur karir ditentukan dan rencana karir pun disusun tahap demi tahap secara rigid dengan mempertimbangkan banyak faktor. Dari sekian banyak faktor yang ada, terdapat satu faktor yang sulit diukur dan oleh karenanya acap kali tidak dimasukkan dalam rencana karir, padahal faktor ini justru sering menentukan. Faktor yang dimaksud adalah faktor kebetulan.

Anda tidak perlu berkecil hati jika belum memasukkan faktor ini ke dalam rencana karir yang Anda susun, Penulis sendiri juga memiliki natur analitik. Yang dibutuhkan hanyalah kebijaksanaan untuk mendengar suara hati dan senantiasa tanggap ing sasmita, begitu orang Jawa menyebutnya. Tanggap ing sasmita ditunjukkan dengan selalu paham membaca pertanda, dapat membaca dan peduli terhadap keadaan/situasi. Lantas apa kaitan antara faktor kebetulan dan tanggap ing sasmita? Keduanya tidak secara kebetulan terkoneksi tetapi pada dasarnya merupakan sebuah aksi dan reaksi yang dapat dirangkai menjadi satu mata rantai.

Menarik untuk disimak tiga kiat sukses dalam berkarir yang disampaikan oleh Yongky, Direktur Pemasaran sebuah perusahan farmasi terkemuka. Baginya, kiat pertama untuk sukses dalam berkarir adalah pelatihan intensif dalam bidang yang relevan dengan karir yang digeluti. Pelatihan di sini tidak terbatas dalam bentuk formal tetapi pelatihan dalam arti luas. Yang lebih diutamakan dalam hal ini adalah adanya transfer-in dalam knowledge, skill, kompetensi secara umum, dan yang tidak kalah pentingnya adalah membangun jejaring. Kiat kedua adalah memilih orang yang tepat sebagai mitra kerja. Hal ini karena dalam bisnis modern, one man show tidak selalu dapat diaplikasikan, dengan baik dan sebagai gantinya dibutuhkan tim yang solid. Soliditas tim ini sangat ditentukan oleh kesesuaian chemistry dari masing-masing pihak yang terlibat. Dengan demikian, rekrutmen yang baik menjadi kata kunci dalam hal ini. Kedua kiat di atas tidak mengejutkan, lain dengan kiat sukses Yongky yang ketiga, berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat.

Harus diakui bahwa berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat memang berpotensi besar untuk mendukung kesuksesan dalam karir. Hanya saja tidak mudah untuk melakukannya karena terkait dengan kesempatan dan faktor kebetulan. Aditya misalnya, secara kebetulan berada dalam posisi yang mau tidak mau manajemen melihat dan membutuhkannya. Padahal semula Aditya hanyalah eksekutif muda di sebuah divisi yang sangat khas perusahaan tersebut dan tidak banyak ditemui di industri sejenis di dalam negeri. Masa kerja Aditya di perusahaan tersebut juga belum genap tiga tahun.

Bermula dari selisih paham antara manajemen dan para seniornya membuat seniornya satu per satu meninggalkan perusahaan. Awalnya manajemen tidak terlalu serius merespon, ketika arus keluar sudah sedemikian kuat barulah sikap manajemen mulai melunak dan negosiasi pun dilakukan. Hanya saja negosiasi ternyata sudah tidak mempan lagi. Hingga akhirnya tidak seorang pun dari senior Aditya bertahan. Tinggallah Aditya sendiri yang relatif senior di divisi tersebut dan sisanya adalah mereka yang masih relatif hijau. Posisi Aditya yang belum senior membuat gesekan dengan manajemen masih dalam tingkat yang relatif aman. Karakteristik divisi tersebut yang sangat khas dan sumber daya manusia yang menguasainya tidak banyak didapat di bursa tenaga kerja, mau tidak mau manajemen harus mengorbitkan Aditya.

Jika divisi tempat Aditya bekerja tidak khas dan posisi para seniornya mudah digantikan, niscaya manajemen akan berpikir lain dan nasib Aditya barangkali tidak banyak mengalami perubahan. Dari sisi timing, promosi Aditya sangat ditentukan oleh adanya momen kekisruhan antara para seniornya dengan manajemen. Demikian juga halnya jika saat itu Aditya sudah dalam level senior, barangkali ceritanya akan lain. Jika dalam posisi seperti seniornya barangkali Aditya juga ikut dalam arus hengkang tersebut. Semua ini kebetulan tidak terjadi sehingga Aditya mendapat promosi luar biasa.

Faktor kebetulan tidak hanya berpihak pada Aditya semata, Wati yang bekerja di sebuah perusahaan farmasi nasional juga mendapatkannya. Tahun ini adalah tahun ketiga Wati bekerja di perusahaan ini, atau tahun ke lima dalam perjalanan karirnya. Wati kebetulan memulai karir di perusahaan ini seminggu setelah ia menikah dan mengikuti suaminya pindah ke Jakarta. Tahun pertama dan kedua ia lalui dengan datar-datar saja karena sudah lebih dari dua dekade ini manajemen menerapkan gaya konservatif, termasuk sistem renumerasi yang oleh sebagian karyawan disebut RMS. RMS yang dimaksud adalah Rajin Malas Sama saja. Akibatnya tiap evaluasi kinerja tahunan, perkembangan karir dalam perusahaan tersebut lebih mirip pada organisasi militer atau pegawai negeri sipil.

Gaya manajemen di perusahaan tersebut sontak berubah ketika pimpinan puncak pensiun dan sebagai gantinya didatangkan seorang profesional yang ambisius dan revolusioner. Apalagi pimpinan baru ini mengusung beberapa profesional pada beberapa posisi kunci dalam manajemen perusahaan. Dengan segera terjadi perubahan yang revolusioner dalam tubuh perusahaan. Geliat perubahan ini menjadi pembeda siapa karyawan yang berprestasi dan mana yang tidak, siapa yang kompeten dan siapa yang tidak. Salah satu yang merasakan dampaknya adalah Wati. Target manajemen baru yang ambisius membuatnya harus bekerja ekstra keras. Hanya saja, kali ini kerja kerasnya membuahkan hasil karena RMS sudah diganti dengan sistem yang lebih baik seiring pergantian tahun kemarin. Walhasil, karir Wati pun meroket di tahun baru ini. Dapat Anda bayangkan seandainya pimpinan lama tidak pensiun atau penggantinya masih satu tipe. Meski harus kerja sampai jungkir balik pun karir Wati dan wati-wati yang lain dalam perusahaan tersebut akan merayap dalam tempo lambat atau Andante dalam bahasa musik Barat.

Tak pelak, mengambil keuntungan dari faktor kebetulan adalah katalis bagi pencapaian karir yang sukses. Dengan kata lain, jika dapat dikelola sedemikian rupa faktor kebetulan dapat memperkaya hidup dan karir. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana faktor kebetulan dapat dikelola? Dalam bukunya yang berjudul "The Celestine Prophecy," James Redfield mendeskripsikan bahwa menaruh perhatian secara seksama tentang kondisi sekeliling akan dapat membantu mengelola faktor kebetulan. Apa yang disampaikan James Redfield tersebut sekepang dua ringgit dengan local wisdom dari tanah Jawa, tanggap ing sasmita, seperti yang sudah disinggung di atas.

Sukses tergantung pada pilihan yang dibuat dan bagaimana attitude serta spirit dari orang yang bersangkutan. Tetapi formula kesuksesan tidak cukup jika hanya terdiri atas bakat, attitude, dan pilihan karena masih ada satu faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja, yakni faktor kebetulan.

* Managing Partner The Jakarta Consulting Group

Sumber:http://www.jakartaconsulting.com/art-15-18.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...