Senin, 06 April 2009

WHO AM I

Oleh:Wahyu T Setyobudi
(Artikel ini pernah dimuat di majalah InfoBCA No:163)

Beberapa waktu yang lalu, di salah satu televisi swasta diputar film berjudul “Who am I?” Jacky Chan yang menjadi aktor utama dalam film ini berlari, berduel, melompat dari satu gedung ke gedung yang lain dengan cantiknya sehingga menghipnotis penonton seolah-olah mereka larut dalam emosi film. Tak heran jika Jacky Chan sendiri menganggap film ini sebagai salah satu film terbaiknya.

Saya sendiri menganggap jalan cerita film ini sangat unik. Jacky Chan memerankan seorang tentara bayaran yang mengalami hilang ingatan (amnesia) dalam suatu misi. Pencarian jatidiri akhirnya dilakukan olehnya. Setelah menemukan kembali dirinya tiba-tiba Jacky Chan telah terjebak dalam suatu konflik yang menegangkan.

Memiliki jati diri dan identitas merupakan suatu hal yang sangat krusial bagi seseorang. Jika Jacky Chan di layar kaca rela menjalani duel maut untuk mencari identitasnya, seorang teman saya merelakan berjuta-juta rupiah untuk mengikuti pelatihan motivasi di Singapura, bahkan sampai ke negeri Paman Sam. Ada juga yang pencarian identitasnya dilakukan di atas kertas dengan menggunakan berbagai alat yang ada seperti personal balance scorecard.

Identitas yang menjawab pertanyaan “Who am I?” merupakan nilai dasar dan pedoman tindak tanduk bagi seseorang. Dengan nilai dasar ini seseorang memiliki acuan untuk berperilaku. Disamping itu, mereka yang memiliki identitas diri yang kuat akan menampilkan kepribadian yang nyaman bagi orang lain. Anda tentu lebih nyaman bergaul dengan seseorang yang Anda bisa prediksi responsnya dalam berkomunikasi, bukan? Oleh karena itu, ciri utama identitas adalah konsistensi kemunculannya. Anda tentu masih ingat dengan seorang petenis yang fenomenal bernama John Mc Enroe yang terkenal sangat temperamental. Jangankan di waktu kalah diwaktu menang saja hobinya adalah melempar raket dan memaki wasit. Namun demikian karena konsistensinya, penonton tetap menikmati identitas temperamental ini.

Seperti juga seorang manusia, perusahaan sebagai kumpulan manusia juga memerlukan identitas. Inilah yang kemudian disebut sebagai Corporate Identity. Unsur ini merupakan pedoman keseragaman penampilan dan perilaku yang menyatukan seluruh karyawan sehingga memudahkan pelanggan mengingat nama perusahaan dan mengaitkannya dengan suatu atribut atau sifat-sifat tertentu yang disukai. Hasil dari implementasi corporate identity adalah apa yang disebut sebagai corporate image.

Ada perusahaan yang memiliki kesan tua, kuno ada pula yang memiliki kesan moderen, ramah, dan lain-lain. Darimanakah pelanggan memberikan penilaian ini? Tentu dari apa yang ditampilkan dalam keseharian perusahaan itu. Bentuk gedung, penampilan para karyawan, seragam, gaya bicara, iklan dan banyak lagi elemen kontak antara pelanggan dengan karyawan. Perusahaan yang tidak memiliki identitas yang kuat akan tampil dengan ketidakkonsistenan yang membingungkan pelanggan.

Membangun corporate identity dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah mengajukan pertanyaan seandainya perusahaan kita diwujudkan dalam bentuk manusia, akan jadi seperti apakah dia? Apakah laki-laki atau perempuan, muda, atau separuh baya, moderen ataukah klasik, ramah ataukah bergengsi? Jawablah pertanyaan ini dengan tertulis, kemudian gali pendapat dari para karyawan. Pertanyaan ini mempermudah asosiasi dengan sekian banyak atribut kompleks dan budaya perusahaan yang ada.

Langkah selanjutnya adalah menurunkannya menjadi spirit atau nilai-nilai dan melakukan komunikasi internal. Kita sangat sadar bahwa langkah terpenting adalah membuat karyawan internal memahami dan meyakini identitas yang telah dirumuskan. Tanpa adanya pemahaman dan keyakinan internal, hampir mustahil pelanggan akan menangkap nilai-nilai yang ingin disampaikan perusahaan.

Apabila karyawan perusahaan telah memahami identitas ini, barulah identitas diungkapkan atau disampaikan kepada para pelanggan. Cara penyampaian identitas ini dapat dibagi menjadi hal-hal yang tangible (berwujud nyata) dan yang intangible (tidak berwujud nyata). Hal berwujud antara lain seragam karyawan, tampilan gedung, tata letak ruang tunggu, papan nama, dan lainnya. Sedangkan hal-hal yang intangible antara lain proses operasi yang menjamin kecepatan layanan, aturan-aturan internal yang meningkatkan keramahan garda depan, serta nilai nilai luhur dari karyawan.

Pada akhirnya, pengukuran melalui riset yang akurat sangat dibutuhkan dalam rangka mencari apakah ada kesenjangan antara corporate identity yang diinginkan dengan hasilnya yang berupa corporate image. Pandangan ini yang nantinya digunakan untuk melakukan perbaikan program corporate identity tahun berikutnya. Jadi, Who are you..? sudahkah Anda bisa menjawab?

Wahyu T Setyobudi
Kepala Divisi Riset Manajemen
Lembaga Manajemen PPM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...