Senin, 20 Juni 2011

Kepada Penguasa

Penguasa pandai berjanji/ Di depan kami mereka berbohong /Kami dianggap kucing/ akan diam bila mendapat sisa makanan(Fajar Al Jaya)

Kita tidak tahu siapa sekarang ini yang disebut penguasa. Presiden, wakil presiden, menteri koordinator, menteri-menteri, parlemen, ketua partai, orangorang partai,atau para birokrat dan calo-calo jabatan,makelar kasus, makelar pajak, para jaksa, para hakim, atau polisipolisi, dan para anggota TNI? Kita tidak punya lagi pusat kekuasaan.

Kita tidak punya pusat perencanaan. Kita tidak lagi punya pusat pengawasan dan pengendalian untuk mengetahui adakah perencanaan berjalan semestinya. Kita tidak tahu siapa yang disebut penguasa, tapi media memberitakan terus-menerus, tak jemu-jemu, meminta perhatian penguasa. Karena itu, surat ini saya tulis, untuk disebar di mana saja,kepada semua yang bisa membaca.

Siapa tahu di antara mereka ada yang disebut penguasa. Pemilu tempo hari penuh kericuhan dan praduga ada yang tak beres di dalam pelaksanaannya. Sejak semula,ketika komisioner dipilih, sudah terasa ada dugaan manipulasi-manipulasi. Para ahli, yang teruji kejujuran dan kemampuan teknisnya, dibuang jauh.

Dan komisioner baru diambil dari mereka yang tahu apa-apa dan tak bisa diajak melangkah dengan semangat mewakili suara rakyat serta kekuatan kritis yang disebut civil society. Komisi Pemilihan Umum, yang merupakan lembaga strategis untuk mewujudkan demokrasi sejati di negeri ini, dilumpuhkan?

Gagasan ideal, yang patut dikapitalisasi di bidang politik, seharusnya dikembangkan di lembaga ini. Kita ingat, Pemilu 1999, yang secara mengejutkan berlangsung begitu demokratis, dananya sebagian besar dana asing. Kepemimpinan dan langkahlangkahnya, boleh dikata, mayoritas berkat dukungan asing. Di tahun 2004, pemilu yang kurang lebih sama demokratisnya telah bergeser.

Dana yang digunakan, lima puluhan persen dukungan asing dan lima puluhan persen sisanya dana kita sendiri.Tenaga ahli dan kepemimpinan di dalamnya, lima puluhan persen tenaga asing dan lima puluhan persen sisanya tenaga di dalam negeri. *** Para penguasa, itulah pemilihan yang telah memberi peluang Anda semua menjadi pemenang dan kini berkuasa.

Oh, saat itu harapan publik menggelora karena penguasa terpilih dianggap jago dari langit yang ditugasi membikin beres urusan bumi.Dan harapan yang menggelora itu menanti dan menanti. Dan dalam penantian itu kita tahu apa yang terjadi. Kita menanti dan menanti hingga tiba Pemilu 2009: sebuah pemilu dengan lembaga kepemiluan yang begitu kualitasnya.

Aspirasi civil society—yang melek politik,melek demokrasi, dan berharap demokrasi berjalan dalam wujud kesejatiannya— menghendaki pemilu kali ini harus menunjukkan kemajuan penting dibandingkan dua pemilu sebelumnya. Kali ini—tahun 2009 tadi—pemilu harus utuh di tangan kita.

Kepemimpinan pemilu di tangan ahli-ahli kita sendiri, dana pemilu dana kita sendiri,dan dana asing diatur, di mana tempatnya, boleh saja asal tak mencampurtangani urusan-urusan penting dalam negeri. Dengan kata lain, pemilu seutuhnya di tangan kita. Syaratnya ada. Kita harus membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) di bawah pimpinan tokoh yang kredibilitasnya tak diragukan,kemampuan manajerialnya teruji,dan kapasitas teknis lainnya memadai.

Lembaganya hendaklah sebuah KPU yang independen, jujur, mengabdi pada kepentingan bangsa—bukan berbakti kepada penguasa—, dan pemilu hendaknya berjalan demokratis serta terbuka, tanpa masalah-masalah. Tapi komisioner yang dipilih— sekali lagi—orangorang yang mengecewakan dan tak tahu bahwa mereka mengecewakan. Siapa orang-orang ini?

Orang-orang dari jalur kekuasaan sebelah mana dan dari mana mereka datang? Sejak mula kita sudah tak menaruh percaya.Tapi suara kita dianggap mengganggu kenyamanan penguasa, yang memang ingin, merekalah yang ditaruh di papan nama tingkat nasional, tak peduli apa hasilnya. Dan kita tahu, di sana orang perempuan yang diselipkan penguasa, untuk entah membuat apa di dalamnya.

Tapi kini terbuka, pemalsuan demi pemalsuan dilakukan. Dan itu berbahaya. Dan besar akibat kerusakannya. Maka orang perempuan itu pun dipanggil kembali ke komite sentral partai dan menyebarkan bau tak enak,bahwa dia memang sejak semula berasal dari sana dan bertindak untuk kepentingan partainya.

Kita menjadi semakin tahu, semakin tahu.Orang bijak zaman dulu berkata: sepandai-pandai orang membungkus,maka yang busuk pun berbau juga. Dan kita percaya pada kearifan macam itu. Kasus penipuan, pemalsuan,penggelapan, dan berhubungan dengan duit rakyat, terbuka, dan nama perempuan itu disebut lagi, di media-media, dengan gegap gempita.

Apa yang busuk, biar terbungkus partai yang mengaku agamais dan berjuang demi meraih prestasi moral yang paling jujur, toh terbuka kebusukan. Dan yang busuk, biar terbungkus partai yang bersemangat melawan korupsi,tapi apa yang dilawan ketika anggota-anggotanya sendiri yang melakukan tindak pidana itu?

Penguasa, yang tak kelihatan kerjanya, apa artinya ini semua? Penguasa malu? Merasa tertampar? Harus bertindak? Tapi mana tindakannya? Kenapa janji melawan korupsi dan akan berdiri di paling depan dengan mengibarkan panjipanji suci tak kita lihat wujudnya? Kita tahu apa yang terjadi.

Maka,muncullah puisi,yang memprotes karena penguasa hanya pandai berjanji dan berbohong, seperti dikutip di atas. Puisi ini dimuat di dalam buku kecil Antologi puisi Agraria Indonesia, diterbitkan oleh Sain: Sayogyo Institute,dikelola para ilmuwan muda bidang per-tanian di Institut Pertanian Bogor.

Ketika bagian akhir puisi itu menyebutkan “akan diam bila mendapat sisa makanan”, apakah yang sebenarnya dikatakannya? Mungkin ini: penyair itu bersumpah, biarpun kalian memberikan sesuatu, kami toh tak akan “terbeli”. Dan kami tak mungkin tinggal diam. Penguasa, kini giliranmu berbicara.

● M SOBARY Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk Advokasi, Mediasi, dan Promosi. Penggemar Sirih dan Cengkih, buat Kesehatan. Email: dandanggula@hotmail.comThis e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it

Sumber:http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/407057/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya

Lowongan Kepala Afdeling

Kepala Afdeling PT Union Sampoerna Triputra Persada                          Requirements Berusia antara 25 - 35 tahun Pendidik...