Jumat, 01 Agustus 2008

Energi Berbasis Ekotropika

Oleh: IGG Maha Adi
--------------------------------------------------------------------------------

Sisi baik pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak adalah kesempatan mengembangkan energi alternatif dan ramah lingkungan. Subsidi minyak merupakan hambatan ekonomi-politik yang membuat pengembangan energi non-hidrokarbon, kecuali panas bumi, menjadi terhambat karena relatif mahal.

Para pakar telah ditantang Presiden mengembangkan energi berbasis air (blue energy), tanaman (green energy), dan bentuk terbarukan lainnya. Selain pertimbangan ekonomi, teknologi, dan sosial-budaya, lingkungan hidup semestinya menjadi pertimbangan utama dalam kebijakan nasional ini. Salah satu prinsip yang penting adalah kebijakan energi yang tidak melawan alam, artinya selaras dengan kenyataan ruang hidup (biosfer) tempat bangsa Indonesia tinggal dan berkembang, yaitu energi berbasis ekologi tropis atau ekotropika.

Basis ekotropika artinya mempertimbangkan semua kenyataan potensi di dalam biosfer tropika, dan menyusun kebijakan berdasarkan prinsip dari potensi itu. Kenyataan ekologis itu, antara lain, pertama, bahwa keanekaragaman spesies daerah tropis sangat tinggi, tetapi jumlah populasi per spesies rendah. Ada dua konsekuensi kondisi ini, yaitu bahan baku green energy tersedia melimpah, tetapi alamnya tidak cocok untuk mengembangkan tanaman monokultur dalam hamparan yang sangat luas. Membuka satu juta hektare hutan untuk perkebunan yang akan diambil etanolnya sangat membahayakan ekosistem tropis, karena jumlah keanekaragaman jenis yang hilang akan sangat tinggi dibandingkan kawasan beriklim sedang dan dingin. Boleh jadi, di antara yang hilang itu adalah bahan baku green energy yang potensial, karena baru 30 persen spesies tropika yang teridentifikasi.

Kedua, berkaitan dengan posisi geografis dan faktor geologis. Proses geologis telah membentuk ruang hidup Indonesia sebagai kepulauan yang dipisahkan laut, sehingga bentuk pengembangan energi yang cocok adalah beragam, berskala kecil dan tersebar. Biarkan listrik Perusahaan Listrik Negara memasok industri besar dan penerangan jalan, tetapi kampung dan dusun diterangi oleh energi mikrohidro, panel surya, kincir angin, dan biarkan ibu-ibu memasak dengan biomassa dari pembakaran sampah, bukan listrik dari luar, seperti Kota Bekasi yang baru selesai membangun pembangkit listrik tenaga sampah. Maka semakin berkurang pula penderitaan masyarakat bila listrik PLN padam. Prinsip ini sesuai dengan ketahanan ekosistem di alam: makin beragam spesies, makin kuat ekosistem

Posisi geografis mentakdirkan Indonesia berlimpah hutan, cahaya matahari, hujan, angin, dan biomassa. Artinya, Indonesia tidak akan pernah kekurangan bahan baku energi bila lingkungan hidupnya terjaga. Air terjun akan selalu mengalir deras untuk memutar turbin mikrohidro, cahaya matahari dan hujan akan membuat hutan terus tumbuh dan menghasilkan biomassa yang dapat diolah menjadi energi. Matahari cuma bersinar tiga bulan di Eropa. Karena itulah mereka tidak mengembangkan energi surya. Perusahaan minyak Amerika telah berinvestasi begitu besar di seluruh dunia. Karena itulah mereka sangat berkepentingan melanggengkan penggunaan energi fosil dengan segala cara.

Kepentingan terbesar adalah pemasaran barang dan teknologi berbahan bakar minyak bumi. Eropa Barat, Jepang, Rusia, dan Amerika adalah produsen utama mesin-mesin dunia yang hampir semuanya masih berbasis energi karbon. Mustahil mereka menjadi pelopor penggunaan energi alternatif, karena itu akan memukul balik industrinya. Itu pula sebabnya, bahkan di negara-negara maju, pengembangan energi alternatif masih berskala inovasi individu.

Ketiga, berkaitan dengan proses-proses alami hutan hujan tropis. Banyak sekali orang yakin tanah hutan tropis Indonesia sangat kaya unsur hara sehingga bernafsu mengkonversinya menjadi perkebunan. Kenyataannya, lapisan unsur haranya begitu tipis sehingga mudah luruh. Kanopi hutan yang tertutup dan struktur yang berlapis-lapis berfungsi menyaring unsur hara dari air yang jatuh, sehingga hanya sedikit zat hara yang sampai ke tanah.

Ekolog Norman Myers menyimpulkan, banyak sekali tumbuhan tropis menyimpan hingga 90 persen zat hara di dalam vegetasinya, sehingga tanahnya miskin mineral yang dapat dipertukarkan tetap masam dan tidak subur. Pembukaan atau pembakaran hutan akan memicu aliran mineral ke dalam tanah, dan setelah pencucian akibat hujan, mineral itu menembus lebih jauh ke dalam tanah. Karena mata rantai daur hara terputus, maka tanaman berakar pendek seperti kelapa sawit tidak akan mampu menjangkaunya dan kesuburan hanya mampu dipulihkan dengan peningkatan jumlah pupuk. Artinya, konversi hutan tropis dengan segala cara harus dihindari

Keempat, lahan kritis. Variasi iklim yang terbatas dan matahari yang bersinar sepanjang tahun menyebabkan lahan yang dibiarkan kritis dan gundul di daerah tropis akan menderita kerusakan yang parah. Peluruhan hara akan terjadi sebelum dapat diambil kembali oleh tumbuhan. Pada 2002, hanya 7,5 persen lahan yang ditanami sawit dari 7,2 juta hektare hutan yang telah dikonversi, sisanya dibiarkan kritis. Desakan untuk mengkonversi lahan gambut menjadi kebun juga layak ditolak. Gambut adalah penyimpan karbon utama sehingga konversinya akan melepas gas rumah kaca ke udara. Untuk menekan nafsu menggerus gambut, maka skema pendanaan lingkungan seperti REDD, perdagangan karbon, atau debt for nature swap harus dipercepat realisasinya. Jadi, sangat diperlukan aturan tegas yang mewajibkan pengusaha green energy memakai lahan kritis yang ada.

Hambatan lain adalah kelembagaan. Sulit membayangkan kita menyerahkan urusan energi alternatif ini kepada lembaga pemerintah yang masih dikuasai cara berpikir carbon-minded seperti Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral atau PLN. Presiden atau Wakil Presiden sebaiknya memimpin sekumpulan ilmuwan multidisiplin dalam sebuah badan independen dengan tenggat program yang jelas untuk menerabas rantai birokrasi dan cara berpikir konvensional ini. Indonesia juga tidak perlu berkonsentrasi pada energi biru, hijau, atau hitam saja, tetapi mengembangkannya sekaligus secara komprehensif dan padu seperti warna-warni pelangi.
URL Source: http://korantempo.com/korantempo/2008/07/15/Opini/krn,20080715,69.id.html

IGG Maha Adi
Wartawan dan mahasiswa Pascasarjana Kajian Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...